SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadan, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan kegiatan Kajian Rutin dua bulanan Pondok Hajjah Nuriyah Shabran (Kantin Bu Hajjah). Kegiatan tersebut diadakan pada hari Selasa sore, (12/3/2024), yang berlokasi di Masjid Ma’had Abu Bakar UMS.
Ketua Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PK IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, Ikhwandy, menjelaskan bahwa kegiatan Kantin Bu Hajjah yang dibuka untuk umum ini bertujuan untuk dapat membuka pola pikir mahasiswa untuk senantiasa meniatkan segala sesuatu sesuai dengan tuntunan syariat.
Menurutnya, dewasa ini masih banyak di antara kita yang dalam bertingkah laku kerap kurang dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas.
“Besar harapan kami kegiatan ini akan terus berlanjut dan dapat mengusung tema-tema yang menarik sehingga menggugah para mahasiswa untuk turut hadir,” ungkapnya Rabu, (13/3).
Acara yang dilaksanakan dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadan ini merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PK IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran.
Dalam kegiatan yang bertemakan “Meluruskan Niat Hati, Kunci Sukses Ibadah di Bulan Suci” disampaikan oleh Muk Andhim, S.Pd., M. Pd, selaku Pembina Pondok Shabran UMS.
Dalam pemaparan materinya, perihal “Niat”, Ust Andhim menekankan akan pentingnya sebuah niat sebagai pondasi dasar dalam melakukan amal ibadah. Niat, yang oleh beberapa ‘ulama besar berbeda pandangan dalam pendefinisiannya merupakan satu hal penting yang karenanya dapat menjadikan segala amalan kita bernilai pahala, dan juga bahkan karena niat dapat merubah amalan baik yang seharusnya mendapat ganjaran pahala menjadi sebuah dosa besar.
Lanjutnya, ia menggunakan istilah “Bisnis Niat” untuk menggambarkan bagaimana dari sebuah niat saja bisa membuahkan pahala, bahkan sebelum amalan yang hendak kita lakukan terrealisasi. Hal tersebut semakin menunjukkan kekuatan besar hanya dari sebuah niat.
“Dari sebuah niat, sebuah amalan baik yang sudah diniatkan namun tidak terlaksana akan tetap berbuah pahala sebagaimana amalan tersebut dilakukan. Selain itu, jika pun di antara kita berniat melakukan suatu amalan tercela namun pada akhirnya tidak dilakukan, maka pahala yang justru akan didapat,” paparnya.
Pada akhir penyampaiannya perihal niat ini, pemateri memberi sebuah pesan penting khususnya kepada IMM. Ia menyebut, IMM yang memiliki awalan kata “Ikatan” akan sulit dan berat jika bergerak dan beramal dalam mewujudkan cita-citanya dilakukan dengan sendiri-sendiri.
Ust Andhim mengibaratkan hal tersebut dengan sebuah lidi yang tak akan mempunyai arti jika hanya berjumlah satu, namun akan mempunyai arti, nilai, dan kebermanfaatan jika berjumlah banyak. Begitupun IMM, tegasnya, akan ringan dalam menjalankan setiap gerakannya jika dilakukan secara bersama-sama/jama’ah. (Fika/Najihus/Humas)