Mendamaikan Sains dan Al-Qur'an: Banjir Nuh dalam Pandangan Islam

Publish

15 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
58
Sumber foto : Freepik

Sumber foto : Freepik

Mendamaikan Sains dan Al-Qur'an: Banjir Nuh dalam Pandangan Islam

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 

Tulisan ini kita akan membahas pertanyaan tentang banjir Nuh, apakah itu bersifat lokal atau global? Ini adalah salah satu pertanyaan besar yang menurut orang akan memicu perpecahan antara sains dan agama, antara iman dan rasionalitas.

Salah satu alasan orang berpikir bahwa banjir itu bersifat universal adalah karena beberapa kitab suci terdahulu menyebutnya seolah-olah itu adalah banjir universal. Contohnya, Kejadian 7:11, dan banyak yang menganggapnya sangat harfiah. Ada juga bagian lain dalam Kitab Yesaya dan di tempat lain di mana para penulis tampaknya mengasumsikan bahwa banjir itu bersifat universal. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita menemukan pernyataan yang jelas dalam Surat Petrus Kedua, dan juga beberapa pernyataan yang dikaitkan dengan Yesus, semoga damai menyertainya, dalam Injil Matius dan Lukas, yang tampaknya menyiratkan bahwa Yesus, semoga damai menyertainya, percaya bahwa banjir itu bersifat universal.

Kesulitan muncul karena orang belum bisa menunjukkan bahwa ini sesuai dengan, bisa dibilang, model geologi dan sejarah. Bagaimana kita mendamaikan keduanya? Buku The Bible as History karya Werner Keller, edisi tahun 1995 yang diedit oleh Joachim Rohork, mengatakan bahwa telah dilakukan upaya untuk membuktikan kompatibilitas, dan ada pencarian bukti banjir global, misalnya, pencarian yang dilakukan oleh seorang sarjana, Sir Leonard Woolley. Tetapi tidak satu pun dari pencarian ini yang benar-benar membuktikan bahwa ada banjir global. 

Sebaliknya, ada bukti adanya sejumlah banjir lokal di area dan era yang sangat berbeda. Menariknya, di banyak peradaban dunia, muncul kisah-kisah tentang banjir universal. Tetapi apakah ini benar-benar memiliki kaitan dalam sejarah, dalam geologi, arkeologi, dan sejarah, masih harus dilihat. Itu menciptakan semacam ketegangan antara dua ranah pemikiran: sains di satu sisi, agama di sisi lain.

Lalu, bagaimana posisi Islam dalam perdebatan ini? Al-Qur'an menceritakan kisah Nabi Nuh secara rinci, bahkan menamakan Surah ke-71 dengan namanya, Surah Nuh. Kisah ini diulang berkali-kali di berbagai surah , menunjukkan betapa pentingnya peristiwa ini dalam ajaran Islam.

Dari sudut pandang Al-Qur'an, sangat logis untuk meyakini bahwa banjir Nuh bersifat lokal. Hal ini didasarkan pada pola umum yang sering diulang dalam kisah para nabi: Allah mengutus seorang nabi kepada kaumnya, kaum tersebut menolak dan bahkan mengancam nabi itu, lalu Allah menurunkan azab hanya kepada kaum pembangkang tersebut. Dengan logika ini, tidak masuk akal jika Allah menghancurkan seluruh umat manusia di bumi hanya karena dosa yang dilakukan oleh satu kaum di suatu wilayah. Jadi, banjir itu adalah hukuman yang spesifik untuk kaum Nabi Nuh yang menolak dakwahnya.

Lalu, mengapa sebagian Muslim berpendapat bahwa banjir itu bersifat universal? Mereka biasanya mengutip Surah As-Saffat ayat 77, yang menyatakan, "Dan Kami jadikan keturunannya orang-orang yang tetap hidup." Ayat ini merujuk pada keturunan Nabi Nuh dan para pengikutnya yang selamat di dalam bahtera. Namun, menafsirkan ayat ini sebagai bukti bahwa mereka adalah satu-satunya manusia yang tersisa di seluruh dunia adalah penafsiran yang lemah dan tidak didukung oleh konteks Al-Qur'an secara keseluruhan.

Ada argumen lain yang menyatakan bahwa populasi manusia pada masa Nabi Nuh masih terkonsentrasi di satu wilayah saja, sehingga banjir lokal sama saja dengan banjir universal. Namun, pandangan ini menimbulkan masalah teologis. Ulama Ibn Atiyya menjelaskan bahwa dalam keyakinan Islam, Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia (nabi universal). Nabi-nabi lain, termasuk Nabi Nuh, diutus khusus untuk kaum mereka. Jika kita menganggap Nabi Nuh juga nabi universal, maka hal ini akan bertentangan dengan keunikan Nabi Muhammad sebagai utusan untuk seluruh alam semesta.

Upaya untuk menafsirkan kisah banjir Nabi Nuh sebagai peristiwa universal menghadapi berbagai tantangan, baik dari bukti ilmiah maupun dari dalam kitab suci Islam itu sendiri. Oleh karena itu, lebih tepat dan logis untuk menyimpulkan bahwa banjir Nuh adalah peristiwa lokal.

Kisah ini adalah bentuk intervensi ilahi untuk memberikan keadilan. Ketika kaum Nabi Nuh memilih untuk menolak seruan kebaikan dan bahkan merencanakan pembunuhan terhadapnya, Allah tidak membiarkan tindakan tersebut. Banjir dahsyat itu datang bukan untuk memusnahkan seluruh umat manusia, melainkan untuk memusnahkan kaum yang membangkang tersebut.

Dari perspektif ini, kita melihat adanya keselarasan yang luar biasa antara ajaran Islam dan ilmu pengetahuan modern. Keyakinan bahwa banjir itu bersifat lokal selaras dengan temuan di bidang arkeologi, geologi, dan sejarah, yang tidak menemukan bukti adanya banjir global. Islam, dengan demikian, menawarkan solusi yang mengharmoniskan iman dan rasionalitas. Tidak ada konflik antara keduanya, melainkan hubungan yang saling mendukung, di mana pandangan keagamaan justru memperkuat dan sejalan dengan temuan ilmiah.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Idul Fitri Tradisi Menyemai Nilai Autentik Oleh: Rumini Zulfikar (GusZul), Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

Jihad Digital 110 Tahun Suara Muhammadiyah Oleh Bayu Madya Chandra, SEI, Pengajar Ponpes Darul Arqa....

Suara Muhammadiyah

26 August 2025

Wawasan

KOKAM Sebagai Subkultur (Refleksi Milad Kokam ke-59)  Oleh : Dr. Iwan Setiawan, M.S.I. (Wakil ....

Suara Muhammadiyah

2 October 2024

Wawasan

Implementasi MBKM di PTMA Oleh Faozan Amar, Dosen FEB UHAMKA dan Direktur Eksekutif Al Wasath Insti....

Suara Muhammadiyah

18 March 2024

Wawasan

Oleh: Mahli Zainuddin Tago Ballroom Dormitory UMY, Senin 30 Desember 2024. Ratusan hadirin memenuhi....

Suara Muhammadiyah

17 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah