SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Kualitas literasi menjadi kunci dalam menghadapi Era Post Truth. Hal itu ditegaskan Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur (PW IPM Jatim) Muhammad Hengki Pradana dalam talkshow PUSAD (Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi) yang merilis hasil survei preferensi politik, media baru, dan wacana-wacana aktual Anak Muda Muhammadiyah Jawa Timur. Acara tersebut bertempat di Kunokini Cafe Surabaya, Sabtu (20/01).
Lebih lanjut, Dana sapaan akrabnya menegaskan bahwa IPM sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah memiliki basis masa paling muda diantara ortom lainnya. Rentang umur anggota IPM berkisar 12 hingga 21 tahun yang tidak lain merupakan usia pelajar. Mereka berjumlah ribuan yang tersebar di 37 Pimpinan Daerah (PD) di tingkat kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kuantitas basis pelajar Muhammadiyah Jawa Timur tidak bisa dianggap remeh.
“Keanggotaan IPM bisa dibilang paling muda di antara ortom yang lain. Banyak kader IPM yang saat ini berusia 17 tahun, teman-teman bisa menggunakan hak pilihnya pada 14 Februari 2024 nanti. Terlebih lagi, akan ada bonus demografi di tahun 2045 yang itu sangat ditentukan oleh peran anak-anak muda,” ujarnya.
Ia menekankan anak muda untuk menekuni literasi digital, mulai dari penggunaan tiktok, instagram dan media sosial lainnya. Agar memiliki pandangan politik yang baik untuk menentukan pilihan. Anak muda harus mampu memiliki filtrasi dalam bermedia sosial, dan jangan pernah ter in-filtrasi terhadap informasi yang tidak benar.
Ipmawan asal Lamongan ini mengajak kepada seluruh kader IPM Jawa Timur untuk meningkatkan dan mengasah penguatan literasi digital. Pasalnya hari ini kita hidup di era disrupsi. Era di mana post-truth menjadi tantangan yang nyata. Bisa jadi kebohongan dianggap kebenaran. Dan begitu pula sebaliknya. Hoaks dianggap kebenaran. “Maka pelajar harus bijak dalam medsos,” pungkasnya. (faqih/diko)