Meneguhkan Sikap Beriman Terhadap Allah

Publish

10 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
175
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Meneguhkan Sikap Beriman Terhadap Allah

Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

Ada yang meresahkan kita, yaitu sikap politik yang semakin menjauhkan diri dari iman kepada Allah. Fenomena ini berisiko dan berbahaya, perlu diwaspadai.

Semestinya, dalam segala aspek kehidupan, baik politik maupun yang lainnya, kita harus mengedepankan iman kepada Allah. Iman yang bukan hanya di mulut, tetapi juga di hati, yang dapat membedakan antara kawan dan musuh.

Seperti ungkapan yang populer dalam dunia politik: "Tiada teman yang abadi, dan tiada pula musuh yang abadi." Artinya, musuh dan sahabat bisa saling bertukar peran. Di dunia politik, sulit menentukan siapa kawan dan siapa lawan. Hari ini seseorang bisa menjadi kawan, tetapi besok dia bisa berubah menjadi lawan. Sehingga ada yang merumuskan bahwa kawan adalah mereka yang memiliki kepentingan yang sama dengan kita. Sementara yang lain, entah itu keluarga atau teman sejawat, bisa menjadi lawan.

Tidak ada janji yang bisa dipercaya, bahkan dari sahabat sendiri. Dunia politik memang pelik. Tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa dipercaya.

Hal ini bisa dilihat dalam dinamika politik kita saat ini. Contohnya, Yahya Muhaimin yang pernah mendukung Anies Baswedan saat sama-sama memiliki kepentingan yang sejalan. Namun, sekarang mereka berbeda karena target dan maksud yang tidak lagi sama. Seperti pepatah Melayu, "Sekali banjir datang, tepian pun berubah."

Meski demikian, ada petunjuk dari agama yang bisa menjadi pedoman. Kita bisa kembali ke prinsip politik yang selaras dengan ajaran agama, untuk menghindari fenomena dunia politik yang penuh ketidakpastian ini.

Mari kita lihat firman Allah dalam surat Fussilat ayat 33, yang artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim).'”

Dalam ayat ini, ada penekanan pada pentingnya menjadi seorang Muslim yang baik dan berkata dengan benar. Berpolitik sebagai Muslim berarti berkata jujur dan bersungguh-sungguh, serta menghindari kecurangan dan menebarkan kebaikan.

Tugas kita adalah keluar dari politik yang hanya berorientasi pada kepentingan dunia semata. Bagi seorang Muslim, politik dunia dan akhirat lebih baik. Inilah politik masa depan yang berkemajuan dan menyelamatkan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Menjaga Mentalitas dengan Nilai-Nilai Spiritual Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Tuhan di dun....

Suara Muhammadiyah

12 October 2023

Wawasan

'Aisyiyahku Semakin Cemerlang Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/LPPA PWA Kalbar&n....

Suara Muhammadiyah

26 May 2024

Wawasan

Setiap Anak Punya Kelebihan Masing-masing dan Menjadi Sang Juara Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat P....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Wawasan

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk Guru SMA Muhamamdiyah I Sumenep, penulis buku motivasi Islam Meraih Hikmah....

Suara Muhammadiyah

12 March 2024

Wawasan

Brand “MU” Harus Disikapi dengan Cerdas dan Bijak  Oleh Amidi, Dosen FEB Universit....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah