BEKASI, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bekasi, menerima hibah bangunan ruko dua lantai di komplek Metropolitan Mal, Bekasi, dari Bank Central Asia (BCA). Ruko yang dihibahkan ini, diperuntukkan untuk kantor PDM dan kegiatan persyarikatan.
Penyerahan hibah ruko ini dilakukan oleh salah satu Direktur BCA, Antonius Widodo Mulyono yang diterima langsung oleh Ketua PDM Bekasi, Bakir Nurhadi dengan disaksikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti dan jajaran pengurus persyarikatan di PDM.
Ketua PDM Bekasi, Bakir Nurhadi mengucapkan terimakasih atas hibah bangunan ruko dua lantai dari BCA. “Sebenarnya ruko ini tiga lantai, tetapi yang terbangun baru dua lantai. Satu lantai belum terbangun. Semoga yang satu lantai lagi dapat dibangun oleh BCA melalui dana CSR nya ya,” ujar Bakir berseloroh sambil melihat ke tempat duduk Pak Antonius dari BCA yang kemudian disambut ger geran para tamu undangan yang memenuhi halaman kantor PDM. Pak Antonius yang sadar dibidik Ketu PDM, mengaku pura pura tidak dengar tetapi tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang ikut tersenyum.
Sekum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti saat memberikan sambutan juga menimpali dengan gurauan yang segar. “Kalau sama BCA bahasanya jangan minta sumbangan, tetapi menawarkan kerjasama, atau lebih keren lagi mutual partnership,” ujar Prof Mu’ti yang langsung disambut ger geran.
Prof Mu’ti juga mengucapkan terimakasih kepada BCA yang telah memberikan hibah bangunan ruko dua lantai kepada Muhammadiyah. “Tapi sebenarnya bangunan ini tiga lantai kan? Berarti satu lantai lagi dibangun…..” ujar Prof Mu’ti terhenti berbicara, namun kalimatnya diteruskan oleh para undangan:Sekalian satu lantainya dibangunkan oleh BCA. Spontan suasana berubah menjadi riuh oleh candaan.
Pro Mu’ti melempar kalimat lagi,”PDM sudah ada mobil belum?” Spontan para tamu undangan menyela cepat,”Belum.” “Kita minta dibelikan BCA juga,” seloroh para undangan yang menambah suasana tak berhenti tertawa.
Prof Mu’ti berharap dengan mendapatkan hibah ruko dari BCA, para pengurus harus bisa menfaatkan dengan sebaik baiknya. “Kegiatan persyarikatan harus makin banyak,” ujar guru besar UIN Jakarta ini.
Menurutnya, percuma memiliki kantor bagus, namun para pengurusnya tidak bisa memanfaatkan dengan baik, sehingga kantor menjadi alihfungsi yang tidak baik. Ia berharap dengan dimilikinya kantor yang sangat bagus, kegiatan harus lebih banyak agar suasana kantor menjadi hidup. “Termasuk kantor ini juga harus menjadi tempat penyimpanan data. Data atau dokumen persyarikatan harus ditaruh di kantor, jangan dibawa pulang. Ini demi ketertiban organisasi. Bahaya, kalau dokumen dibawa pulang, stempel dibawa pulang, nanti tidak tertib,” ujar Prof Mu’ti yang mengambil S2-nya di Universitas Flinders, Australia.
Termasuk mobil, lanjut Prof Mu’ti, kalau milik kantor, jangan dibawa pulang. “Saya sejak aktif di persyarikatan, tidak pernah mau membawa pulang mobil kantor ke rumah. Bukan karena di rumah saya tidak ada garasinya. Kalau Cuma garasi sih ada,” ujar Prof Mu’ti sambil tersenyum. “Tapi ngomong-ngomong PDM udah punya mobil belum?,” tanya Prof Mu’ti yang disambut serempak para tamu undangan,”Belummm. Kita minta dibelikan BCA juga.” Prof Mu’ti pun tak bisa menyembunyikan senyumnya lihat respon tamu undangan yang mayoritas anggota persyarikatan sangat reaktif dan responsif.
Karena tamu undangan selalu melemparkan ke BCA, Prof Mu’ti mencoba mengalihkan perhatian ke topik lain. “Ngomong-ngomong kalau soal BCA, rekening saya yang banyak isinya ya di rekening BCA. Rekening yang lain juga ada isinya, tapi yang isinya paling banyak itu BCA, makanya kalau saya beli beli dan membayar pake kartu BCA, saya percaya diri, karena atm-BCA-nya isinya banyak,” kata Prof Mu’ti sambil tertawa karena terlanjur sedikit pamer ke BCA.
KERJASAMA BIKIN FILM
BCA Hibahkan Ruko Untuk Kantor Muhammadiyah Bekasi, Prof Mu’ti, Ketua PDM, Direktur BCA Terlibat Candaan Segar
Sementara itu, Direktur BCA Antonius Widodo Wiyono dalam sambutannya menyatakan, BCA dengan Muhammadiyah hubungannya sudah terjalin lama dengan baik. Bahkan sekarang, BCA, katanya bekerjasama dengan Muhammadiyah membuat film dengan judul: Ir Juanda.”Film nya sudah jadi, dan sudah ditonton bareng-bareng di Jogja, tetapi sekarang masih direview lagi. Nanti kalau sudah selesai revienya akan diputar di bioskop dan bisa ditonton masyarakat luas,” ujar Antonius.
Menurut cerita Antonius, Ir Juanda adalah seorang pahlawan nasional yang menyatukan kedaulatan Indonesia. Tanpa Ir Juanda, katanya, Indonesia belum tentu memiliki kedaulatan seperti sekarang. “Maka ada deklarasi Juanda yang dibuat pada 1957, di mana isinya tentang komitmen bersama terhadap kedaulatan Indonesia.
Ia menjelaskan, Ir Juanda itu kader tulen Muhammadiyah. Selain itu, Ir Juanda adalah lulusan ITB, namun tidak mau memanfaatkan background pendidikan yang sangat baik itu untuk kepentingan dirinya.Ir Juanda, katanya, memilih menjadi guru.
Namun di jaman Bung Karno, menurut Antonius, Ir Juanda selalu menjadi Menteri cabinet Bung Karno. Karena melihat peran besar Ir Juanda dalam membangun negeri ini, dan di sisi lain tokoh pahlawan tersebut adalah kader Muhammadiyah, maka BCA mengajak Muhammadiyah untuk membuat film bersama tentang Ir Juanda. “Kita tunggu revienya selesai, nanti kita bisa lihat perjuangan Ir Juanda,” ujarnya.
Tentang Film, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti menambahkan bahwa saat ini Muhammadiyah juga sedang membuat film tokoh pahlawan nasional yang juga tokoh besar Muhammadiyah, yakni Ki Bagus Hadikusumo. Di film ini akan menarik, kata Prof Mu’ti karena akan menyingkap misteri hilangnya tujuh kata dalam naskah preambul kemerdekaan tentang kalimat: Pernyataan kemerdekaan berbunyi “Dengan berdasar kepada ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya” untuk diperjelas menjadi “Berdasar kepada ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam.”
Dalam film tersebut, menurut Prof Mu’ti akan terungkap bagaimana ceritanya yang sesungguhnya. Selain itu, menurut Prof Mu’ti, Muhammadiyah juga akan membuat film Fatmawati, kader Muhammadiyah yang jadi istri Bung Karno. Ada peran besar Fatmawati dalam Muhammadiyah, karena saat menjahit bendera merah putih, sambil menyanyi lagu-lagu yang bercorak gerakan perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah.