Menyingkap Misteri Yesus dalam Islam

Publish

10 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
224
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menyingkap Misteri Yesus dalam Islam

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Mari kita selami The Islamic Jesus (2017), sebuah buku karya Mustafa Akyol yang mengupas kisah Yesus dan ibunya, Maria, berdasarkan perspektif Al-Qur'an. Tak hanya itu, buku ini juga menyingkap benang merah antara Islam dan Kekristenan Yahudi yang mungkin tak banyak diketahui. Dengan judul yang menarik, "Yesus dalam Islam", Akyol seakan ingin mengajak kita memahami sosok Yesus melalui kacamata Islam. Tentu saja, keyakinan umat Muslim dan Kristen tentang Yesus memiliki perbedaan. Lalu, seperti apakah sesungguhnya persepsi Islam tentang Yesus? 

Al-Qur'an menyajikan kisah Yesus secara unik. Ia dilahirkan secara mulia atas karunia Tuhan, tumbuh dalam lindungan-Nya, dan menunjukkan banyak mukjizat. Bahkan, akhir hidupnya pun diselubungi misteri. Keyakinan akan kembalinya Yesus juga menjadi bagian tak terpisahkan dari keimanan umat Islam. Meskipun banyak yang meyakini kembalinya Yesus berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Akyol menunjukkan bahwa kaitannya sebenarnya tidak begitu kuat. Ia bahkan meragukan tafsir harfiah tentang Yesus yang akan turun dari langit. Namun, Akyol tetap menyajikan pandangan umum Al-Qur'an tentang Yesus, dan menghubungkannya dengan sejarah Yesus di luar narasi Islam.

Yang membuat buku ini semakin menarik adalah kedalaman riset Akyol. Ia dengan lihai menjelajahi pengetahuan Alkitab dan studi sejarah tentang Yesus, bahkan mengutip berbagai sarjana Kristen terkemuka. Akyol mengungkapkan adanya aliran Kekristenan Yahudi, yang di dalamnya terdapat sekelompok orang Kristen yang disebut Ebionit. Istilah "Ebionit" sendiri berasal dari kata "ebion" yang berarti "miskin" dalam bahasa Ibrani. Sebutan ini merujuk pada ucapan Yesus dalam Khotbah di Bukit yang tertulis dalam Injil Matius, "Berbahagialah orang yang miskin." Seolah menjadi sebuah gelar kehormatan, Ebionit dianggap sebagai kelompok yang diberkati karena kedekatan mereka dengan kaum miskin.

Ebionit, sebuah kelompok Kristen awal, memiliki beberapa keyakinan yang membedakan mereka dari umat Kristen arus utama. Salah satu yang paling menonjol adalah pandangan mereka tentang Yesus. Berbeda dengan kebanyakan umat Kristen yang meyakini Yesus sebagai Tuhan, Ebionit justru menganggap Yesus sebagai manusia biasa, seorang nabi yang diutus Tuhan. 

Lebih lanjut, ada di antara Ebionit yang bahkan meyakini bahwa Yesus memiliki ayah biologis, yaitu Yusuf, suami Maria. Meskipun ada juga yang menyebut Yesus sebagai "anak Tuhan", namun istilah tersebut dipahami dalam konteks metaforis, bukan harfiah seperti yang diyakini oleh umat Kristen arus utama. 

Yang membuat Ebionit semakin unik adalah kepatuhan mereka terhadap hukum Yahudi, seperti menjalankan Sabat dan hukum kashrut. Hal ini cukup menarik, mengingat pada masa itu, sebagian besar umat Kristen telah meninggalkan hukum Yahudi dan mengikuti ajaran Paulus yang lebih universal. Ketaatan Ebionit pada hukum Yahudi menunjukkan kedekatan mereka dengan akar keimanan Yahudi dan penekanan mereka pada kesinambungan ajaran para nabi.

Akyol menunjukkan bahwa kelompok Kristen Yahudi yang taat pada hukum Yahudi, termasuk Ebionit, tercatat eksis hingga abad ke-5 Masehi. Menariknya, beberapa abad kemudian, muncullah Islam yang juga menganut ajaran monoteisme yang kental dan menjunjung tinggi hukum Tuhan. Sebagian sarjana Kristen, seperti yang tertulis dalam "Komentar Alkitab Umum Baru", bahkan menyebut Islam sebagai kebangkitan kembali Kekristenan Yahudi.

Pertanyaan tentang asal-usul Islam menemukan jawabannya dalam keyakinan bahwa Tuhan menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Agama Islam hadir sebagai penyempurna ajaran para nabi sebelumnya, termasuk Yesus. Meskipun ajaran Yesus yang sebenarnya telah memudar di kalangan umat Kristen, Islam justru menghidupkannya kembali dan menjaga kemurniannya.

Akyol menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis Al-Qur'an dan sejarah Kekristenan secara komprehensif. Ia menjelaskan bahwa kisah Yesus dalam Al-Qur'an memiliki akar yang kuat dalam sejarah Kristen awal, sebagaimana tercatat dalam Perjanjian Baru dan Injil-Injil. Namun, ajaran Kristen kemudian mengalami perkembangan yang signifikan, terutama setelah kemunculan Paulus. Paulus, yang sebenarnya bukan termasuk murid yang hidup bersama Yesus, mengaku mendapat penglihatan Yesus sebagai makhluk surgawi. Ia kemudian menyebarkan ajarannya sendiri tentang Yesus, yang berbeda dengan ajaran Yesus yang sebenarnya.

Terdapat perbedaan mencolok antara gambaran Yesus dalam Al-Qur'an dengan gambaran Yesus dalam sumber-sumber Kristen awal. Al-Qur'an menyajikan Yesus sesuai dengan ajaran aslinya, sementara doktrin Kristen mengalami perkembangan yang menyimpang, terutama karena pengaruh Paulus.

Mustafa Akyol, penulis buku Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty (1972), bukanlah seorang akademisi dalam bidang teologi atau studi agama. Latar belakangnya sebagai jurnalis justru membuat pengetahuannya yang mendalam tentang Islam dan Kekristenan menjadi sangat mengesankan. Ia mampu menganalisis kedua agama tersebut dengan detail dan menghubungkannya dengan sejarah Yesus secara lugas.

Namun, ada satu hal yang menurut saya perlu diperhatikan dalam bukunya. Akyol seolah-olah menyiratkan bahwa Al-Qur'an menggambarkan Yesus sebagai seorang malaikat yang menjelma menjadi manusia. Padahal, Al-Qur'an dengan jelas menyebut Yesus sebagai manusia utusan Tuhan, sama seperti para nabi lainnya. Meskipun kelahiran Yesus memang dipenuhi mukjizat, hal itu tidak lantas membuatnya berbeda hakikatnya dengan manusia biasa. 

Pemahaman Akyol tentang Yesus dalam Al-Qur'an ini perlu diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pembaca. Penting untuk ditekankan bahwa Islam mengakui Yesus sebagai manusia dan nabi Tuhan, bukan sebagai makhluk surgawi atau bagian dari Tuhan.

Di bab terakhir bukunya, Akyol mencoba menjelaskan pelajaran yang dapat diambil umat Islam dari Yesus. Meskipun ada beberapa poin menarik, seperti pandangan Yesus tentang hukum yang seharusnya melayani manusia, bukan sebaliknya, namun ada juga hal yang perlu dikritisi. Akyol seakan mencoba menggambarkan Yesus sebagai sosok yang berkecimpung dalam politik, padahal hal tersebut tidak memiliki dasar historis yang kuat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Menjadi Orang Tua Ideal (Bijak) di Era Digital Oleh: Wakhidah Noor Agustina, S.Si., Ketua Cabang &l....

Suara Muhammadiyah

26 October 2024

Wawasan

Menyosong Lahirnya Pemimpin Daerah yang Amanah Oleh: Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag, Dosen Fakul....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Wawasan

Mengagumi Keajaiban Al-Qur'an Melalui The Bible, The Quran and Science Oleh: Donny Syofyan, Do....

Suara Muhammadiyah

25 November 2024

Wawasan

Resesi dalam Kehidupan Dalam kehidupan di dunia ini tidaklah semulus jalan tol dan secepat pesawat,....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Wawasan

Oleh: Dodok Sartono SE, MM  Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia terus ....

Suara Muhammadiyah

26 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah