Memahami Hari Kiamat
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Apa sebenarnya Hari Kiamat? Hari Kiamat, yang dalam bahasa Arab disebut Yaumul Qiyamah, adalah hari yang kita percayai saat semua orang akan dibangkitkan dari kematian. Kita akan diberikan tubuh yang baru diciptakan untuk menyertai kesadaran kita yang sudah mapan, sehingga kita akan menyadari semua masa lalu kita, atau setidaknya ini akan ditunjukkan kepada kita. Kita akan diingatkan tentang semua perbuatan baik dan buruk dan kita akan berada di pengadilan Tuhan untuk menjawab apa yang telah kita lakukan, baik atau buruk.
Lalu, apa yang terjadi pada Hari Kiamat dan apa persisnya yang dipercayai umat Islam terjadi pada hari itu? Sejatinya pada hari itu Allah akan mengungkapkan catatan kita. Kita percaya bahwa semua perbuatan kita sedang direkam dengan cara tertentu. Tentu saja, di zaman modern ini, kita menyadari begitu banyak cara yang berbeda untuk merekam dan begitu beraneka perangkat, seperti flash drive dan sebagainya.
Lalu bagaimana Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk mencatat perbuatan kita, besar dan kecil, ini akan kita lihat pada Hari Penghakiman. Kita akan melihat perbuatan kita, Al-Qur`an menjamin kita tentang itu. Orang-orang akan terkejut ketika mereka melihat perbuatan mereka. Mereka akan bertanya jenis catatan apa ini? Tak ada yang luput dalam catatan ini, besar atau kecil.
Pada saat inilah orang-orang mulai menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang telah mereka lakukan. Allah bertfirman, “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS 18: 49).
Orang-orang akan menolak siapapun yang dulu mereka anggap sebagai teman sebab ternyata orang-orang ini telah menyesatkan mereka untuk melakukan perbuatan jahat. Orang-orang akan berlarian untuk mencari apakah ada orang lain yang dapat menyelamatkan mereka atau menyisihkan perbuatan baik bagi mereka. Semua perbuatan akan ditimbang dan setiap orang memiliki kombinasi perbuatan baik dan buruk. Segenap amal akan dinilai.
Apakah seseorang memiliki lebih banyak amal baik atau amal jahat? Dan pada hari itu, ketika timbangan amal kita dihitung, orang-orang ingin perbuatan baiknya lebih berat sebab ini menunjukan keberuntungan. Allah berfirman, “Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang beruntung” (QS 7: 8). Tetapi Al-Qur`an menyatakan bahwa pada hari itu tidak ada orang yang akan datang menyelamatkan kita. Orang tua, anak-anak, suami dan istri akan menolak satu sama lain pada hari itu karena setiap orang sibuk dengan dirinya sendiri pada hari yang mengerikan itu (QS 80: 34-37).
Lantas, bagaimana kita sebagai umat Islam mempersiapkan diri menyongsong keniscayaan Hari Kiamat selama hidup di dunia ini? Kita memulainya dalam kehidupan ini dengan melakukan amal baik dan menahan diri dari hal-hal yang membahayakan kita pada Hari Kebangkitan itu. Kita sadar bahwa semua perbuatan baik akan kembali kepada kita, karenanya kita perlu menekankan diri melakukan amal saleh. Sebaliknya, perbuatan jahat juga akan dihitung dan memberatkan kita. Maka kita perlu menghindari melakukan setiap perbuatan jahat, sekecil apapun.
Al-Qur`an menyatakan dalam sebuah surah yang sudah sering kita baca, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah (atom), dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah (atom, dia akan melihat (balasan)-nya” (QS 99: 7-8). Kita akan melihat semua perbuatan kita pada hari itu. Ayat ini perlu menggema di pikiran umat Islam sebab ia merupakan pengingat yang konstan bahwa dalam kehidupan ini kita harus memperhatikan perbuatan kita sebab ini akan berdampak pada Hari Penghakiman. Perbuatan kecil apapun bakal dibalas, semisal mengambil pecahan botol di jalan. Membuangnya bisa setidaknya mencegah orang-orang tidak terluka. Meski renik, tapi Allah menghitungnya di Hari Perhitungan. Senyum di depan orang lain juga perbuatan baik, bahkan Nabi SAW menyebutnya sedekah.
Di sisi lain, perbuatan jahat sekecil apapun tetap dinilai kejahatan. Sebagai contoh, Anda menerima uang kembalian yang berlebih dari sebuah toko. Uang kembalian ekstra itu sebenarnya bukan milik Anda, tapi karena karena satu kesalahan Anda mendapatkannya dan Anda pun sadar ini kesalahan. Maka hal yang logis untuk dilakukan adalah mengembalikannya dengan kesadaran bahwa hal kecil ini pun bakal ditanyai dan dipertanggungjawabkan ini pada Hari Penghakiman kelak, “Mengapa Anda mengambil sesuatu yang bukan milik Anda?”
Lalu, adakah amalan yang bisa kita perbuat di dunia yang akan terus memberi manfaat bagi kita pada Hari Kiamat? Ada. Salah satunya adalah Sadaqah Jariyah, amal jariyah. Ini adalah kategori amal yang terus menghasilkan manfaat. Tapi secara umum, semua perbuatan baik yang kita lakukan dalam kehidupan ini akan memberi manfaat bagi kita di akhirat nanti.
Tetapi amal jariyah akan memberi manfaat bagi kita selama amal tersebut menghasilkan efek baik. Seperti, katakanlah seseorang menggali sumur sehingga orang akan minum. Selama orang-orang masih minum dari sumur itu, selama itu juga kita terus mengumpulkan pahala bahkan setelah kita meninggalkan dunia ini. Kita terus menikmati amal kebaikan yang muncul dari sumur itu, dan itu akan dinilai pada Hari Penghakiman.