Mengagumi Keajaiban Al-Qur'an Melalui The Bible, The Quran and Science

Publish

25 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
102
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mengagumi Keajaiban Al-Qur'an Melalui The Bible, The Quran and Science

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Dalam artikel ini, saya ingin berbagi tentang sebuah buku yang telah menjadi teman setia saya selama puluhan tahun, The Bible, The Quran and Science (1976) karya Dr. Maurice Bucaille. Buku ini memiliki makna yang sangat spesial bagi saya, terutama pada masa-masa awal saya sebagai seorang aktivis dakwah di akhir 1990-an. Kala itu, kami memiliki semangat yang membara untuk memperkenalkan Al-Qur'an kepada masyarakat.

Tesis utama buku ini, yang awalnya ditulis dalam bahasa Prancis dan kini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, adalah bahwa Al-Qur'an memuat berbagai fenomena alam. Yang menakjubkan, ketika Al-Qur'an berbicara tentang fenomena-fenomena ini, ia menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat pada abad ketujuh. Namun, di saat yang sama, para ilmuwan modern yang membaca ayat-ayat tersebut menemukan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan mutakhir dalam sains.

Bayangkan, jika Al-Qur'an hanya berisi ajaran moral dan tidak menyinggung fenomena alam, tentu saja tidak akan ada konflik antara Al-Qur'an dan sains modern. Namun, Al-Qur'an justru berbicara tentang berbagai macam fenomena alam, dan yang luar biasanya, semua yang dikatakannya sesuai dengan fakta-fakta ilmiah yang baru ditemukan berabad-abad kemudian. Penemuan ini sungguh luar biasa dan menjadi bukti kuat bagi umat Islam, bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah.

Buku ini telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak Muslim, termasuk saya, untuk menyebarkan keindahan dan keajaiban Al-Qur'an kepada dunia. Ia menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga relevan secara ilmiah, sehingga semakin memperkuat keyakinan kami akan kebenaran Islam.

Buku ini juga menyoroti bagaimana ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur'an seringkali disalahpahami atau ditafsirkan secara terbatas selama berabad-abad. Bahkan dalam tafsir-tafsir klasik yang ditulis oleh para ulama terdahulu, terkadang mereka mengakui ketidaktahuan mereka akan makna sebenarnya dari beberapa ayat. Ketika dihadapkan pada hal-hal yang tidak mereka pahami sepenuhnya, mereka memilih untuk diam dan mengakui bahwa Al-Qur'an berbicara tentang sesuatu yang melampaui pengetahuan mereka saat itu.

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun ada hal-hal yang tidak dipahami secara mendalam oleh orang-orang pada abad ketujuh, pesan utama Al-Qur'an tetap dapat dipahami oleh mereka. Ketika Al-Qur'an menyebutkan fenomena ilmiah, mereka mungkin memahaminya pada tingkat dasar, sesuai dengan pengetahuan mereka saat itu. Namun, pemahaman yang lebih mendalam tentang ayat-ayat tersebut baru terungkap seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Salah satu contoh yang menarik adalah ayat dari Surat Adz-Dzariyat:47 yang menyebutkan tentang perluasan alam semesta. Para mufasir klasik tidak memahami konsep ini secara utuh. Beberapa dari mereka mencoba memberikan interpretasi, namun tidak sepenuhnya tepat. Baru pada tahun 1920-an, para ilmuwan menemukan bukti bahwa alam semesta memang mengembang, dan pada tahun 1964, hal ini menjadi fakta yang mapan dalam sains modern. Namun, Al-Qur'an telah menyebutkan tentang perluasan alam semesta ini sejak 1400 tahun yang lalu.

Selanjutnya, buku ini menyoroti bagaimana para penerjemah Al-Qur'an, yang juga berasal dari lingkungan pra-ilmiah modern, seringkali memiliki pemahaman yang terbatas saat menerjemahkan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam. Hal ini tercermin dalam terjemahan bahasa Inggris yang mungkin tidak sepenuhnya menangkap makna sebenarnya dari ayat-ayat tersebut.

Dr. Bucaille sendiri mengalami hal ini saat pertama kali membaca Al-Qur'an dalam terjemahan bahasa Inggris. Ia tertarik dengan bagaimana Al-Qur'an menyebutkan berbagai aspek fenomena fisik, namun merasa terjemahan yang ada kurang memadai. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk mempelajari bahasa Arab agar dapat memahami Al-Qur'an secara langsung.

Setelah mempelajari bahasa Arab dan menelaah Al-Qur'an lebih dalam, Dr. Bucaille menyadari bahwa seringkali kita perlu kembali kepada arti kamus dari kata-kata tertentu untuk memahami makna sebenarnya dari ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena fisik. Sebagai contoh, Al-Qur'an menyebutkan bahwa langit awalnya adalah "dukhan" atau asap. Dr. Bucaille menunjukkan bahwa kata "dukhan" dapat berarti "massa gas". Dalam konteks sains modern, kita memahami bahwa asal mula alam semesta dimulai dari massa gas yang sangat panas dan padat.

Jadi, kata "dukhan" yang mungkin memiliki arti sederhana bagi orang Arab pada abad ketujuh, ternyata memiliki makna yang lebih dalam dan relevan dengan penemuan ilmiah modern. Hal ini menunjukkan bahwa terjemahan Al-Qur'an perlu terus diperbarui dan disempurnakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, agar dapat menangkap makna sebenarnya dari ayat-ayat tersebut.

Selain itu, Dr. Bucaille juga membandingkan informasi dalam Al-Qur'an dengan apa yang terdapat dalam kitab-kitab Hadits. Ia menemukan bahwa beberapa riwayat dalam Hadits tidak sesuai dengan temuan ilmiah modern, bahkan ada yang harus ditolak dari sudut pandang ilmiah. Hal ini perlu kita renungkan, mengingat baik Al-Qur'an maupun Hadits berasal dari lingkungan pra-ilmiah.

Dr. Bucaille, dengan bijaksana, tidak memaksakan kesimpulan teologisnya kepada pembaca. Ia dengan hati-hati menyajikan fakta-fakta dan analisisnya, lalu membiarkan pembaca sendiri yang merenung dan mengambil keputusan: apakah Al-Qur'an ini benar-benar firman Tuhan, ataukah hanya karya manusia biasa? 

Lebih jauh lagi, Dr. Bucaille juga melakukan perbandingan dengan kitab-kitab suci sebelumnya, seperti Taurat dan Injil. Ia menemukan bahwa dalam beberapa kasus, terdapat ketidaksesuaian antara isi kitab-kitab tersebut dengan penemuan sains modern. Hal ini semakin mempertegas pertanyaan mendasar: apa yang membuat Al-Qur'an begitu istimewa sehingga mampu selaras dengan sains modern, sementara kitab-kitab suci lainnya tidak?

Buku ini mengajak kita menjelajahi berbagai bidang yang dibahas dalam Al-Qur'an, mulai dari penciptaan alam semesta, astronomi, bumi, flora dan fauna, hingga reproduksi manusia. Dengan setiap bab yang kita baca, kita akan semakin takjub dengan kedalaman dan keakuratan informasi yang disampaikan Al-Qur'an, yang bahkan sejalan dengan penemuan-penemuan ilmiah terbaru.

Secara keseluruhan, buku ini sangat layak dibaca. Gaya penulisannya yang jernih dan informatif membuat kita mudah memahami setiap konsep yang disampaikan. Satu-satunya hal yang mungkin bisa ditingkatkan adalah penambahan teks Arab dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dikutip. Meskipun bagi sebagian pembaca, terutama non-Muslim, teks Arab mungkin terasa mengganggu, namun bagi saya pribadi, kehadiran teks Arab akan menambah nilai dan kedalaman pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Selamat Milad Muhammadiyah ke 112: Selalu Bersyukur dan Tidak Berhenti Bergerak Oleh: Nur Ngazizah ....

Suara Muhammadiyah

19 November 2024

Wawasan

Against Zionist Narrative, Preventing The Next “Nakba” Mansurni Abadi  At dawn on....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Wawasan

Sabar Melaksanakan Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala  Oleh: Mohammad Fakhrudin Banyak ....

Suara Muhammadiyah

21 June 2024

Wawasan

Pembelajaran Tafsir Al-Qur’an Masa Depan Oleh: Tri Ermayani, Mahasiswa S3 Pendidikan Agama Is....

Suara Muhammadiyah

3 June 2024

Wawasan

Hati  Terkunci dan Kesempatan Bertaubat Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul) Bagi penulis, judul d....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah