Membangkitkan Peradaban Islam melalui Ilmu Pengetahuan

Publish

9 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
534
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pada pengajian hari ini Jum’at (08/03) di Masjid Islamic Center yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan. Dengan pemateri yaitu Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. (Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah. 

Harmonisasi menjadi sebuah strategi dalam meraih tujuan yaitu membangkitkan peradaban Islam, karena belum sempurna dalam bangun tidurnya. Dalam pembahasan yang luas ini, saat umat Islam di Dunia telah banyak bahkan ¼ penduduk bumi itu beragama Islam. Ini menjadi modal yang luar biasa. Ketika membahas tentang umat Islam, itu tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga di 200 negara lainnya. Hal ini menambahkan potensi yang tinggi tetapi juga harus dipastikan kontribusinya.

Kemudian Fathul memaparkan bahwa masih banyak masalah terkhusus negara-negara muslim, mulai dari Ekonomi dan ketimpangan sosial, Lingkungan Hidup, Konflik dan instabilitas politik, Hak Asasi Manusia, Pendidikan, Pengungsi dan migrasi, Teknologi dan Digitalisasi, Agama dan Identitas sampai Ekstremisme.

“Ada buku judulnya The Velvet Rope Economy How Inequality Become Big Bussiness. Jika diterjemahkan ekonomi tali bludru. Kenapa, karena ketimpangan itu biasanya di banyak konteks disimpulkan dengan tali bludru memisahkan antara orang VVIP dengan orang biasa saja. Dan ketika itu berjalan terus, maka ketimpangan akan semakin besar.” Jelasnya.

Dalam penuturannya, Islam sering dijadikan kambing hitam, seperti cinta kekerasan, anti perdamaian oleh mereka yang benci kepada orang Islam.Sialnya kadang orang Islam ikut terpancing. Misalnya jika Islam tidak hadir di muka bumi akan terjadi seperti apa? Dalam buku “A World Without Islam (Dunia tanpa Islam)” penulisnya mantan petinggi CIA. Dia ingin menjelaskan jika tidak ada Islam dan tidak pernah hadir di muka bumi, apakah konflik di timur tengah itu masih ada? Penulis sepakat tetap ada. Jadi konflik itu bukan karena Islam. 

Sehingg banyak negara-negara muslim pada konflik. Karena penyebabnya bukan ajaran Islam tapi karena ketimpangan ekonomi,  Pendidikan yang rendah dll. Dan itulah yang menjadikan adanya konflik.Dalam sebuah data, Negara Muslim rentan kekerasan. Dilihat dari survei ada kasus sudah terhitung 2467 sejak 1946, dibandingkan dengan agama yang lain. Ini yang menimbulkan satu pertanyaan. Katanya Islam tu damai, tapi kok perang terus? Perang sipil merupakan perang antar anak bangsa. Bukan karena diserang, ramai sendiri di dalam negerinya. Dan ada beberapa negara saja yang terbebas dari perang sipil, salah satunya Indonesia. 

Jadi konflik yang ada itu bukan karena ajaran tapi karena perkembangan ekonomi, ketergantungan minyak dan masalah-masalah sosial lain. Dan ini fakta sosial, jika ada orang berkata Islam identik “kekerasan” ada dasarnya. Karena memang ternyata negara muslim banyak perang sipil.

Ilmu dalam Islam

Pada Q.S. AL-Alaq ayat 1-5, yang sering dihafal banyak orang tapi banyak yang belum paham sepenuhnya. Ada banyak hikmah yang dapat diambil dari ayat tersebut. Bahwa membaca itu penting dalam Islam.kata “Iqra” muncul 2 kali artinya membaca itu tidak cukup sekali, karena teks apapun ketika baca berkali-kali sangat mungkin memiliki pemahaman yang berbeda antara pembacaan yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Fathul menegaskan Islam itu sangat menghargai ilmu. Ada ayat al-Qur’an Surat at-Taubah ayat 122, menerangkan bahwa tidak boleh semuanya itu pergi berperang tapi harus ada yang tafaqquh fiddin (memperdalam ilmu agama). Dalam buku Knowleadge Triumphant The Concept of knowleadge in medieval Islam karya Franz Rosenthal menerangkan bahwa dalam dunia Islam itu tidak ada konsep yang lebih sering didiskusikan posisinya selain ilmu sains. Di dunia Islam itu mendapatkan posisi yang sangat mulia.

Imam Syafi’i berkata dalam kitabnya al-Manhaj as-Sawiy, jika ingin bahagia dunia itu dengan ilmu, ingin bahagia akhirat itu juga dengan ilmu. Karena tidak mungkin seseorang mendapatkan keduanya tanpa dengan ilmu. Lalu imam Syafii berkata juga, orang yang tidak cinta kepada ilmu maka tidak ada kebaikan di dalamnya. Karena ilmu adalah lentera kehidupan.

Umat Islam dan Sains

Kemudian masalah di umat Islam sekarang jika dibandingkan dengan umat yang lain itu tertinggal. Dan ketertinggalan itu karena 3 hal, yaitu: Pertama, tidak mampu mengapresiasi kekuatan diri sendiri. Kedua, gagal memahami realitas kontemporer. Ketiga, sikap yang tidak mampu menyesuaikan dengan perubahan. Dari hal itu mengakibatkan umat Islam menjadi reaktif, kedua mulai dari satu jalan buntu ke jalan buntu yang lain, sehingga mudah diadu domba.

Dalam pengembangan sains masih minim, padahal di ajaran Islam, sains sangat dihargai dan dihormati bahkan ayat pertama “Iqra” ini ada masalah ketika berbicara harmonisasi, ini berarti ada yang tidak harmoni. Menurut Fathul pemilihan kata harmonisasi” pada pengajian ini menurutnya pilihan yang cerdas tidak langsung integritas. Karena harmonisasi memiliki tafsiran yang amat luas.

Peran Sains dan Peradaban

Masa depan manusia dan sains itu tidak dapat dipisahkan karena prinsip moral universal ini yang melanjutkan keberadaan peradaban manusia di muka bumi. Ketika sains tidak ada, dikhawatirkan peradaban manusia gulung  tikar. Dan ketika umat Islam ini lemah atau rendah dalam pengembangan sains maka bisa jadi umat Islam masa depannya akan diatur oleh orang lain.

Dulu ada berita negara muslim mampu mengembangkan teknologi dengan meluncur ke luar angkasa yaitu planet mars yang dilakukan oleh Uni Emirat Arab dengan rencana dari tahun 2017. Dan tahun 2020 melakukan peluncuran, yang  tujuh bulan kemudian baru sampai mars. Berita ini tidak terlalu terdengar di media dan tentu ini terjadi sekali dalam satu abad. Dan itu menjadi hal yang luar biasa yang berarti di negara muslim sains dapat berkembang dengan baik dan didukung perkembangannya oleh yang berkuasa (pemerintah) dan yang membanggakan lagi pemimpin tim eksplorenya adalah seorang perempuan namanya Sarah al-Amiri.

“Yang sering terjadi dari umat Islam adalah sudah lupa bahwa gen umat islam itu gen pemikir yang melakukan penelitian, refleksi dan menghargai sains, ini yang dilupakan. Sehingga terjebak ketika ketika misalnya ada imuwan yang menentukan sesuatu yang itu sesuai dengan pemahaman kita di dalam agama Islam” terangnya.

Zaman dahulu para ilmuwan Islam banyak sekali dalam menulis, yang di mana waktunya hanya dipakai untuk penelitian, refleksi dan menulis. Dengan hal itu, nama-nama mereka sampai hari ini masih dikenal dan itu karena dengan menulis menjadikan seseorang itu abadi.

Dalam membentuk peradaban Islam ada dua hal yang penting untuk dijadikan kesadaran oleh umat Islam, yaitu: Pertama, umat Islam bekerjasama dengan umat-umat lain,Kedua, peradaban Islam bukan peradaban yang pertama umat manusia, artinya umat Islam menghargai peradaban-peradaban masa depan.

Gimitri Gutas dalam bukunya Greek Thought, Arabic Culture, seorang pemikir Yunani terhadap budaya Arab, dalam teori yang dia bangun bahwa pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam itu berawal dari mulanya penerjemahan karya-karya non-Arab terutama dalam bahasa Yunani, dan gerakan ini dukung oleh banyak kalangan dari pemerintah khilafah. Ada informasi dalam buku tersebut tentang bagaimana sains dan saintis dimuliakan penerjemah dengan penuh waktu. 

Kemudian kemunduran peradaban Islam itu banyak teorinya, salah satunya adalah yang mengatakan mulai mundur sejak abad 11, bahwa ada krisis ekonomi di Iran. Saat itu kemudian juga terjadi naiknya kuasa pemimpin agama, sehingga fokus perkembangan ilmu agama menjadi lebih mendapatkan prioritas dibandingkan dengan sains. Kemudian ada juga konflik perang salib dan juga umat Islam semakin bertambah sehingga energi untuk melayani umat bertambah dan pengembangan sains berkurang energi yang dialokasikan dan yang lainnya.

Terakhir, Fathul sampaikan strategi bangkit dalam peradaban Islam, yaitu: Pertama¸Reproduksivisme. Dengan proses mekanis dan berorientasi ke masa lalu dan melibatkan mentalitas yang baku dan kaku. Kedua, Rekontruksivisme, Dengan proses intelektual dan berorientasi ke masa depan dan memerlukan invensi dan inovasi. (Badru Tamam)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. H. Hilman Latief, M.A.....

Suara Muhammadiyah

6 September 2024

Berita

Bertekad Miliki Daya Saing Internasional Mengkaji Etics and Digital Governance MAKASSAR, Suara Muha....

Suara Muhammadiyah

27 September 2023

Berita

KEBUMEN, Suara Muhammadiyah - Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMP tahun ini kembali digelar di berb....

Suara Muhammadiyah

30 August 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 16 tim dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) b....

Suara Muhammadiyah

11 June 2024

Berita

GIANYAR, Suara Muhammadiyah - Dalam upaya meningkatkan kepedulian dan keterampilan masyarakat terhad....

Suara Muhammadiyah

11 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah