Merayakan 90 Tahun Buya Syafii Dari Perspektif Perempuan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
76
Perayaan 90 Tahun Buya Syafii Maarif

Perayaan 90 Tahun Buya Syafii Maarif

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Saat ada atau setelah kepergiannya 3 tahun lalu, tepatnya pada 27 Mei 2022, Buya Syafii memang menjadi sosok yang patut untuk terus dirayakan, baik dalam kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan, guru bangsa, tokoh masyarakat lintas agama, aktivis kemanusiaan, pembela kaum minoritas, hingga sebagai ayah maupun suami bagi keluarganya. 

Menggunakan kata perayaan, tentu kegiatan ini jauh dari frasa sedih atau merana. Justru sebaliknya. Meminjam sepenggal sajak Chairil Anwar "Tak perlu sedu sedan itu." Oleh karena itu Anak Panah, sebuah yayasan yang ditakdirkan untuk merawat nilai-nilai keteladanan Buya Syafii Maarif tergerak melakukan kolaborasi. Bersama dengan Maarif Institut, SaRanG, serta Jamkrindo, mereka merayakan 90 tahun Buya dengan cara yang berbeda. Dengan dialog interaktif tentang pemikiran dan keteladanan Buya pada sorenya, dilanjutkan pembacaan memoar seorang anak kampung pada malam harinya (31/5). 

Tentu tak ada perayaan yang utuh tanpa sentuhan personal dari sosok yang mengenal Buya secara mendalam. Untuk mengisi ruang personal tersebut, seorang Guru Besar dan Pemerhati Kajian Gender UIN Sunan Kalijaga Prof Alimatul Qibtiyah, bersama Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawwaroh Wahid yang akrab disapa Alissa Wahid hadir mengutarakan refleksi masing-masing tentang kehidupan dan pemikiran Buya. Tentang banyak hal, mulai dari isu kemanusiaan, kesetaraan, kebangsaan, hingga masalah keumatan yang tak pernah luput dari kritik seorang Buya Syafii Maarif semasa hidupnya. 

Alissa Wahid menjelaskan bahwa antara Buya Syafii Maarif dengan Gus Dur, keduanya memiliki banyak kesamaan. Salah satu kesamaannya adalah, Buya dan Gus Dur sama-sama telah berlaku adil sejak dalam pikiran hingga perbuatan. Dari sini dapat diartikan bahwa pijakan perjuangan keduanya terletak pada nilai dan prinsip hidup yang meletakkan kemanusiaan di atas segalanya.  

“Apa pun yang dilakukan Gus Dur pijakannya pada nilai. Karena pijakannya pada nilai, Gus Dur dapat dengan mudah mengenali Buya Syafii Maarif yang juga memiliki pijakan yang sama dengan Gus Dur,” ujar Alissa Wahid di Sarang Building.  

Alim mengenal sosok Buya Syafii sebagai hamba yang melihat Islam sebagai agama fungsional, bukan sebagai simbol belaka. Pemaknaan semacam ini tak datang begitu saja, melainkan ia dapatkan dari pergulatan yang panjang dalam dunia pemikiran hingga spiritual selama bertahun-tahun, khususnya saat meneruskan studi doktoralnya di Universitas Chicago, Amerika Serikat. 

Dalam hal ini Buya pun pernah berpesan agar umat Islam tidak mengambil jarak dengan Al-Qur’an. Senantiasa tergerak untuk mengamalkan Al-Qur’an dengan cara menyebarkan Islam rahmatan lil alamin, Islam yang moderat, dengan menggunakan konsep khorul ummah sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an. Jika ini tidak terjadi, itu artinya, terjadi ketidakselarasan antara teks yang ada di dalam kitab suci dengan perbuatan seorang Muslim. 

“Beliau pernah mengatakan, jangan sampai ada gap yang terlalu besar antara idealisme keislaman di dalam kitab suci dengan apa yang dipraktikkan,” ujarnya. (diko)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) terus berinovasi den....

Suara Muhammadiyah

7 January 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendi....

Suara Muhammadiyah

26 November 2024

Berita

Fakultas Farmasi dan Sains (FFS) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA mendapat kepercayaan menja....

Suara Muhammadiyah

14 May 2025

Berita

LAMPUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Provinsi L....

Suara Muhammadiyah

5 December 2024

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) sukses menggelar Rapat Ko....

Suara Muhammadiyah

12 February 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah