YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ahad, 29 Januari 2024, PCM Kotagede menyelenggarakan acara "pelatihan kepenulisan dan sharing media dakwah" di Aula SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kegiatan ini diinisiasi oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PCM Kotagede sebagai upaya tindak lanjut setelah diluncurkannya website pcmkotagede.com pada Rapat Kerja (raker) sebelumnya. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari berbagai ranting di wilayah Kotagede, organisasi otonom (ortom), dan utusan dari AUM, serta didampingi oleh perwakilan pimpinan harian PCM Kotagede yang diwakili oleh Choirul Fajri. Peserta diajak untuk mengikuti dua sesi pelatihan, yaitu sesi pelatihan penulisan yang dipimpin oleh Agung Purwandono, Editor in Chief di Mojok.co, dan sesi pengelolaan web yang dipandu oleh Jihad Setiadin, salah satu anggota MPI PCM Kotagede yang juga bertanggung jawab sebagai pengelola web pcmkotagede.com. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan penulisan dan pemanfaatan media digital sebagai sarana dakwah.
Peluang dan Tantangan Dakwah di Digital
Dewasa ini transformasi digital begitu cepat dirasakan oleh masyarakat. Chairul Fajri dalam sambutannya menyampaikan bahwa 5-10 tahun yang lalu masyarakat masih mengakses berbagai informasi dari media konvensional seperti televisi, koran, maupun majalah. Di masa itu produksi informasi hanya bisa dilakukan oleh wartawan dan sifatnya melembaga baik itu stasiun televisi maupun media cetak. Namun hari ini ketika transformasi digital di bidang media informasi berkembang pesat, produsen informasi tidak hanya didominasi pihak tertentu. Seluruh elemen masyarakat bisa menjadi bagian dari individu yang memproduksi informasi dalam berbagai konten baik itu tulisan, foto, maupun video.
Lebih lanjut, Fajri dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini digelar dengan tujuan meningkatkan pemanfaatan platform digital dalam mendukung syiar dakwah muhammadiyah di era digital. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengoptimalkan platform digital untuk memperluas dakwah. Hal ini memerlukan peningkatan skill dan kompetensi agar dapat memanfaatkan berbagai platform digital yang tersedia. Dengan intensitas penggunaan gadget yang semakin tinggi, paradigma media telah berubah dari konvensional menjadi digital, memungkinkan akses yang lebih luas terhadap informasi melalui berbagai platform. Dalam konteks ini, kemampuan literasi digital menjadi krusial untuk menyaring informasi yang berlimpah dan beredar dengan cepat. Terlebih lagi, di tengah situasi politik yang dinamis, informasi terkait isu-isu pemilu tersebar luas. Maka dari itu, penting untuk melaksanakan literasi digital guna memastikan penggunaan media digital yang efektif.
Harapan dari pelatihan ini adalah agar peserta dapat menjadi produsen informasi atau kontributor di website PCM, memperluas penyebaran informasi terkait dakwah Muhammadiyah di Kotagede secara masif. Diharapkan pula bahwa hal ini akan berdampak positif pada aktivitas web PCM, menjadikannya lebih aktif dan menarik bagi para pengunjung.
Strategi Dakwah di Platform Digital
Pada sesi pertama, Agung Purwandono sebagai pemateri menyampaikan bahwa era digital saat ini memungkinkan penerapan metode jurnalistik yang bahkan tidak dapat dilakukan secara konvensional. Pesatnya perkembangan jurnalisme online dapat mendobrak batasan waktu, format, dan arah berita. Lebih lanjut Agung mengutip pendapat Paul Bradshaw bahwa terdapat enam prinsip jurnalistik online yaitu brevity (keringkasan), adaptability (kemampuan beradaptasi), scannability (dapat dipindai), interactivity (interaktivitas), community (komunitas), dan conversation (percakapan). Keenam prinsip ini dapat dijadikan pondasi awal untuk memulai proses penyebaran nilai-nilai keislaman melalui platform digital.
Di samping itu, Agung juga membahas peran media digital dalam dakwah Islam di era transformasi digital. Ia menekankan bahwa media digital memungkinkan penerapan metode jurnalistik yang fleksibel dan dapat mendobrak batasan ruang, waktu, format, dan arah berita. Penekanan pada prinsip-prinsip jurnalistik online menurut Paul Bradshaw, seperti keringkasan, adaptabilitas, scannability, interaktivitas, dan komunitas juga sorotan dalam pelatihan ini.
Peserta juga diajak untuk memahami teknik-teknik penulisan berita langsung, pemilihan diksi yang tepat, dan anatomi berita yang menarik pembaca. Selain itu, mereka diberikan pemahaman mendalam mengenai kriteria layak terbit sebuah berita, termasuk dampak sosial yang mungkin ditimbulkan.
Selanjutnya, sesi pengelolaan web dipandu oleh Jihad Setiadin. Dalam sesi ini, Setiadin membimbing peserta dalam hal teknis pengelolaan dan pemanfaatan website sebagai salah satu platform untuk menyebarkan informasi dakwah. Dia memberikan panduan praktis dan cara-cara penting dalam mengoptimalkan penggunaan website agar dapat menarik minat pembaca dan memberikan dampak positif dalam penyebaran dakwah Muhammadiyah di Kotagede.
Acara pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi peserta dalam meningkatkan keterampilan mereka dalam menulis dan memanfaatkan media dakwah di era digital. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, diharapkan mereka dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman secara efektif dan positif melalui berbagai platform digital yang tersedia. (am saifullah)