JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Diskusikan berbagai isu sosial dan keagamaan serta mencari solusi bersama untuk mengatasi prasangka yang ada di masyarakat, Fahmina Institute, sebuah Lembaga yang berfokus pada pengembangan wacana keagamaan kritis, berkunjung ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kunjungan ini diterima oleh tim manajemen program Eco Bhinneka Muhammadiyah di Ruang Pertemuan Lantai 2 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat. Rombongan dari Fahmina Institute yang hadir pada Rabu 12 Juni 2024 ini terdiri dari 31 orang tokoh serta pemuda lintas iman yang berasal dari berbagai organisasi agama dan komunitas kepemudaan yang berada di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Dalam kunjungan ini, Fahmina Institute menginisiasi dialog bertajuk ‘Meluruhkan Prasangka Mendorong Kolaborasi’. “Selain ingin mempererat silaturahmi, kami ingin membuka ruang dialog, dan mendorong kolaborasi antar organisasi keagamaan, sehingga harapannya dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik di antara masyarakat,” ungkap Alifatul Arifiati, Executive Body JISRA Fahmina Institute.
Alif, sapaan akrab Alifatul, mengungkapkan bahwa inisiatif pertemuan ini justru datang dari teman-teman komunitas kepemudaan berdasarkan refleksi bersama bahwa penting agar menyempatkan berkunjung ke beragam organisasi keagamaan, salah satunya berkunjung ke Persyarikatan Muhammadiyah. “Perjumpaan-perjumpaan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjembatani perbedaan, termasuk menjembatani isu kerukunan dengan isu lingkungan, seperti yang dilakukan Muhammadiyah melalui program Eco Bhinneka,” kata Alif.
Triningsih, selaku Program and Finance Coordinator Eco Bhinneka Muhammadiyah, memperkenalkan program Eco Bhinneka Muhammadiyah, di mana merupakan salah satu program dari Muhammadiyah yang bekerja untuk isu peace building, merawat kerukunan umat beragama dan keyakinan melalui aksi pelestarian lingkungan. “Program Eco Bhinneka Muhammadiyah sasarannya adalah perempuan dan anak muda lintas agama melakukan aksi bersama melestarikan lingkungan, di Pontianak, Ternate, Surakarta, dan Banyuwangi, sekaligus membentuk komunitas pemuda lintas iman di 4 lokasi ini, ada SEKA, PEKA, Sederek, dan AMONG,” terang Triningsih.
“Lingkungan merupakan titipan dari Tuhan untuk generasi kita yang akan datang. Sehingga adalah tanggung jawab kita bersama supaya lestari sampai anak cucu kita,” imbuhnya. Triningsih yang juga merupakan Executive Body JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah, menguraikan bahwa Eco Bhinneka Muhammadiyah dan Fahmina Institute sama-sama sebagai organisasi mitra lokal di Indonesia yang melaksanakan program Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis, atau dikenal dengan Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA).
Ahsan Hamidi, Pegiat Eco Bhinneka Muhammadiyah, menegaskan bahwa ancaman kelestarian lingkungan tidak disebabkan oleh satu entitas orang yang berdasarkan kulit, ras, agama, sehingga begitupun penyelesaiannya. “Justru semua orang harus urun rembug. Itulah isu lingkungan, tidak bisa lepas dari kerukunan, karena menyelesaikan masalah lingkungan itu orang harus rukun. Gerakan-gerakan advokasi untuk perbaikan dan kelestarian lingkungan dilakukan oleh satu kelompok yang basis nilainya adalah rukun,” kata Ahsan, yang saat ini aktif sebagai Anggota Pimpinan di Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kegiatan dialog ditutup dengan saling bertukar cindera mata. Eco Bhinneka Muhammadiyah memberikan cindera mata buku berjudul ‘Merawat Kerukunan dan Melestarikan Lingkungan’ kepada Fahmina Institute. Buku yang dirilis tahun 2023 ini, merupakan kerjasama program Eco Bhinneka Muhammadiyah dengan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.
Buku ini makin menegaskan bahwa nilai-nilai agama mendorong agar setiap umatnya menjaga kelestarian bumi, tempat tinggal seluruh manusia. Fahmina Institute juga memberikan cindera mata berupa lukisan bergambar tokoh pewayangan Jawa bernama Kresna. Di kisah Pewayangan Jawa, sosok Kresna dianggap sebagai simbol perdamaian, kesejahteraan, dan keadilan bagi manusia di alam semesta. (Dzikrina Farah Adiba)