YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - "Tujuan nikmat itu dilimpahkan dan diberikan kepada umat Islam yaitu yang pertama adalah untuk beribadah kepada Allah dan untuk mengemban misi kekhalifahan di muka bumi, umat manusia diciptakan menjadi khalifatullah dan sebagai rahmat bagi alam semesta. Tujuan yang pertama mungkin sudah kita coba untuk amalkan, kita niatkan, dan kita ikhtiarkan bahwa seluruh hidup dan mati juga adalah untuk Allah SWT dan untuk beribadah kepada Allah subhanahu Wa Ta'ala." Hal ini disampaikan Sekretari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Sayuti, M.Ed., Ph.D. Kamis, (21/03)
Sayuti mengatakan bahwa tujuan yang kedua ini tidak boleh lepas dari pengabdian seorang hamba kepada Allah bahkan dalam surat Al-Imran ayat 110 dikatakan.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Imran: 110)
Lalu, Sayuti bertanya kepada para jamaah tentang posisi umat saat ini, dan masih memiliki tanggungan sebagai khaira ummah. Sebagai contohnya "apakah kita sudah dapat membantu saudara kita di Palestina atau kita hanya mampu memberikan keprihatinan kita?" Dan Sayuti menjelaskan bahwa umat Islam memang memiliki tanggungan besar sebagai umat Islam zaman ini, mencari cara untuk menjaga keseimbangan menjadi seorang Abdillah atau sebagai hamba Allah yang beribadah kepada Allah dan sebagai khalifatullah itu sehingga bisa dijalankan dengan maksimal.
“Menjadi seorang khaira ummah kita harus mampu memperhatikan lingkungan dan menjunjung tinggi nilai kebersihan, dan untuk memulainya dari diri kita sendiri terlebih dahulu agar kita dapat mewujudkan konteks sebaik-baik ummat tadi. Lalu, bagaimana mungkin kita sebagai ummat Islam masih terpengaruh oleh bansos dan uang Rp. 80.000 untuk memilih seorang pemimpin karena itu pertanyaannya Khaira ummah macam apa kita ini?” Ujarnya
Sayuti juga mengatakan umat Islam memiliki tanggungan yang sama bagaimana diberi kepercayaan oleh Allah sebagai khalifatullah atau wakil Allah untuk memakmurkan negeri ini. Akan tetapi bagaimana disebut bisa khairu ummah kalau belajar atau tholabul Ilmi saja hanya ketika ujian saja. Maka harus dimulai dengan melakukan transformasi dari diri pribadi dulu dan terus belajar untuk kebaikan ummat Islam. Sayuti menutup dengan statement bahwa Bulan Ramadhan juga dapat disebut dengan bulan Syahru Tarbiyyah atau bulan pendidikan persamaannya dari ini adalah salah satu indikator bahwa umat harus diajak ngaji atau diajak belajar sepanjang hayat Minal Mahdi Ilal Lahdi di dalam konteks untuk membawa misi Abdullah dan khalifatullah dan harus memulainya dari diri pribadi. (Sakila Ghina)