YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - “Sebagai pimpinan Muhammadiyah yang sudah bergumul cukup lama dan mengikuti beragam perkembangan Persyarikatan. Saya ingin mengapresiasi perkembangan bisnis di Muhammadiyah,” ujar Haedar Nashir dalam Business Gathering Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) yang berlangsung di SM Tower Malioboro (27/9).
Dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, ia berharap seluruh unit bisnis yang berada di bawah nangungan Persyarikatan bisa saling memberi ruang. Bersinergi dan berkolaborasi untuk mencapai kemajuan bersama.
Di samping itu, seiring dengan posisi Muhammadiyah yang belakangan selalu disandingkan dengan konglomerasi sembilan naga pasca video Mardigu beredar luas, Pimpinan Pusat Muhammadiyah pun banyak menuai pujian, namun juga disertai dengan tantangan yang tak mudah.
“Sebenarnya secara potensi bisnis, Muhammadiyah bisa menjadi konglomerasi besar,” tegasnya dihadapan perwakilan dari 82 BUMM.
Meski masih terdapat banyak tugas rumah di sana sini dalam mengkonsolidasikan bisnis Persyarikatan, ia mengaku bahwa masih ada satu progres yang perlu untuk sisyukuri, yaitu usaha di bidang ekonomi yang terus tumbuh dan berkembang.
Dalam usaha mengembangkan bisnis Persyarikatan, kita bisa melihat bagaimana Suara Muhammadiyah bertransformasi menjadi pusat kemajuan yang membanggakan. Muhammadiyah ternyata mampu mendirikan sebuah hotel (SM Tower) di bawah manajemen Suara Muhammadiyah. Kita bisa melihat perbedaan SM dulu dan sekarang.
"Gimana saya support mas Deni untuk mengubah SM. Bagaimana saat itu mas Deni saya tugasi untuk memimpin SM, dari perusahaan kecil yang orang malu mengaku sebagai SM, tapi kini menjadi perusahaan besar dan terus berkembang. Dalam bisnis intinya beri ia ruang dan keleluasaan. Regenerasi kepemimpinan perlu ditularkan ilmunya kepada yang muda, jangan yang tua-tua terus mimpin. Jangan mendengar mereka yang mengkritik majalah SM, karena saya yakin mereka yang mengkritik ini tidak berlangganan SM. Tapi dengarkan mereka yang berada di cabang dan ranting yang terus setia berlangganan SM," ujarnya.
Hal ini ditunjukkan melalui tren yang cukup baik dari usaha bisnis yang digerakkan oleh Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit besar milik Muhammadiyah. Diri unit-unit bisnis tersebut menghasilkan skala omset yang cukup besar.
“UMM misalnya, di sana ada hotel yang bagus, ada wisata Sengkaling, ada Rumah Sakit yang bagus dan berbagai usaha bisnis lain yang menunjukkan bahwa Muhammadiyah itu central of excellence,” paparnya.
Menurutnya, capaian semacam ini perlu di kembangkan di banyak tempat, yang menunjukkan bahwa PTM bisa bergerak di bidang bisnis, di bidang niaga dan lain sebagainya. Ini adalah cara jitu PTM agar tidak bergantung sepenuhnya dari uang yang dibayarkan mahasiswa melalui skema SPP. Harapan besar ini diharapakan dapat terus menggelinding menjadi kekuatan baru ekonomi Persyarikatan. (diko)