YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam menghadapi era Industri 5.0 Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan pentingnya bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) untuk mengelola dialektika Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan unsur-unsur kemanusiaan.
“Salah satu tantangan yang dihadapi dalam revolusi industri dari yang pertama hingga yang terkini adalah manusia mengalami degradasi yang luar biasa padahal di era anthropocene ini, manusia punya pengaruh yang besar terhadap lingkungannya dan apa yang mereka ciptakan,” ungkap Haedar dalam Pengukuhan Guru Besar Prof Dr Muchlas, MT di Amphitarium Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Sabtu (30/9).
Haedar menilai pemaparan yang terkandung di dalam pidato Guru Besar Prof Dr Muchlas, MT memberikan optimisme dalam menyikapi perkembangan digital serta revolusi industri 5.0. “Kita tidak perlu gagap menghadapi perkembangan tersebut karena kita punya kemampuan yang tuhan berikan yakni otak dan hati sebagai khalifah fil ard,” lanjut Haedar.
UAD sendiri menurut Haedar telah secara maksimal dan mumpuni dalam membuktikan hal tersebut. UAD dinilai sebagai salah satu kampus di lingkungan PTMA yang dikenal konsisten dalam mempertahankan kualitas serta mengembangkan dirinya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
“Saat ini UAD sedang mengembangkan satu pusat data yang canggih. Selain itu, salah satu produk milik UAD yang telah menuai pujian yaitu rudal udara dan darat yang telah teruji balistik. Ini perlu dipatenkan. Tidak mudah dalam merancang teknologi ini, dan UAD telah membuktikan bahwa dirinya mampu,” pujinya.
Hal ini membuktikan bahwa PTMA memiliki keunggulan yang telah diakui berbagai pihak. Oleh karena itu Haedar menekankan bahwa di tengah-tengah tantangan yang dihadapi oleh banyak perguruan tinggi saat ini, termasuk dalam hal serapan peserta didik, PTMA didorong untuk tetap mampu bergerak secara dinamis dengan semangat kemandirian yang dimiliki.
“Saya yakin kita memiliki prospek dalam memimpin peradaban apabila mampu mengaktualisasikan spirit membangun masa depan dengan mengintegrasikan kemajuan teknologi dan manusia juga nilai-nilai kemanusiaan,” tegas Haedar.
Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh PTMA juga amal usaha lainnya harap Haedar mampu terus dikawal dan diintegrasikan demi mengawal cita-cita tersebut. Dirinya mengharpak kekuatan yang terkonsolidasi tersebut dapat melahirkan branding yang sama kuatnya.
“Kemajuan tidak ditentukan oleh jumlah massa, tapi oleh kekuatan-kekuatan strategis dan kelompok-kelompok kecil. Namun di sisi lain kita harus terus berintrospeksi khususnya dalam hal dakwah kita.”
Haedar menekankan bahwa jajaran Doktor dan Guru Besar yang ada di lingkungan PTMA menjadi tonggak-tonggak kekuatan strategis yang dimiliki oleh Muhammadiyah dalam pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas. Saat ini, dari 273 Guru Besar di Indonesia, 15 diantaranya berasal dari UAD. Haedar optimis ke depan, akan lebih banyak lagi intelektual Muhammadiyah yang lahir dan menjadi tonggak dalam menciptakan center of excellence.
“Muhammadiyah harus terus merawat dan mensyukuri potensi-potensi besar tersebut. Ke depan kita harus lebih dinamis menjalankan fungsi PTMA sebagai kekuatan strategis dalam membangun kemajuan umat dan bangsa,” pungkasnya. (Th)