YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Penguatan Dakwah di Cabang dan Ranting telah menjadi agenda yang harus segera diimplementasikan. Koridornya dengan memahamkan terlebih dahulu hal ihwal substansi ajaran keagamaan secara komprehensif, terutama menyangkut Islam sebagai agama yang berkemajuan (din al-hadlarah, Din at-Taqaddum).
Hal itu dikemukakan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Muhammad Ikhwan Ahada saat Pengajian Ramadhan 1446 H Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Ahad (16/3) di Grha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
“Ini adalah Islam yang menurut pandangan Muhammadiyah sebagai al-Islam al-hadlarah lil-muwajahah. Islam yang hadir dan hidup nilai-nilainya di masyarakat lalu ditampilkan dengan al-muwajahah yang moderat (wasathiyah) agar kita ini hidup di muka bumi dalam keadaan aman, damai, sentosa, sejahtera-sesejahteranya,” katanya.
Dalam pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam didefinsikan sebagai apa yang diturunkan Allah di dalam Alquran dan yang tersebut dalam Sunnah yang sahih [maksudnya al-maqbulah], berupa perintah-perintah dan larangan-larangan berupa petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
“Siapa pun yang mengikuti perintah, lalu menjauhi larangan, taat atas petunjuk, maka Muhammadiyah memberikan konsep tujuan yaitu orang ini akan berada di tempat saleh kalau mengikuti Al-Qur’an, Al-Hadis,” tuturnya.
Muhammadiyah berpandangan bila seseorang mengikuti petunjuk Allah yang terbentang di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis sekaligus mengikuti perintah dan menjauhi pelbagai larangan, maka sebut Ikhwan, seseorang itu akan hidup dalam posisi yang benar dan tepat.
“Dan Muhammadiyah berani menjaminnya dunia dan akhirat. Orang yang bergabung dengan Islam kok tidak bersyukur diberi hidayah dengan keislamannya, sungguh merugi. Dan Alhamdulillah Muhammadiyah paham betul dengan itu semua, sehingga kita harus bersyukur betul dipertemukan dengan Persyarikatan ini,” tegasnya.
Selain dari sisi penguatan pemahaman keagamaan, pada sisi yang lain, Ikhwan meminta perlu juga untuk memahamkan juga dimensi eksogen Muhammadiyah. Disebut Ikhwan bahwa Muhammadiyah sebagai entitas gerakan yang berjuang sedemikian rupa untuk menghidupkan nilai-nilai keislaman.
“Jadi bagaimana Islam yang dikehendaki itu tumbuh betul-betul hidup di masyarakat. Orang tidak sadar bahwa dia menjadi Muhammadiyah, lalu mengetahuinya. Itu justru akan menjadi lebih nyaman untuk bisa kita rekrut menuju ke surga jannatun na’im. Dibandingkan mereka dipaksakan (harus Muhammadiyah), sementara keislaman terkotak-kotak,” katanya.
Secara khusus, dalam kesempatan itu pula, Ikhwan mendorong agar agar pimpinan di tingkat daerah untuk mendakwahkan di cabang dan ranting dengan sentuhan Islam yang berkemajuan. Pada implementasinya, spirit Islam yang berkemajuan harus menjadi ruh dalam setiap aktivitas dakwah agar membawa kemajuan dalam segala bidang kehidupan secara nyata.
“Tanpa harus dipaksakan. Tetapi jika sudah siap, maka menjadi kebahagiaan tersendiri. Betapa nikmatnya kita hidup yang bendera Muhammadiyahnya berkibar dan Islamnya hidup sebagaimana pandangan Muhammadiyah. Kita juga harus membentengi agar masyarakat kita, cabang-ranting kita hidup membawa napas Islam yang berkemajuan,” tandasnya. (Cris)