Mensyukuri Kemerdekaan

Publish

21 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
55
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mensyukuri Kemerdekaan 

Oleh: Dr Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar/Dosen IAIN Pontianak 

Agustus menjadi bulan penuh kegembiraan bagi seluruh bangsa Indonesia. Tidak hanya karena bulan merayakan HUT RI dengan berbagai cara sebagai ekspresi kegembiraan, tetapi juga momentum intropeksi. Apa yang sudah kita berikan untuk bangsa ini, jika kita adalah pemimpin, guru, pengusaha, pelajar bahkan pedagang asongan sekalipun. Sudahkah sebagai warga negara, kita terkategori baik dan layak disebut mencintai. 

Jika cinta kepada manusia dibuktikan dengan perbuatan, keikhlasan, rela berkorban, maka demikian pula cinta tanah air yang berwujud dalam bernama nasionalisme. Tidak hanya cukup dibibir, tidak sekedar pemanis di tiap perayaan kenegaraan, tetapi sebagai identitas diri yang menjadikan kita terus bersemangat untuk melakukan perubahan baik untuk diri dan lingkungan. Kerja berat yang sejatinya tidaklah terlampaui sulit jika makna kemerdekaan disyukuri, dan  dimanifestasikan ditiap aktifitas. 

Sebuah nikmat yang sering  lalai kita syukuri, bahwa merdeka adalah rahmat  Allah SWT, sebab dibelahan dunia lain masih ada saudara kita yang begitu merindukan merdeka, bisa merasakan tidur, makan dengan layak, sekolah tanpa ketakutan atau mendambakan kebersamaan dengan orang terkasih, yang hari ini belum sempat kita syukuri sebagai bentuk kasih sayang Allah yang luas. 

Mensyukuri nikmat Allah adalah bentuk kehambaan kita sebagai insan. Haedar Nashir  Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam Pidato Kebangsaan memperingati 80 Tahun Indonesia menegaskan sekaligus kembali mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan mandat sejarah yang harus terus diperjuangkan agar cita-cita luhur para pendiri bangsa benar-benar terwujud. Pendidikan karakter yang wajib terus kita viralkan, agar pesan moral tersampaikan ke generasi selanjutnya. Kita rawat NKRI ini agar bisa diwariskan ke anak cucu, sebab cinta tak akan goyah jika ia terus dirawat. 

Nikmat Kemerdekaan 

Mensyukuri nikmat  kemerdekaan bukan sekedar simbol seremonial suka cita tanpa rasa dan asa. Tetapi sebuah manifestasi menghargai pengorbanan, meningkatkan kesadaran dan partisipasi, serta menguatkan identitas. Dengan mensyukuri kemerdekaan, kita dapat memperkuat fondasi bangsa serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Minimal muncul kesadaran dalam bentuk intropeksi diri, serta keinginan terus berbuat kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain. 

Sesuai pembukaan UUD 1945 jelas termaktub  bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Merdeka merupakan bentuk kebebasan dari penindasan, penjajahan, dan intimidasi. Dalam konteks Indonesia sendiri,  merdeka adalah ekspresi kebahagiaan lahir dan batin, bebas dari segala bentuk penjajahan dan memiliki kedaulatan sendiri.  Melalui tema Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju,  mengisyaratkan sebuah harapan agar seluruh rakyat Indonesia memperoleh hak yang sama sesuai UUD 1945, dan dapat berkontribusi sesuai kesanggupan. Tinggal kebermanfaatan tersebut terus di jaga agar tidak memudar. 

Pertanyaan menariknya adalah, bagaimana menjaga kemerdekaan agar seremonial tersebut tidak sekedar simbol tetapi keadaan untuk mengatasi ketimpangan, kesenjangan yang  semakin jomplang antara kaya dan miskin, antara yang memiliki hubungan politis dengan yang mengandalkan skill dan taruhan nasib. Jawabannya tentu tidak  semudah saat dikatakan. Jika dari ranah teori maupun kebijakan kita memahami kesejahteraan, keadilan adalah milik seluruh rakyat RI, faktanya tidaklah sama saat teori tersebut didengungkan dalam tiap seminar atau workshop. Gesekan kepentingan akan selalu mewarnai, maka pergeseran makna nilai pantas pun menjadi buah bibir yang selalu hangat dikupas.  

Kita berharap di momentum 80 tahun Indonesia merdeka, kesejahteraan, keadilan lebih baik dan dapat dinikmati seluruh masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Berbagai kesempatan mendapatkan masa depan layak, merata dirasakan oleh anak-anak bangsa. 

Tokoh pendidikan moderat dunia asal Indonesia Kiai Ahmad Dahlan, berujar memaknai kemerdekaan bukan hanya sekedar dan cukup terbebas dari penjajahan kolonial, tetapi juga kemerdekaan dalam berpikir, bertindak untuk memajukan diri dan bangsa. Ruang tersebut harus dibuka lebar, yang disebut Kiai Dahlan sebuah pendidikan seumur hidup, tentang pentingnya kesadaran beradab dan berperadaban dalam memperjuangkan kemerdekaan sepanjang usia republik ini. Siapun kita terus didorong  untuk berkontribusi dalam membangun bangsa  berdaulat,  bermartabat yang berkemajuan untuk Indonesia maju. 

Selamat HUT Indonesiaku, merdeka!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Restorasi Kemanusiaan melalui Puasa: Refleksi di Ujung Ramadhan Oleh: Dzar Fadli El Furqan, Ketua B....

Suara Muhammadiyah

28 March 2025

Wawasan

Oleh: Prof Dr Drs A Hilal Madjdi, MPd, Wakil Ketua PDM Kudus   Gegap gempita selamat dan syuk....

Suara Muhammadiyah

14 May 2025

Wawasan

Menghidupkan Wawasan Berkemajuan Oleh: Hasbullah, Dosen di Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Foun....

Suara Muhammadiyah

29 April 2025

Wawasan

Bahaya ‘Crab Mentality’ dalam Tubuh IMM Oleh: Naufal Abdul Afif S.Sos Crab mentality ....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Wawasan

Mengembangkan Amal Usaha Persyarikatan Tidak Boleh Emosi dan Euforia Oleh: Amidi, Dosen FEB Univers....

Suara Muhammadiyah

28 July 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah