MALANG, Suara Muhammadiyah - Kita perlu memupuk hati dan pikiran agar bisa berjuang mencapai kebajikan. Pada Surat Al-Balad ayat 11-20 menjelaskan satu konsep yang patut direnungi, utamanya dalam mengisi hari-hari selepas Iedul Fitri dengan kebajikan, termasuk terlibat secara sosial untuk mendorong kemanusiaan.
Hal tersebut disampaikan Hilman Latief, Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam khutbah idul fitri di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 10 April 2024. Menurutnya, terdapat “jalan sukar” yang harus didaki. Jalan tersebut terjal dan panas. Sehingga tidak semua orang mampu untuk melaluinya.
“Jalan tersebut mencakup beberapa hal. Pertama melepaskan budak dari perbudakan. Kedua, memberi makan orang yang kelaparan. Ketiga, membantu anak yatim. Dan yang terakhir adalah membantu orang miskin yang sangat fakir,” ucap Dirjen Haji dan Umroh itu.
Pertama, melepas budak dari perbudakan. Dari dulu, perbudakan dan kemampuan eksploitatif ini adalah salah satu yang menunjukkan kekuatan dan kekuasan seseorang. Al-Qur’an meminta orang-orang yang beriman untuk mulai membuka mata, menegakkan keadilan, menjunjung persamaan, mengangkat harkat dan martabat manusia. Maka dari itu, perlu membebaskan lingkungan sekitar dari sistem yang eksploitatif yang mendekati perbudakan.
Kedua, memberi makan pada hari kelaparan. Zakat atau shadaqah sebagai bentuk ekspresi kedermawanan harus dipelihara secara profesional, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Pasalnya, krisis bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Sebagai orang beriman, kita harus senantiasa siap untuk menyumbangkan sebagian yang kita miliki agar orang lain terbantu sehingga bisa menjalani kehidupan secara layak.
“Salah satu entitas yang harus mendapatkan perhatian kita adalah membantu dan memberikan makan anak-anak yatim yang memiliki hubungan kekerabatan,” jelasnya.
Anak yatim umum diartikan sebagai anak yang ayahnya telah meninggal dunia. Namun, secara sosiologis juga dapat berarti sebagai anak yang tidak memiliki sandaran kehidupan ekonomi, walaupun secara fisik orang tuanya masih ada. Bantulah anak-anak yatim khususnya kerabat dekat kita, karena sesungguhnya harta yang paling berharga adalah keluarga.
Terakhir, Tidak semua mendapatkan keberuntungan dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan kelayakan hidup. Maka, bantulah orang miskin yang sangat fakir baik di masa bulan Ramadhan dan terutama sesudahnya.
Sementara, Rektor UMM Nazaruddin Malik, mengatakan bahwa kehidupan rohani yang baik akan menjadi energi untuk terus memberikan kemajuan dan pencerahan bagi kehidupan umat manusia yang bermartabat.
“Idul Fitri, selepas puasa Ramadhan sebulan penuh, mestinya mampu membentuk kita menjadi lebih baik. Mampu memanjatkan dan merasakan rasa syukur yang mendalam di dalam batin kita,” pungkasnya. (diko)