Mohamad Djazman: Profiling Ulama Intelektual

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
349
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mohamad Djazman: Profiling Ulama Intelektual

Oleh: Dartim Ibnu Rushd (Dosen Fakultas Agama Islam-UM Surakarta)

Nama lengkapnya adalah Drs. H. Mohamad Djazman Al-Kindi lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 6 September 1938 dan meninggal dunia pada 15 Agustus 2000. Selanjutnya disebut Pak Djazman. Ia adalah Rektor pertama Universitas Muhammadiyah Surakarta (1981-1992). Bagi banyak kalangan akademisi, tokoh nasional dan beberapa politikus tidak asing dengan tokoh ini. 

Tapi, sebelum mengupas percikan pemikiran Pak Djazman, penulis teringat dengan beberapa tulisan dari tiga tokoh ilmuwan muslim yang dapat menjadi rujukan untuk menggambarkan latar belakang bagaimana gagasan dan ide dari beliau. Ketiga ilmuwan muslim tersebut adalah Muhamad Iqbal, Al-Faruqi dan Al-Attas. Ketiganya bisa dikatakan sezaman dengan Pak Djazman.  

Menurut Muhammad Iqbal kemunduran dunia Islam di abad modern disebabkan karena lemahnya daya saing dari umat Islam itu sendiri. Mereka menjadi lemah, pemalas, dan tidak mampu bersaing dalam banyak hal dengan dunia Barat. Ini diakibatkan oleh salahnya dalam memahami ilmu dan lemahnya kehendak atau etos kerja dari umat Islam. 

Berdasarkan dari latar belakang pemikiran ini, maka Iqbal memberikan solusi dengan teori Ego-nya. Disebutkan dalam banyak karangan bukunya, Iqbal menerangkan tentang pentingnya ego atau kehendak. Bahwa kemajuan dunia Islam pun bermula dari penumbuhan kehendak yang kuat dalam diri. Kehendak adalah tenaga yang kuat untuk membentuk perubahan di dalam tatanan kehidupan (etos kerja). 

Sedangkan menurut Ismail Raji Al-Faruqi kemunduran dunia Islam disebabkan karena terjadinya dikhotomi ilmu (dan agama) yang selalu dipertentangkan oleh para ulama Islam ketika itu. Ilmu dipahami secara parsial, hingga mengesampingkan antara intelektualitas dan moralitas. Keduanya dipertentangkan hingga akhirnya berdampak pada pola-pola kehidupan kaum muslimin yang mendekat pada perilaku niretika dan immoralitas. 

Melihat kondisi ini, maka bagi Al-Faruqi kunci untuk menumbuhkan kembali kemajuan dunia Islam adalah pembenahan dalam perspektif kelimuan dari kaum muslimin dengan semangat integrasi dalam melihat pengetahuan. Tidak lagi melihat ilmu pengetahuan secara parsial tetapi melihat ilmu dengan pandangan secara universal dan integratif-holistik.

Berbeda dengan dua tokoh ilmuwan muslim di atas, Al-Attas lebih menekankan pentingnya adab bagi kehidupan kaum muslimin atas ketertinggalan dunia Islam secara umum. Karena masalah mundurnya tradisi kebudayaan Islam disebabkan oleh adanya westernisasi dan demoralisai. Mundurnya tradisi kebudyaan Islam disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. 

Faktor eksternal, disebabkan oleh pengaruh kebudayaan luar dunia Islam seperti westernisasi dan sekulerisasi. Sedangkan faktor internal ada tiga bagian. Pertama, adalah hilangnya adab dari kaum muslimin. Kedua, munculnya para pemimpin palsu di dalam tubuh umat Islam. Ketiga, lemahnya kaum muslimin dalam memahami ilmu sekaligus penerapannya. 

Al-Attas berpandangan dari dua faktor tersebut, yang terpenting harus diatasi terlebih dahulu adalah faktor internal. Adapun di dalam faktor internal, yang terpenting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah mengenai persoalan hilangnya adab. Karena dengan membenahi adab yang hilang, dapat berdampak pada pembenahan dua bagian yang lain dari faktor internal.  

Solusi dari kemunduran dunia Islam adalah mengembalikan kembali adab kepada tubuh kaum muslimin. Di mana makna adab sendiri adalah kemampuan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dalam tatanan yang sebenarnya. 

Begitu pentingnya makna adab ini, bagi Al-Attas pendidikan dapat disebut sebagai ta’dib. Maknanya, penanaman pengetahuan tentang segala sesuatu termasuk di mana tempat yang tepat atas segala sesuatu itu kepada peserta didik. 

Gagasan Pembaharuan 

Gagasan Mohamad Djazman memiliki irisan-irisan penting dengan tiga ilmuwan muslim yang sebelumnya. Karena berkenaan tentang pendidikan, etos atau kehendak, integrasi pengetahuan dan konsep adab. Pak Djazman pernah menyampaikan dalam Buku berjudul “Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah”, bahwa seorang muslim itu senantiasa dituntut untuk mempelajari agama dan mengamalkannya sehingga menjadi ulama intelektual. 

Agama tidak sekedar sebagai ilmu atau dijadikan polemik filsafat yang tidak terselesaikan, tapi harus menjelma menjadi etika (atau etos) berkehidupan. Meskipun sezarah debu yang dimiliki oleh seorang muslim, agama menuntut kerja keras untuk diamalkan. Sebaliknya, agama juga menuntut seorang muslim untuk melaksanakan amal dengan bimbingan ilmu yang diyakini kebenarannya. Agama menegakkan prinsip amal ilmiah dan ilmu amaliah. 

Konsep ini relevan dengan pemikiran Al-Faruqi dengan konsep integrasi pengetahuan yang universal dan holistik, tidak dipertentangkan antara ilmu dan amal, ataupun antara konsep empiris, etika dan estetika. Seorang Muslim yang dijiwai sikap semacam ini akan mempunyai keyakinan teguh dalam menghadapi setiap perubahan sehingga berdampak pada pembenahan tatanan sosial dan keumatan. 

Dunia modern yang serba rumit seperti era kini, baginya adalah ladang amanat yang harus diolah untuk meningkatkan martabat kemanusiaan (humanity). Bahkan manusia mempunyai tugas untuk menciptakan kedamaian dengan landasan ajaran yang menghargai etika. Konsep ini juga relevan dengan apa yang disampaikan oleh Al-Attas dengan konsep adab-nya. Kemanusiaan tidak dapat dipisahkan oleh etika, moralitas dan adab.  

Lahirnya “muslim intelektual” (demikian bahasa Pak Djazman dalam bukunya) akan menjadi salah satu faktor yang ikut serta menentukan arah perubahan-perubahan yang kini, sedang dan nanti berlangsung di lingkungan kita. Sebab, setiap mereka akan senantiasa dijiwai oleh gairah untuk mengamalkan ajaran agama di tempat dan waktu apapun dengan mengedepankan moralitas.

Bagi Pak Djazman seorang sarjana tidak hanya memiliki kemampuan secara professional saja, tetapi juga memiliki kerelaan untuk terlibat dalam aksi-aksi sosial demi menggerakkan perubahan sosial-kemasyarakatan yang egaliter, demokratis, dan berkeadilan.

Ia mengutip dari tokoh Kiyai Ahmad Dahlan bahwa dasar berkiprah bukanlah “sistem”, tetapi “etos kerja” berdasarkan prinsip-prinsip ajaran agama sebagaimana semangat dalam al-Quran. Lulusan yang memiliki etos kerja adalah mereka yang cerdas, mampu bekerja sama, mampu mengambil keputusan secara cepat, mampu mengamalkan ilmunya untuk kepentingan orang lain, aktif, kreatif, mampu berpikir bebas, mandiri, ikhlas dan bersih hati.

Nilai-nilai atau karakter lulusan yang telah dikemukan, bukan hanya soal pemikiran, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir sebagai penutup pada tulisan ini terdapat satu konsep yang sangat populer dari Mohamad Djazman, yakni soal kemandirian.

Ia menyebutkan bahwa kemandirian bukan berarti harus berdiri di atas kaki sendiri tapi semangat dapat bekerja sama untuk mengarah kepada hal-hal yang bersifat mandiri juga merupakan kemandirian. 

Gagasan-gagasan inilah yang dapat menginspirasi kita tentang profiling lulusan pendidikan yang dapat memperhatikan etika keilmuan sekaligus etika berkehidupan untuk kebangkitan kemajuan kaum muslimin. Karena, mereka layaknya seperti ulama tetapi di sisi lain juga seorang yang intelektual yang sangat tajam. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Tips Menemukan Pendekatan Pembelajaran Terbaik Seperti yang diketahui bahwasanya dunia pendidikan i....

Suara Muhammadiyah

4 July 2024

Wawasan

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah era 1970-1990 KH Abdur Rozaq Fachruddin menyambut Maulid Nabi Muha....

Suara Muhammadiyah

19 September 2023

Wawasan

Tiga Prinsip Hidup Menjaga Kualitas Kemanusiaan Oleh: M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag "Wa ja'alanī mu....

Suara Muhammadiyah

27 October 2023

Wawasan

Mimpi dalam Islam Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Bisakah Alla....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Wawasan

Ibadah Haji dan Persamaan Nilai Kemanusiaan Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M. Pd Ibadah haji merupak....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah