PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - “Urusan lingkungan itu bukan urusan salah satu agama. Urusan lingkungan adalah everybody bussiness, karena bumi kita satu, satu untuk semua,” kata Hening Parlan, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, saat menghadiri acara Konsultasi Sinodal Ekologi (Lingkungan Hidup) pada 6-8 Juni 2024 di Gedung GPIB Jemaat Immanuel Pekanbaru, Riau. Hening berkesempatan hadir memperkenalkan Eco Bhinneka Muhammadiyah, di mana merupakan salah satu program dari Muhammadiyah yang bekerja lintas agama untuk lingkungan.
“Eco Bhinneka berasal dari kata Ecology dan Bhinneka Tunggal Ika, kami mengajak anak-anak muda lintas agama dan kepercayaan untuk melakukan perjumpaan dan kerja-kerja bersama untuk bumi,” ungkap Hening saat menjadi narasumber pada Diskusi Panel 1 dengan tema: Komitmen Green Policy dan Partisipasi Pembangunan Berkelanjutan Menuju Keutuhan Ciptaan.
Hening menegaskan kembali bahwa banyak urusan peribadatan yang mensyaratkan kondisi lingkungan harus baik. Menurut Hening, agama perlu ditempatkan bukan hanya untuk urusan peribadatan kepada Tuhan saja, namun juga menghubungkan hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.
“Hubungan manusia dengan alam itu adalah jembatan emas kita menuju hubungan kita dengan Tuhan. Kalau hubungan kita dengan alam rusak, misalnya kami yang muslim mau wudhu tapi airnya kotor, najis, tidak bisa dipakai, kami tidak bisa sholat, hubungan dengan Tuhan bisa berjarak atau bahkan tidak sampai,” ungkapnya.
Triningsih selaku Program and Finance Coordinator Eco Bhinneka Muhammadiyah, juga berkesempatan hadir sebagai narasumber pada sesi diskusi panel pertemuan Sharing Praktik Baik dan Usulan Implementasi Gereja Hijau Komunitas Biru, Gereja Ramah Lingkungan, Gereja Sabahat Alam, dan Eco Bhinneka Muhammadiyah. “Saya membagikan apa yang sudah dilakukan oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah, khususnya di 4 regional: Pontianak, Ternate, Surakarta, dan Banyuwangi, bagaimana kita mampu berkolaborasi dengan teman-teman lintas iman untuk melestarikan lingkungan,” ungkap Triningsih.
“Saya juga sampaikan keterlibatan Eco Bhinneka Muhammadiyah di kegiatan GPIB Bekasi yakni Muda Mudi Beraksi, di mana kita ikut menanam mangrove bersama dan melakukan bakti sosial lainnya, dan bagaimana Muhammadiyah terbuka menjalin komunikasi dan silaturahmi kepada tokoh-tokoh lintas iman yang lainnya,” imbuhnya. Banyak kerja kerja baik yang sudah dilakukan oleh GPIB, terang Triningsih, seperti Green Church, Green Policy, Green Education, dan Green Colaboration, yang dapat menjadi contoh untuk rumah ibadah yang lain.
“Yang terpenting adalah dilakukan dengan konsisten dimulai dengan gaya hidup kita, seperti membawa tumbler, merupakan langkah kecil yang akan berdampak besar dan dapat menjadi contoh untuk yang lain,” kata Triningsih. Menurutnya, jika konsisten dilakuan, kita akan dapat menjadi Changemaker, serta menjadi contoh dalam perubahan gaya hidup untuk pelestarian lingkungan.
Selain diskusi, rangkaian acara ini juga terdapat penandatanganan MOU kerjasama, antara Majelis GPIB Sinode dengan berbagai organisasi, salah satunya dengan Eco Bhinneka Muhammadiyah. Triningsih berharap, MOU bersama Eco Bhinneka Muhammadiyah bisa menjadi langkah awal, kolaborasi baru dalam melibatkan tokoh agama untuk bergerak melestarikan lingkungan. ”Kita akan mulai dari proses awareness, sama-sama meningkatkan literasi, saling share data, modul, pengalaman, hingga peningkatan kapasitas baik secara individu maupun kelembagaan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pendeta Manuel E. Raintung, Majelis GPIB Sinode mengungkapkan bahwa kegiatan Konsultasi Sinodal Ekologi GPIB ini diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi gereja-gereja lain serta komunitas luas untuk mengambil peran aktif dalam menghadapi tantangan lingkungan masa kini. “Melalui kolaborasi, edukasi, dan aksi nyata, GPIB sedia dirangkul dan merangkul untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang,” ungkap Pendeta Manuel.
Pada kesempatan ini, Eco Bhinneka Muhammadiyah juga membagikan yang berjudul ‘Merawat Kerukunan dan Melestarikan Lingkungan’ kepada Pimpinan GPIB sebagai salah satu langkah saling berbagi dalam Green Literation. Buku yang dirilis tahun 2023 ini, merupakan kerjasama program Eco Bhinneka Muhammadiyah dengan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. Buku ini makin menegaskan bahwa nilai-nilai agama mendorong agar setiap umatnya menjaga kelestarian bumi, tempat tinggal seluruh manusia.