YOGYARAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pada pagi hari ini yang penuh istimewa, Ahad (24/09) Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kedatangan Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin. Kedatangannya ini untuk mengisi kajian rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center UAD. tema yang dibawakan adalah “Rabiulawal: Mounth of death of the prophet?”
Pada kajian kali ini dihadiri oleh Wakil Rektor I UAD bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu Parjiman, M.Ag. dan rombongan dari Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis Sampena, Malaysia. Kajian diselenggarakan secara langsung di Masjid Islamic Center UAD dan secara online melalui channel Youtube Masjid Islamic Center UAD.
Bulan Rabi’ul Awwal menjadi bulan yang istimewa karena bulan tersebut nabi Muhammad SAW lahir di muka bumi ini. Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait tanggal kelahiran nabi Muhammad SAW. Pendapat pertama disampaikan oleh Imam Ibnu Ishaq bahwa nabi lahir tanggal 12. Pendapat kedua, oleh Imam al-Humaidi bahwa nabi lahir tanggal 8. Kemudian ketiga, dinukilkan oleh Ibnu Dihyah bahwa nabi lahir tanggal 10. Keempat, ada yang mengatakan nabi Muhammad lahir tanggal 9.
Dari pendapat-pendapat tersebut, bahwa titik perbedaan yang muncu di antara para ulama terletak pada tanggal kelahiran nabi SAW. adapun hari dan bulan, nabi SAW pernah mengatakan sendiri bahwa beliau dilahirkan pada hari senin bulan Rabi’ul Awwal. Dan tidak ada yang berbeda juga dalam penanggalan wafat nabi SAW yaitu tanggal 12 Rabi’ul Awwal.
Dia jelaskan bahwa perbedaan tanggal yang muncul pada kalangan ulama itu karena penanggalan hijriyah baru di mulai jauh setelah nabi lahir, tepatnya ketika nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah.
“Kelahiran bukanlah sesuatu yang berat. Tentu kelahiran itu membuat kita bahagia. Apalagi dengan lahirnya nabi SAW. The first generation of Islamic or salafussalih, mereka tidak ada satu perayaan. Semua sejarawan bersepakat, bahwa perayaan pertama dilakukan pada masa dinasti Fathimiyah diprakarsai oleh Ubaid al-Mahdi. Tidak hanya itu, juga merayakan hari lahir sayyidina Ali, Fathimah dan lainnya, kemudian (ketika runtuhnya Fathimiyah) datang dari kalangan Sunni memadamkan perayaan (yang tidak sesuai syariat Islam) dan mempertahankan perayaan maulid.” Terangnya.
Dr. MOZA juga menyebutkan bahwa di Perlis, bulan Rabi’ul Awwal disebut bulan Zikru Rasul (mengingat rasul). Mulai dari kelahiran, perjalanan hidup sampai dakwahnya selama 23 tahun dengan berbagai cobaan yang dihadapinya. Dia menceritakan bahwa kelahiran nabi SAW, terjadi sesuatu yang disebut dengan Irhas (kejadian-kejadian luar biasa). Tetapi sebagian kejadian itu tidak dapat dibuktikan melalui riwayat yang sahih. Seperti cerita ketika waktu malam nabi lahir, datangnya aisyah dan maryam yang menjadi bidan atau menyambut kelahiran nabi (ini tidak ada riwayatnya).
Ketika di tengah kehidupan Mekkah jahiliyah, nabi SAW mulai berdakwah pada keluarga terdekatnya yaitu bani Hasyim dan akhirnya diterima oleh Ali bin Abi Thalib dan Abu Thalib, pamannya. Ini episode paling penting dalam kehidupannya. Apabila nabi SAW dijadikan rasul, maka dia telah mengubah cara pikir menurut sikap dan sudut pandang orang-orang Mekkah kepada nabi Muhammad SAW.
Ketika nabi SAW berdakwah dan dianggap gila bahkan dilempar batu dan kotoran hewan ke badan nabi SAW. hal ini karena, banyak penentang mengintimidasi pengikut nabi agar meninggalkannya. Dan banyak yang mengkhawatirkan bahwa nabi Muhammad akan merusak penyembahan berhala yang sudah dilakukan sejak nenek moyang. Bahkan sampai kaum Quraisy ingin membunuh nabi SAW. dan banyak sekali tuduhan yang didapatkan oleh nabi SAW.Tetapi, nabi tidak membalasnya, padahal jika nabi berdoa maka Allah akan segera mengabulkannya.
Dr. MOZA menceritakan tentang nabi Muhammad SAW sedang menjalanan ibadah di Mekkah dan melaksanakan khutbatul Wada’. Dalam Khutbatul Wada’ yang sangat menyentuk sanubari jama’ah, di dalamnya menekankan bahwa pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Menjaga kebersihan hati bahkan nabi SAW memperhatikan hak-hak wanita, sehingga nabi SAW memuliakan sosok wanita.
“Ketika nabi masuk Madinah, Madinah menjadi bersinar. Pada nabi Muhammad wafat Madinah menjadi suram. Sampai sebagian sahabat nabi lari dan bersembunyi karena terlalu sedih. Sebagian lainnya belum mempercayai jika nabi wafat,” tutupnya. (Badru Tamam)