Mengharmonikan Dzikir dan Shalawat dalam Bingkai Dakwah Kultural

Publish

19 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
316
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah kembali menggelar forum budaya bertajuk ‘Aisyiyah Bicara Budaya #4 – Senandung Dzikir dan Shalawat pada Sabtu (17/5), di Aula Lantai 2 Gedung PP ‘Aisyiyah juga secara daring. Acara ini diikuti oleh 35 peserta luring dan 250 peserta daring dari seluruh Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Milad ke-108 ‘Aisyiyah dan menjadi ruang penguatan dakwah kultural dengan semangat pencerahan. Acara dibuka oleh MC yaitu Heni Siswantari, SPd, MA, dilanjutkan sambutan dari Ketua Lembaga Budaya Seni dan Olahraga (LBSO) PP ‘Aisyiyah, Widyastuti, MHum.

Dalam sambutannya, Widyastuti menegaskan bahwa ‘Aisyiyah tidak menolak budaya, namun bersikap selektif agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai ke-Muhammadiyahan. Ia juga mengumumkan peluncuran shalawat versi ‘Aisyiyah, sebagai alternatif bacaan shalawat yang edukatif dan religius untuk digunakan dalam berbagai pengajian.

Pertama-tama, materi utama disampaikan oleh Dr Siti Bahiroh, MSi (Majelis Tarjih PPA) mengangkat pentingnya membingkai tradisi seperti tahlilan dengan pendekatan bijaksana. Ia mencontohkan bentuk pengajian dan tadarus sebagai pengganti tahlilan konvensional, dan pentingnya memberi edukasi kepada masyarakat tanpa konfrontasi.

Dr Siti Aisyiyah, MAg, Ketua PP ‘Aisyiyah menyatakan bahwa senandung dzikir dan shalawat sangat relevan sebagai media spiritual yang indah dan berdampak. “Budaya adalah bagian dari kehidupan masyarakat. ‘Aisyiyah hadir untuk membalutnya dengan nilai-nilai Islam yang tinggi, bijaksana, dan transformatif,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Dra Chusniatun, MA, menegaskan bahwa membaca tahlil dan shalawat adalah ibadah yang dapat meningkatkan keimanan jika dilakukan sesuai tuntunan. Ia menggarisbawahi lima kriteria tradisi yang baik dalam Islam: sesuai syariat, menambah iman, bebas dari unsur syirik, membentuk kemaslahatan, dan mendorong pencerahan peradaban.
Shalawat sebagai Dakwah Kultural

Melengkapi sesi diskusi, Assoc Prof Wawan Gunawan Abdul Wahid (Majelis Tarjih PP Muhammadiyah) menegaskan pentingnya menghindari penyimpangan dalam pelaksanaan tradisi. Menurutnya, shalawat dapat menjadi sarana dakwah yang kuat bila tetap menjaga marwah dan ruh spiritualitas, termasuk diperbolehkannya rebana dan aransemen musik tertentu seperti orkestra bernuansa religius.

Dalam sesi tanya jawab, para peserta antusias membahas konsep hadroh dan shalawat versi Aisyiyah. Disampaikan bahwa seni dalam dakwah diperbolehkan selama tidak mengarah pada maksiat dan tetap dalam koridor nilai Islam.

Moderator acara, Prof Dr Atik Triratnawati, MA, menutup forum dengan harapan bahwa kajian budaya ‘Aisyiyah akan terus berlanjut sebagai media pencerahan umat melalui pendekatan kultural yang sesuai syariat.

Acara ini menegaskan bahwa dzikir, shalawat, dan tahlil bukan sekadar ritual, tetapi juga wahana dakwah dan transformasi sosial. ‘Aisyiyah Bicara Budaya #4 menjadi bukti bahwa tradisi dapat dirajut bersama nilai-nilai Islam untuk membangun peradaban yang mencerahkan. (Lutfandita/n)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Komisariat Univers....

Suara Muhammadiyah

3 December 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tiga orang Kader Muhammadiyah yang juga pengurus Pimpinan Cabang Is....

Suara Muhammadiyah

18 December 2023

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta memiliki cara y....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Berita

MAGELANG, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang tergabung d....

Suara Muhammadiyah

17 January 2024

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menggelar shalat Idul Adh....

Suara Muhammadiyah

7 June 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah