YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, pada Selasa (17/10) menyelenggarakan kegiatan Launching Kajian Intensif Ideologi yang mengusung tema Peneguhan Ideologi Muhammadiyah ‘Aisyiyah dalam Konstalasi Faham Islam Kontempore.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring, dan diikuti oleh seluruh Anggota MPK ‘Aisyiyah dari tingkat ranting hingga pusat, Alumni Mahasiswa PUTM Putri, Alumni Mu’allimat, Alumni PTM/PTA, Masyarakat Umum, Simpatisan ‘Aisyiyah se-Indonesia, termasuk seluruh Pengurus Putri PERSADA UAD.
Sebelum dimulainya kegiatan ini Prof Dr Mami Hajarah, selaku Ketua Majelis Pembinaan Kader PP ‘Aisyiyah menyampaikan dalam sambutannya, bahwa kegiatan ini muncul disebabkan adanya problem terkait, belum tersosialisasinya Ideologi Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang sebenarnya sudah terdokumentasikan dengan rapi, mulai dari Muqodimah Anggaran Dasar sampai Risalah Islam Berkemajuan.
Namun, hingga saat ini konten atau isinya belum tersosialisasi dan interalisasi di lingkungan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, sehingga belum sejalan dan justru cenderung terbawa dengnan ideologi lain. Selain itu diharapkan dapat mendefinisikan Ideologi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sehingga dapat diadopsi oleh warga dengan baik, sehingga dapat menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari dan berorganisasi.
Setelah menyampaikan sambutannya, Prof. Mami mempersilakan narasumber yang pertama sekaligus sebagai keynote speech yaitu, Dr. apt. Salmah Orbaniyah, M.Kes. selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, dengan membawakan materi Ideologi ‘Aisyiyah sebagai Spirit Dasar Gerakan dalam Manifestasi Perempuan Berkemajuan. Disampaikan bahwa peran ini sudah ada secara eksplisit tertuang pada visi ‘Aisyiyah yakni, terwujudnya Islam Rahmatan lil’aalamiin menuju terbinanya keluarga sakinah, sebagai sendi dan syarat mutlak terbentuknya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Selain itu, peran keumatan, kebangsaan, kemasyarakatan, dari ‘Aisyiyah juga perlu adanya penguatan di tengah persoalan-persoalan yang semakin kompleks.
Ketum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa di antara persoalan yang muncul berkaitan dengan ideologi ini yaitu: pertama, Dinamika kepemimpinan di tingkat wilayah yang mencakup solidaritas kemampuan menggerakkan daerah dan penguatan ideologi pimpinan yang masih harus ditingkatkan dan dioptimalkan. Kedua, persoalan kaderisasi yang masih membutuhkan metode pengembangan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Beliau juga menyampaikan bahwa dasar untuk mewujudkan tujuan tersebut sebenarnya telah ada pada Masalah 5, Muqodimah Anggaran Dasar, 12 Langkah Muhammadiyah, 10 Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Darul Ahdi wa Syahadah, Risalah Perempuan Berkemajuan, dan Islam Berkemajuan. Semua itu, apabila dipelajari sebagai dasar untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat mewujudkan peradaban utama yang lebih dari cukup.
Diakhir materi yang disampaikan Ibu Salmah berpesan bahwa seluruh persoalan ini dapat terwujud jika seluruh anggota ‘Aisyiyah bertanggung jawab dan berperan serta dalam mensukseskan tujuan persyarikatan salah satunya terbentuknya keluarga keluarga sakinah. Karena keluarga sakinah merupakan tingkat dasar sehingga terbentuknya persyarikatan bahkan negara yang maju. Beliau juga berharap semoga kajian ini dapat terus berjalan, dan semakin banyak diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Narasumber kedua pada kegiatan ini yaitu, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. beliau merupakan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, membawakan materi yang berjudul Urgensi Peneguhan Ideologi Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Tengah Konstalasi Faham Agama Kontemporer. Penyampaian materi di awali dengan penjelasan mengenai makna Ideologi secara harfiah, yang berarti “sistem faham” atau “sekumpulan ide atau gagasan”, adapun secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan)dan “logos” (ilmu logika).
Beliau menyampaikan bahwa suatu ideologi merupakan sesuatu yang perlu diperjuangkan oleh suatu kelompok. Hal ini dikarenakan, ideologi merupakan identias, yang membedakan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ketidakpahaman terkait identitas suatu kelompok ini, dapat menimbulkan underestimate anggota terhadap apa yang telah dilakukan organisasi, sehingga lebih banyak anggota yang terkagum-kagum oleh organisasi lain dari pada dalam lingkup sendiri, dalam memperjuangkan Islam.
Padahal Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah berperan serta sejak awal sebelum kemerdekaan Indonesia dan telah banyak berprestasi hingga saat ini. Dr Agung mengutip perkataan Robert Hefner, seorang Profesor Antropologi sekaligus pengamat Islam asal Boston University Amerika, yang berbunyi “…Muhammadiyah merupakan kunci karenanya Indonesia menjadi satu-satunya negara yang berhasil menjalankan amal sosial dan amal agamis yang boleh diamati sebagai model seluruh dunia…”.
Dirinya menyampaikan juga bahwa perlu kembali mengkaji dan revitalisasi terhadap paham ideologi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, agar dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ghirah atau semangat orang-orang Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah, ketika ia beraktifitas di lingkungan persyarikatan maupun bermasyarakat secara luas. Selain itu, dia juga memaparkan secara rinci bahwa Ideologi itu mencakup empat hal, yaitu: sistem keyakinan, memiliki tujuan, memiliki strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan terakhir adalah alat untuk memperjuangkan itu semua. Kegiatan ini diakhiri dengan penayangan bumper oleh rekan-rekan Rumah Kader. (Rochmah)