Penderita Penyakit Jantung Koroner Apakah Boleh Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan?

Publish

22 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
180
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Penderita Penyakit Jantung Koroner Apakah Boleh Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan?

Oleh: Prima Trisna Aji, Dosen prodi Spesialis Medikal Bedah Universitas Muhammadiyah Semarang

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit dimana pada pembuluh darah jantung besar pada manusia mengalami sumbatan, sehingga aliran darah ke pembuluh darah jantung mengalami kekurangan suplai oksigen yang tidak adekuat. Menurut data dari Kemenkes (2022) kasus Penyakit jantung koroner dinegara Indonesia menduduki peringkat pertama penyebab kematian tertinggi. Bahkan setiap tahunnya kasus kematian yang diakibatkan penyakit jantung koroner terus meningkat.

Hal ini didapatkan dari data setiap tahunnya dari tahun 2021 hingga 2022 mengalami peningkatan sejumlah 1,99 juta kasus. Kemudian pada tahun selanjutnya tahun 2023 dan 2024 juga mengalami peningkatan yang signifikan dengan kasus lebih dari 2,5 juta.

Tentunya hal ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan serta bisa menjadi fenomena gunung es dan saat kapanpun bisa meledak. Banyak kasus terjadi akibat Penyakit jantung koroner sehingga menyebabkan kematian mendadak, contohnya kematian Suami Bunga Citra Lestari (BCL) yaitu Ashraf Sinclair yang mengalami serangan jantung setelah melakukan olahraga malam, kemudian artis Adji Massaid yang mengalami serangan jantung sehabis olahraga futsal, Pelatih AREMA FC Suharno yang meninggal dunia karena serangan jantung setelah mendampingi tim Arema Malang Latihan sore. Kemudian yang terbaru pada Bulan Februari 2025 Mantan Pemain Timnas Indonesia Bejo Sugiantoro meninggal dunia karena serangan jantung sehabis Olahraga sepak bola fun di Sidoharjo Jawa Timur. 

Banyaknya kasus kematian mendadak tersebut karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya serangan jantung serta pertolongan pertama.  Dari data yang didapatkan dari Analisis Pendidikan Kesehatan (2024) bahwa mayoritas Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit jantung di Indonesia masih rendah, termasuk pengetahuan pasien penderita jantung. Kurangnya pengetahuan ini dapat berdampak pada sulitnya mengenali gejala penyakit jantung dan rendahnya kesadaran pencegahan. Hal ini didukung dari data penelitian yang menunjukkan sebanyak 45,4% responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyakit jantung koroner.

Kurangnya pengetahuan tentang Penyakit Jantung koroner pada bulan Ramadhan tahun 2025 membuat penderita Penyakit Jantung koroner tidak berani melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Selain takut penyakitnya semakin parah, kurangnya pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya membuat penderita Jantung coroner tidak berani mengambil resiko untuk berpuasa. Hal ini juga didukung berdasarkan data studi wawancara yang dilaksanakan di Jumapolo Karanganyar (2025) yang menunjukkan data sebanyak 85% penderita Jantung coroner tidak berani melaksanakan Puasa Ramadhan karena ketidaktahuan tentang pantangan penyakitnya.

Tentunya hal ini perlu diluruskan, bahwa sebenarnya pada Penderita Jantung koroner yang masih stabil dan tidak mengalami komplikasi masih boleh melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Tentunya penderita jantung coroner harus juga mentaati aturan puasa khusus penderita Jantung koroner supaya tidak membahayakan jiwa pasien ataupun bisa mempercepat komplikasi pada penyakit pasien.

Beberapa penelitian yang terbaru sudah menunjukkan hasil yang sangat signifikan manfaat puasa bagi penderita Jantung Koroner. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan selama 10 tahun di Qatar sebanyak 2.160 pasien yang mengidap gagal jantung dilakukan penelitian pemeriksaan pada kondisi fisiknya selama menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpuasa tidak memiliki dampak buruk untuk fungsi jantung maupun kesehatan organ lainnya. Puasa ternyata juga dapat membantu penderita penyakit jantung untuk mendapatkan kebugarannya secara maksimal. Studi lain juga menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 30 - 40% pada beberapa pasien, dan juga dapat mengontrol kadar lemak secara keseluruhan dan efektif dalam menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung coroner. 

Selain itu, dilaporkan juga bahwa status gizi dari pasien yang mengidap penyakit jantung menjadi lebih baik. Pasien penyakit jantung bisa mendapatkan manfaat terhadap pengaruh kessehatan mereka terhadap Kesehatan jantung dari perubahan pola makan selama bulan Ramadan. Mereka juga lebih dapat mengontrol dan mengatur asupan, porsi, dan jadwal makan mereka setiap hari selama berpuasa terutama ketika berbuka puasa dan sahur.

Penelitian yang lain dalam jurnal Circulation (2019) juga menunjukkan bahwa orang yang berpuasa secara rutin berisiko 71% lebih rendah untuk mengalami gagal jantung. Selain itu, mereka lebih jarang mengalami serangan jantung. Oleh karena itu, pasien yang menderita penyakit jantung coroner diharapkan dapat melanjutkan pola hidup sehat dengan berpuasa setelah bulan Ramadhan telah selesai.

Meskipun diperbolehkan untuk berpuasa, namun Penderita jantung koroner harus memperhatikan serta mengikuti Pola Makan yang baik selama berpuasa Ramadhan. Makanan yang mengandung banyak kalium, seperti pisang, jeruk, melon, blewah, terong, mentimun, dan sayuran hijau, adalah contoh makanan yang mengandung banyak kalium, yang dapat mengurangi efek natrium atau garam pada tekanan darah. Namun, orang yang menderita gagal ginjal kronik harus berhati-hati saat mengonsumsi sayuran dan buah-buahan saat sahur dan berbuka puasa.

Diet Garam sangat diperlukan bagi penderita Jantung Koroner hal ini dikarenakan garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat, penderita hipertensi tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan bergaram tinggi, baik saat sahur maupun berbuka. Takaran dosisnya dapat mengurangi konsumsi garam setiap hari dibawah 2 gram, atau sekitar satu sendok teh.  Konsumsi Gandum dan biji-bijian utuh adalah sumber serat yang sangat baik, yang dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan tekanan darah.  Pada menu tersebut juga cocok untuk menjadi pilihan makanan sahur dan berbuka puasa bagi penderita Jantung Koroner.

Selanjutnya mengurangi konsumsi lemak jenuh dan lemak trans saat berbuka dan sahur, hal ini bertujuan supaya kolesterol dalam tubuh dapat terkontrol.  Kolesterol yang tinggi pada penderita Jantung Koroner bisa membentuk plak pada pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau stroke.  

Untuk mencegah peningkatan kolesterol, Penderita Jantung Koroner harus mengonsumsi sumber protein rendah lemak seperti daging tanpa kulit atau lemak, ikan, telur, kacang kedelai, tahu, tempe, susu skim rendah lemak. Sumber lemak yang dapat meningkatkan HDL (kolesterol baik) termasuk alpukat, almond, minyak zaitun, dan minyak canola juga baik untuk dikonsumsi.  Selanjutnya membatasi konsumsi kafein seperti kopi, teh, dan minuman bersoda untuk penderita hipertensi baik untuk mengurangi resiko kekambuhan penyakit Jantung Koroner.

Selama bulan Ramadhan penderita Jantung koroner bisa melakukan Olahraga pagi asalkan intensitas ringan seperti jalan kaki, bisa saja dilakukan sore hari, namun hati-hati karena gula darah terendah saat menjelang berbuka. Kemudian waktu yang pas untuk melakukan olahraga adalah 2 jam setelah berbuka puasa. Meskipun begitu disarankan untuk tidak melakukan Olahraga pada malam hari karena kondisi fisik yang lelah dan kadar Oksigen yang rendah pada malam hari.

Selama bulan puasa, lebih baik makan dalam porsi kecil dan jangan melakukan prinsip "balas dendam" saat berbuka puasa. Kemudian menghindari mengkonsumsi gorengan atau makanan cepat saji yang berlemak dan banyak garam.  Perbanyak sayuran dan buah-buahan, serta makanan berserat seperti biji-bijian dan gandum juga baik untuk Kesehatan jantung. Asupan cairan yang adekuat juga diperlukan supaya tidak terjadi dehidrasi, kecuali bila dokter menyarankan untuk mengurangi jumlah cairan yang dikonsumsi karena sudahh terjadi gagal jantung, pastikan juga untuk menghabiskan waktu untuk tidur yang cukup dan minum cukup air setiap hari.

Kemudian apabila ditemukan tanda dan gejala seperti sesak nafas, lemas, mata berkunang – kunang, pingsan, jantung berdebar, keringat dingin dan tanda – tanda vital mengalami hipotensi atau krisis hipertensi maka disarankan untuk menghentikan puasa dan segera melakukan pemeriksaan kepada Dokter Spesialis Jantung untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kedewasaan Berpolitik Di Era Demokrasi Digital:Menyikapi Hasil Pemilu 2024 Oleh: Saifullah Bonto, S....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Wawasan

Memakmurkan Masjid:  Karakter Terpuji Karyawan AUM Oleh: Amrozi Mufida Menurut Bahasa (Etimol....

Suara Muhammadiyah

7 September 2023

Wawasan

Cara Judi Runtuhkan Ekonomi Oleh: Ni’am Al Mumtaz, M.E., Mengajar Manajemen Keuangan Syariah ....

Suara Muhammadiyah

27 July 2024

Wawasan

Meneguhkan Marwah Masjid yang Memakmurkan Ummat: Catatan dari Akademi Marbot Oleh: Ahsan Jamet Hami....

Suara Muhammadiyah

9 June 2024

Wawasan

Ibu Cerdas Penentu Generasi Unggul Indonesia Emas 2045 Oleh: Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar Menont....

Suara Muhammadiyah

25 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah