Milad Muhammadiyah ke-113 dan Arah Baru Keadilan Ekologis Indonesia
Oleh: Randi Syafutra, Dosen Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung & Pengurus MLH Muhammadiyah Bangka Belitung
Milad ke-113 Muhammadiyah bukan sekadar perayaan organisasi. Peringatan tahun ini mengangkat tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, sebuah pesan yang relevan dengan kondisi lingkungan Indonesia yang kian tertekan. Di usia lebih dari satu abad, Muhammadiyah menegaskan bahwa kesejahteraan mustahil dicapai tanpa konservasi sumber daya alam yang kuat.
Puncak resepsi nasional berlangsung di Universitas Muhammadiyah Bandung. Perayaan ini disertai rangkaian kegiatan sosial, edukasi, dan aksi lingkungan di berbagai daerah. Logo milad menggambarkan pita tak terputus, simbol kesinambungan perjuangan persyarikatan dari masa ke masa.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan bahwa kesejahteraan mencakup aspek spiritual, sosial, ekonomi, dan moral. Pemikiran ini sejalan dengan prinsip Islam tentang amanah manusia sebagai khalifah di bumi. Kesejahteraan spiritual tidak akan tercapai jika lingkungan rusak, sungai tercemar, dan hutan hilang.
Tema milad ini juga berkaitan dengan amanat UUD 1945 tentang pemanfaatan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. Konsep berkelanjutan menjadi fondasi bagi kesejahteraan jangka panjang, bukan pembangunan yang mengorbankan lingkungan.
Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Muhammadiyah menjalankan tema besar ini dengan program yang realistis dan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Pendekatannya tidak hanya retorika, tetapi sistematis: edukasi, advokasi, dan aksi konkret.
Pertama, kaderisasi lingkungan dilakukan melalui pelatihan di berbagai daerah, seperti Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Riau, dan Sumatera Barat. Program ini memperkuat kapasitas warga Muhammadiyah untuk memahami risiko bencana, perubahan iklim, dan solusi konservasi.
Kedua, program Sekolah Hijau melalui Audit Lingkungan Mandiri Muhammadiyah (ALiMM) disebarkan bersama UNISA Yogyakarta. Visitasi dilakukan di 13 sekolah, mendorong efisiensi energi, pengelolaan sampah, dan penggunaan ruang hijau.
Ketiga, advokasi dilakukan melalui program Green Mining Watch di Sulawesi Tenggara yang menyoroti praktik pertambangan yang tidak adil dan merusak. Program ini memantau penambangan nikel dan dampaknya terhadap masyarakat lokal.
Keempat, aksi penanaman ribuan pohon di Kalimantan Tengah dan daerah lain menjadi bagian dari “Kado Hijau Milad Muhammadiyah 113”, sebagai komitmen mitigasi perubahan iklim.
Kelima, program “1000 Cahaya” memperluas akses energi terbarukan, bekerja sama dengan Lazismu. Aksi ini menghubungkan dakwah kemanusiaan dengan kebutuhan energi bersih masyarakat.
Keenam, gerakan Eco Bhinneka mulai memperkenalkan konservasi air di masjid untuk menciptakan tempat ibadah ramah lingkungan.
Milad Muhammadiyah secara konsisten membawa isu lingkungan sebagai tema penting. Dua tahun lalu, Milad ke-111 mengangkat tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”. Tahun ini kembali menegaskan bahwa dakwah ekologis bukan aksesori, tetapi agenda utama persyarikatan modern.
Program konservasi seperti pengelolaan sungai, energi surya di masjid, pendayagunaan wakaf hutan, hingga kegiatan pecinta alam Hizbul Wathan mencerminkan komitmen jangka panjang. Semua itu dipayungi prinsip hifdz al-bi’ah, yaitu menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari menjaga agama.
Di tengah ekspansi industri ekstraktif, konflik agraria, dan krisis iklim yang semakin nyata, peran Muhammadiyah menjadi semakin penting. Dengan jaringan pendidikan, kesehatan, dan sosial terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah memiliki posisi strategis untuk mendorong kebijakan lingkungan yang adil.
Milad ke-113 menjadi momentum untuk menegaskan bahwa kesejahteraan bangsa hanya dapat dicapai melalui pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Gerakan ekologis Muhammadiyah tidak hanya relevan, tetapi juga mendesak.
Indonesia membutuhkan organisasi masyarakat sipil yang kuat dan konsisten dalam isu lingkungan. Muhammadiyah sudah memulai langkah itu. Yang dibutuhkan sekarang adalah percepatan dan keberanian untuk membawa advokasi ekologis ke tingkat nasional, agar kesejahteraan benar-benar menjadi milik semua.


