Muhammadiyah, Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua
Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar
Ada yang suka dan seketika tersemangati saat mendengar lagu Derap Berkemajuan karangan Ayahanda Haedar Nashir dan diaransemen oleh Eross Chandra, gitaris grup band fenomenal Sheila on 7 ?. Jika iya maka kita sama, toss dulu. Lirik lagu tersebut dengan aransemen rancak membuat siapapun yang mencintai Muhammadiyah spontan akan bernyanyi bahagia. Semakin berkobar pula api semangat, diakhiri lirik kalimat "sang Surya suluh peradaban".
MasyaAllah, memang pemimpin Muhammadiyah dari masa ke masa selalu terdepan dalam memajukan umat dan bangsa. Mereka barisan cendekiawan yang tak gentar dengan rintangan, tak bangga sebab pujian. Sebaliknya menjadikan apapun dalam proses membesarkan Persyarikatan sebagai jalan dakwah kebaikan, kemakmuran bagi semesta. Mereka sekelompok ilmuwan kreatif, inovatif, berintegritas dalam menjalankan amanah. Selalu ada ide segar yang tidak monoton, malah mampu menjadi trendsetter. Salah satunya pendapat dari Profesor Antropologi Boston University, Robert Hefner mengatakan kesuksesan Muhammadiyah diantaranya berhasil membawa wajah baru bagi pendidikan Islam modern.
Tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Pendidikan Islam terstigma mononton berubah sejak pembaharuan yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Walaupun awalnya dianggap sesat, kegigihan, keikhlasan dan komitmen untuk mensejahterakan-memakmurkan masyarakat berakhir dengan pujian. Bahkan secara perlahan diamati, ditiru dan dimodifikasi (ATM) oleh banyak organisasi.
Eksistensi Muhammadiyah di usia 112 tahun per 18 November 2024 adalah bukti nyata geliat bagi kebaikan bangsa, terindikasi dengan banyaknya jumlah kader potensial pada ruang pengabdian masing-masing. Aset bergerak dan tidak bergerak yang seluruhnya milik Persyarikatan dengan angka fantastis. Muhammadiyah pun nyata berperan dalam kemakmuran bangsa, memiliki image baik di masyarakat. Kontribusi tersebut dapat dilihat dengan jumlah masyarakat pekerja, berkarir dan mengabdikan diri di Persyarikatan. Mereka banyak yang akhirnya "menceburkan" diri berjibaku berdakwah bersama Muhammadiyah.
Mengutip jajak pendapat yang dilakukan oleh survei Litbang Kompas yang direlease 18 November 2024, menjadi bukti bagaimana masyarakat menilai personal branding organisasi dan individu Muhammadiyah. Sebanyak 73 persen responden menilai Muhammadiyah organisasi keagamaan yang mampu menjaga netralitas dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024. Sebuah raport dengan prestasi memuaskan, terlebih dilakukan media nasional ternama tanpa adanya relasi atau kedekatan karena kepentingan.
Kemakmuran Bagi Semesta
Bagi Muhammadiyah, kemakmuran segenap tumpah darah Indonesia bahkan dunia adalah tujuan. Muhammadiyah tidak melihat rupa, warna, status dalam menebar kebaikan. Keikhlasan tersebut terbukti karena diusia yang tidak lagi belia, Muhammadiyah semakin memberi kebaikan melalui amal usaha yang tersebar di penjuru Nusantara. Muhammadiyah tetap mampu berdiri tegak dan nyata memberikan kemanfaatan bagi siapapun.
Dulu tahun 1970an saat Muhammadiyah mulai dirintis oleh kader militan di berbagai daerah Indonesia tanpa terkecuali di Kota Pontianak Kalimantan Barat, kota asal penulis. Masyarakat dominan masih sebelah mata melihat Muhammadiyah, bahkan tak sungkan menunjukkan arogansinya. Inin Salma putri Ketua PP Muhammadiyah keenam Ahmad Rasyid Sutan Mansur, berkisah bagaimana Muhammadiyah bergerak dengan tertatih, namun karena keteguhan dan dikelilingi oleh manusia yang ikhlash berpotensi unggul, perjuangan dimudahkan Allah. Bersama suami Barry Barasila almarhum, mereka dikenal tidak hanya sebagai penggerak atau kader militan tapi tokoh sentral perkembangan Muhammadiyah-'Aisyiyah Kalimantan Barat, khususnya di amal usaha pendidikan kesehatan, karena profesi mereka yang kebetulan dokter.
Profesi/skill itu pula yang Inin Salma "manfaatkan" untuk mendekati masyarakat. Inin menyadari betul hanya dengan ilmu dan kemanfaatan bagi orang lain, maka siapun kita akan dinilai dan bernilai. Inin pun berharap bagi generasi muda Muhammadiyah-'Aisyiyah agar tidak surut berjuang, menyesuaikan keadaan dan kesanggupan. Seperti pesan Kiai Dahlan, "Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan lain-lain kembalilah kepada Muhammadiyah”.
Selamat Milad Muhammadiyahku