Merajut Empati di Tengah Perbedaan

Publish

14 October 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
119
Saad Ibrahim

Saad Ibrahim

SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Dalam dunia yang semakin kompleks, pemahaman terhadap perbedaan agama menjadi krusial. Saad Ibrahim mengungkapkan bahwa seluruh agama kini dihadapkan pada tantangan besar, terutama di tengah perkembangan sains yang pesat. 

Sekularisme di Barat telah mengubah cara pandang terhadap agama, bahkan muncul pandangan ekstrim yang menyatakan bahwa Tuhan telah mati. Ini adalah dampak dari kemajuan dunia sains yang harus kita hadapi. Selain itu, munculnya konsep ‘When Science Meets Religion’ yang ditulis oleh Ian G. Barbour, bertujuan untuk membangun dialog konstruktif antara sains dan agama. Dalam dialog ini, kedua belah pihak–antara sains dan agama dapat saling memahami tanpa saling menafikan. 

Saad juga menekankan pentingnya analisis kritis dalam memahami ajaran agama. “Dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi informasi, pesan agama kini berada dalam tantangan, namun masyarakat memiliki peluang lebih besar untuk mempelajari berbagai agama tanpa batasan,” ungkapnya dalam Annual Meeting, Monitoring, and Evaluation Eco Bhinneka Muhammadiyah yang diadakan di Surabaya (12/10). 

Bagi Muhammadiyah, saat ini bukan lagi sekadar berbicara tentang kerukunan antarumat beragama. Tapi bagaimana menunjukkan bentuk kerukunan lewat kerja sama dengan berbagai umat, keyakinan, dan aliran. 

“Kami tidak lagi membicarakan toleransi; Muhammadiyah telah memperlihatkan bentuk toleransi dalam tindakan,” tegas Saad. Ia memberikan contoh berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang tetap menghormati hak pendidikan bagi para mahasiswa yang beragama selain Islam. 

Lebih lanjut, Saad menawarkan konsep ‘Teologi Kasihan’. Jika setiap individu menanamkan dalam pikirannya bahwa perbedaan perlu dikasihani, maka empati dan rasa ingin melindungi akan tumbuh. “Dengan rasa kasihan, kita dapat membangun empati antar sesama,” paparnya. 

Menurut Saad, setiap agama mengajarkan kebaikan dan keselamatan, tentu dalam perspektif masing-masing. Dengan memahami perbedaan dan membangun komunikasi yang baik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis. “Di era digital ini, akses untuk belajar tentang agama kita sendiri maupun agama lain semakin luas, dan ini sangat penting untuk membangun toleransi dan dialog yang lebih baik di antara sesama,” tutup Saad. (diko/farah)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

Meningkatkan Akses Pendidikan bagi para Pekerja JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Muh....

Suara Muhammadiyah

24 April 2024

Berita

SINJAI, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 285 telah terdaftar di Gelombang I Penerimaan Mahasiswa Baru (....

Suara Muhammadiyah

5 June 2024

Berita

Ustadz Gita Danu Pranata Ungkap Perbedaan Sabar dan Malas SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Pesantren Mo....

Suara Muhammadiyah

5 September 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Iu Rus....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Adalah Farid Abdul Rahman, alumnus Program Studi Ekonomi Syariah Fakult....

Suara Muhammadiyah

31 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah