BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Gerakan Subuh Mengaji (GSM) merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Jawa Barat (PDA Jawa Barat). Majelis ini dilaksanakan secara daring yang dapat ditonton melalui saluran YouTube TvMu.
Gerakan Subuh Mengaji kali ini mengangkat tema “Tradisi Literasi di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah” oleh Widiyastuti, SS., MHum, Ketua Lembaga Budaya, Seni dan Olah Raga Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah sebagai narasumber.
Apa yang terjadi hari ini tidak pernah lepas dari apa yang telah terjadi masa lalu. Widia mengatakan jika masa lalu adalah media yang membentuk karakter kita di masa kini.
“Masa lalu itu seperti spion, kalau naik motor tidak ada spion, ketika maju juga akan susah, jadi tidak hati-hati. Begitu juga dengan masa lalu yang telah terjadi bisa kita jadikan pelajaran dan kita ambil hikmahnya,” ujarnya saat mengawali majelis pada Senin (12/8).
Di tahun 1927, dinamika Persyarikatan Muhammadiyah memulai penerbitan dan penjualan buku melalui Bibliotheek Muhammadiyah, bagian Taman Pustaka. Ini menjadi pengembangan metode dakwah yang awalnya tatap muka, kemudian bisa menjadi literasi pada buku.
Pada saat itu, KH Ahmad Dahlan mempunyai komitmen terhadap program Gerakan Literasi. Hal ini sebagai pelopor kebangkitan Nasional untuk mengangkat harkat dan martabat orang Indonesia.
“Beliau (KH Ahmad Dahlan) berpedoman, bahwa untuk mencapai sebuah peradaban itu salah satu jalurnya berada pada pendidikan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ia memberikan bentuk apresiatif sebagai mendukung gerakan dan menjaga budaya literasi. Hal ini menjadikan taman pustaka sebagai pusat kegiatan untuk mewakafkan buku dan ilmu secara senyap.
“Gerakan literasi adalah semangat untuk mencerdaskan ummat, mewujudkan Indonesia berkemajuan,” pungkasnya. (Fab)