SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) menggelar Masa Ta’aruf, Rabu (4/9). Masa Ta’aruf atau Mataf dipahami sebagai periode pengenalan terhadap kampus kepada mahasiswa baru. Pada kegiatan Mataf hari ketiga ini menghadirkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Mu’ti ini menyampaikan makna dari sebuah pendidikan. Menurutnya pendidikan sangat menentukan masa depan. Dan juga pendidikan dapat mendatangkan kehidupan yang baik bagi umat manusia. “Dengan pendidikan, maka Anda akan lebih baik,” tegasnya.
Pendidikan sebagai gerbang menggapai cita-cita. Maka, Mu’ti mendorong agar generasi muda perlu memiliki tekad yang kuat. Yakni tekad dalam belajar menuntut ilmu sehingga memudahkan menggapai cita-cita tersebut.
“Dengan pendidikan kalau bersungguh-sungguh dan memiliki tekad yang tinggi, Anda menjadi lebih baik (menggapai cita-cita yang diimpikan),” ujarnya.
Saat ini tidak mudah orang menikmati pendidikan. Banyak sebagian orang yang hidupnya harus merelakan putus pendidikan. Dengan kata lain, pendidikannya tidak bisa berlanjut sampai ke perguruan tinggi. Maka, Mu’ti mengajak bersyukur kepada generasi muda yang berkesempatan menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi.
“Anda harus bersyukur berkesempatan untuk kuliah, termasuk bisa kuliah di UNIMUS yang sekarang ini sudah masuk dalam TOP 10 perguruan tinggi Muhammadiyah se-Indonesia,” katanya.
Mu’ti membongkar orang-orang yang berpendidikan dalam Islam dikategorisasikan menjadi beberapa paradigma. Pertama, Ulul ‘ilmi, orang yang memiliki ilmu yang tinggi. “Orang yang punya ketinggian secara keilmuan. Orang yang memiliki pengetahuan yang luas,” katanya.
Kedua, Ulul Albab, orang yang memiliki ilmu tinggi. Dan juga orang yang senantiasa berusaha meningkatkan keilmuan dan kualitas diri. Ilmunya dikembangkan secara berkelanjutan, karena ilmu akan selalu mengalami perkembangan dan perubahan.
“Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki ilmu yang tinggi dan selalu berusaha untuk meningkatkan keilmuannya,” tuturnya.
Ketiga, Ulul Absar. Yakni orang yang memiliki visi ke depan. Visinya dapat mencandra dan memproyeksikan masa depan. Lewat ilmunya, kehidupan dikonstruksi sedemikian rupa agar bisa menciptakan aneka inovasi-inovasi yang bisa memberikan dampak positif bagi kehidupan.
“Orang yang visioner, orang yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di sekian puluhan tahun yang akan datang. Bahkan bisa merancang dunia masa depan itu akan seperti apa karena ilmunya, keahliannya, dan wawasannya. Mereka mampu melihat satu persoalan dari banyak sudut pandang dan merancang bagaimana perubahan di dunia akan terjadi,” terangnya.
Keempat, Ulu An-Nuha, yaitu orang yang memiliki hati yang jernih. “Dengan itu, dia bisa menjadi orang yang bijaksana. Yang dengan itu bisa menjadi orang yang empati kepada orang lain karena hatinya yang bening,” jelasnya.
“Orang-orang yang memiliki empat hal ini dapat menjadi cermin dan teladan bagi manusia lainnya dengan ilmu, dan saya berharap mahasiswa yang hadir disini termasuk dalam orang-orang tersebut,” tegasnya. (Kikiy/Cris)