Mengelola Pendidikan Islam dalam Rangka Mencari Ridho Allah

Publish

16 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
472
Istimewa

Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Puji dan Syukur dihari yang ke-lima Ramadhan, Islamic Center UAD terus istiqamah mengadakan Kajian Menjelang Buka yang pada kesempatan kali ini menghadirkan pemateri yang merupakan Wakil Dekan Bidang Agama Islam dan Kemuhammadiyahan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan yang juga merupakan Dosen prodi PGSD. Kajian dibuka oleh Ustadz Semaun Al Usman, M.Pd yang sekaligus menyampaikan bahwa tema kajian menjelang buka pada sore hari ini terkait “Manajemen Pendidikan Islam”, Jum’at (15/03).

Pada kajian menjelang buka kali ini, banyak dari kalangan mahasiswa dan masyarakat sekitar yang datang ikut meramaikan dan mendengarkan dengan seksama kajian tersebut. Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.I membuka kajian tersebut dengan melafalkan QS. Al-Baqarah ayat 13 yang apabila di artikan maka surat tersebut berkaitan dengan pembahasan pada tema kajian sore ini. 

Beliau menyampaikan bahwa, “Salah satu ikhtiar kita sebagai warga Universitas Ahmad Dahlan khususnya, untuk mewujudkan harmonisasi agama dan ilmu pengetahuan sesuai dengan tema Ramadhan Islamic Center tahun ini”. Prof. Suyatno juga menyampaikan bahwa beliau mengubah judul pembahasan sedikit berbeda dengan tema yang seharusnya menjadi “Bagaimana islam mengelola pendidikan” agar lebih mudah didiskusikan, yang didalam pembahasannya meliputi sejarah agama dalam mengatur pendidikan termasuk sejarah pendidikan itu sendiri.

Ditengah peserta kajian yang terus bertambah, Prof. Suyatno menjelaskan mengenai dakwah Rasulullah “Dalam dakwah Rasul bukan hanya meliputi agama islam saja, akan tetapi juga terdapat pendidikan didalamnya” selain itu beliau juga memaparkan mengenai perbedaan antara tadris, ta’lim, dan ‘alim. “Pendidikan berfungsi sebagai penanaman adab” diakhir kaliamatnya.

Prof. Suyatno memberikan pengertian seperti apa pendidikan dalam islam yang tidak mendikotomikan antara ilmu pengetahuan dan agama. Bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan dalam perspektif islam dapat ditemukan dalam landasan agama islam itu sendiri. Salah satu contohnya yaitu dalam QS.Al-Baqarah ayat 31 yang telah dilafalkan pada saat muqaddimah diawal kajian. Dari ayat tersebut, Prof. Suyatno menyebutkan bahwa “Pendidikan disebut berhasil apabila mahasiswa/siswa/santri dapat menjadi ‘khalifatullah fil ard’. Maka sudah menjadi keharusan apabila menjadi wakil Allah harus cerdas, kuat, dan berani. Dan harus bisa menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri”.

“Dihafal dipahami dihayati diamalkan” Prof. Suyatno menekankan hal tersebut seperti yang telah diamalkan oleh sayyidina ‘Aisyah bahwa seperti itulah literasi beragama yang sesungguhnya.  Dari sejarah yang telah dijelaskan oleh Prof. Suyatno, maka dapat disimpulkan bahwa Adanya dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama bukan karna adanya islam atau tradisi islam. Hal tersebut berasal dari tradisi barat yang memiliki paradigma ilmu pengetahuan dan agama merupakan hal yang berbeda dikarenakan trauma yang mereka miliki. Berbeda dengan islam yang beranggapan bahwa agama dan ilmu pengetahuan dapat di integrasikan. Paradigma tersebut sudah ada sejak awal kemunduran islam terdahulu. 

Apabila memahami apa itu ayat Kauniyah dan Qauliyah maka kita tidak akan memiliki paradigma dikotomi antar ilmu pengetahuan dan agama. Karena sebetulnya hal-hal tersebut saling berkesinambungan. 

Dari pegelihatan Prof. Suyatno, mahasiswa dan orang-orang muslim lainnya kerap kali tidak yakin apa yang dikerjakan atau kuliah yang dijalankan dari pagi sampai sore bukan termasuk ibadah kepada Allah. Melainkan hanya kegiatan yang duniawi saja, dan menganggap bukan bagian dari agama. Maka dari sini muncul istilah ‘sekuler objektif’ yang beranggapan bahwa agama diletakkan di ranah privasi.

Contohnya, seperti agama tidak boleh mengatur tata negara, bahwa agama tidak boleh mengatur ekonomi dan sebagainya. Kita sebagai umat muslim terdakadang tidak sadar jika kita juga sekuler, tetapi sekuler yang subjektif, seperi yang dikatakan oleh Kunto Wijoyo. Karena sering kali merasa apa yang kita lakukan bukan bagian dari agama dan perlu ditekankan kembali bahwa islam tidak mendikotomikan antara ilmu pengetahuan dengan agama.

Pada menit-menit terakhir kajian, Prof. Suyatno menyampaikan “Sebagai umat islam, semua yang kita lakukan harus didasari dengan “bismi rabbikalladzi khalaq”. Sebelum berakhirnya sesi Kajian Menjelang Buka, beliau Prof. Suyatno juga menyampaikan harapannya “Semoga sedikit yang saya sampaikan dapat diambil hikmahnya dan bisa menjadi pertimbangan kita dalam menjalani kehidupan sehingga setiap hari hidup kita dihadapan Allah kualitasnya semakin baik”

Terakhir, acara ditutup dengan lantunan suara adzan dan buka bersama seluruh peserta Kajian Menjelang Buka Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

REMBANG, Suara Muhammadiyah - Ada yang baru di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Lasem, Rembang, Jawa ....

Suara Muhammadiyah

14 September 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - SMP UNISMUH Makassar, Sulawesi Selatan (SPUMA) menoreh prestasi memban....

Suara Muhammadiyah

9 March 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Penasihat Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Nahla Shabri Al-Sha&rsquo....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Berita

CILACAP, Suara Muhammadiyah - Akhir tahun 2024 maka untuk warga, kader dan simpatisan Muhammadi....

Suara Muhammadiyah

21 November 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah – Mengawali tahun 2024, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMS....

Suara Muhammadiyah

24 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah