MALANG, Suara Muhammadiyah - Sebagai pusat pengetahuan dan teknologi yang berkembang, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki sejumlah temuan yang signifikan dari beragam kegiatan riset, pengembangan, rekayasa, dan inovasi. Terbaru, sederet dosen UMM bertemu dengan pemeriksa Direktorat Jenderal Kekayaan Indonesia (DJKI), pada 24 April lalu. Menariknya, para dosen itu berhasil mendapatkan 9 sertifikat paten yang dapat menunjang akreditasi kampus.
Sofyan Arief, selaku ketua Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) UMM mengatakan bahwa dengan sertifikasi yang telah didapatkan menunjukkan eksistensi UMM yang siap bersaing di dunia industri. Produk paten yang dipresentasikan telah diajukan kurang lebih awal bulan Maret 2024 lalu.
“Produk yang ditawarkan murni dari hasil temuan dosen UMM. Dengan begitu baik kampus dan para dosen yang berhasil meraih sertifikat paten memperoleh benefit yang istimewa. Salah satunya naiknya golongan jabatan para dosen,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sofyan menjelaskan, salah satu temuan yang sukses dipatenkan adalah Metode Pembuatan Belokan Pipa Model Irisan dengan Optimalisasi Koefisien garapan Dr. Ir. Moh. Abduh, S.T., M.T.,IPM.,ACPE.,ASEAN Eng. Metode yang diciptakan Abduh sungguh canggih dan rapi. Apalagi saat ini, proses memotong pipa model irisan diperlukan waktu dan tenaga yang besar tetapi hasilnya tidak maksimal. Maka, melalui temuan dosen UMM, hasil dari pemotongan didapatkan dengan sempurna.
Sofyan, juga menyampaikan bahwa saat ini metode pembelokan pipa model irisan tersebut masih menjadi konsumsi kampus saja. Namun baik HaKI UMM dan Abduh selaku pencipta metode tersebut tengah mempersiapkan penawaran dengan cakupan yang lebih luas, seperti ke industri dan perusahan.
Keberhasilan mendapatkan sembialn sertifikat paten tidak lepas dari monitoring yang dilakukan oleh HaKI UMM. Sofyan menyatakan, tiap bulannya tim HaKI UMM selalu memastikan proses dan hasil produk karya para dosen. Meski begitu, tidak jarang beberapa penelitian gagal. “Biasanya penelitian yang tidak tidak berhasil karena faktor eksternal. Misalnya saja karena bakteri yang ada di dalam penelitian bidang bioteknologi atau alat yang kurang lengkap dalam penelitian bidang evaluatif,” katanya.
Adapun saat ini, HaKI UMM terus meningkatkan jumlah dosen yang mendapatkan sertifikasi paten. Selain itu juga mendorong dosen UMM untuk selalu berkarya dan mendapatkan apresiasi. Menurutnya, UMM tidak boleh puas dengan banyaknya paten yang sudah didapat. Namun harus mampu mencetuskan ide, inovasi, dan solusi lain.
“Saat ini kami telah mempersiapkan para dosen untuk sertifikasi paten kembali dan masih dalam proses penelitian. Semoga setelah ini UMM mendapatkan lebih banyak sertifikat paten karena dapat menunjang akreditasi kampus dan prestasi dosen,” pungkasnya. (diko)