Mensyukuri Kemerdekaan
Oleh: Dr Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar/Dosen IAIN Pontianak
Agustus menjadi bulan penuh kegembiraan bagi seluruh bangsa Indonesia. Tidak hanya karena bulan merayakan HUT RI dengan berbagai cara sebagai ekspresi kegembiraan, tetapi juga momentum intropeksi. Apa yang sudah kita berikan untuk bangsa ini, jika kita adalah pemimpin, guru, pengusaha, pelajar bahkan pedagang asongan sekalipun. Sudahkah sebagai warga negara, kita terkategori baik dan layak disebut mencintai.
Jika cinta kepada manusia dibuktikan dengan perbuatan, keikhlasan, rela berkorban, maka demikian pula cinta tanah air yang berwujud dalam bernama nasionalisme. Tidak hanya cukup dibibir, tidak sekedar pemanis di tiap perayaan kenegaraan, tetapi sebagai identitas diri yang menjadikan kita terus bersemangat untuk melakukan perubahan baik untuk diri dan lingkungan. Kerja berat yang sejatinya tidaklah terlampaui sulit jika makna kemerdekaan disyukuri, dan dimanifestasikan ditiap aktifitas.
Sebuah nikmat yang sering lalai kita syukuri, bahwa merdeka adalah rahmat Allah SWT, sebab dibelahan dunia lain masih ada saudara kita yang begitu merindukan merdeka, bisa merasakan tidur, makan dengan layak, sekolah tanpa ketakutan atau mendambakan kebersamaan dengan orang terkasih, yang hari ini belum sempat kita syukuri sebagai bentuk kasih sayang Allah yang luas.
Mensyukuri nikmat Allah adalah bentuk kehambaan kita sebagai insan. Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam Pidato Kebangsaan memperingati 80 Tahun Indonesia menegaskan sekaligus kembali mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan mandat sejarah yang harus terus diperjuangkan agar cita-cita luhur para pendiri bangsa benar-benar terwujud. Pendidikan karakter yang wajib terus kita viralkan, agar pesan moral tersampaikan ke generasi selanjutnya. Kita rawat NKRI ini agar bisa diwariskan ke anak cucu, sebab cinta tak akan goyah jika ia terus dirawat.
Nikmat Kemerdekaan
Mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan sekedar simbol seremonial suka cita tanpa rasa dan asa. Tetapi sebuah manifestasi menghargai pengorbanan, meningkatkan kesadaran dan partisipasi, serta menguatkan identitas. Dengan mensyukuri kemerdekaan, kita dapat memperkuat fondasi bangsa serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Minimal muncul kesadaran dalam bentuk intropeksi diri, serta keinginan terus berbuat kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain.
Sesuai pembukaan UUD 1945 jelas termaktub bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Merdeka merupakan bentuk kebebasan dari penindasan, penjajahan, dan intimidasi. Dalam konteks Indonesia sendiri, merdeka adalah ekspresi kebahagiaan lahir dan batin, bebas dari segala bentuk penjajahan dan memiliki kedaulatan sendiri. Melalui tema Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju, mengisyaratkan sebuah harapan agar seluruh rakyat Indonesia memperoleh hak yang sama sesuai UUD 1945, dan dapat berkontribusi sesuai kesanggupan. Tinggal kebermanfaatan tersebut terus di jaga agar tidak memudar.
Pertanyaan menariknya adalah, bagaimana menjaga kemerdekaan agar seremonial tersebut tidak sekedar simbol tetapi keadaan untuk mengatasi ketimpangan, kesenjangan yang semakin jomplang antara kaya dan miskin, antara yang memiliki hubungan politis dengan yang mengandalkan skill dan taruhan nasib. Jawabannya tentu tidak semudah saat dikatakan. Jika dari ranah teori maupun kebijakan kita memahami kesejahteraan, keadilan adalah milik seluruh rakyat RI, faktanya tidaklah sama saat teori tersebut didengungkan dalam tiap seminar atau workshop. Gesekan kepentingan akan selalu mewarnai, maka pergeseran makna nilai pantas pun menjadi buah bibir yang selalu hangat dikupas.
Kita berharap di momentum 80 tahun Indonesia merdeka, kesejahteraan, keadilan lebih baik dan dapat dinikmati seluruh masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Berbagai kesempatan mendapatkan masa depan layak, merata dirasakan oleh anak-anak bangsa.
Tokoh pendidikan moderat dunia asal Indonesia Kiai Ahmad Dahlan, berujar memaknai kemerdekaan bukan hanya sekedar dan cukup terbebas dari penjajahan kolonial, tetapi juga kemerdekaan dalam berpikir, bertindak untuk memajukan diri dan bangsa. Ruang tersebut harus dibuka lebar, yang disebut Kiai Dahlan sebuah pendidikan seumur hidup, tentang pentingnya kesadaran beradab dan berperadaban dalam memperjuangkan kemerdekaan sepanjang usia republik ini. Siapun kita terus didorong untuk berkontribusi dalam membangun bangsa berdaulat, bermartabat yang berkemajuan untuk Indonesia maju.
Selamat HUT Indonesiaku, merdeka!