Oleh: Bobi Hidayat
Pendidikan akan selalu berkembang secara dinamis dari masa ke masa. Perkembangan Pendidikan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah faktor perkembang zaman itu sendiri. Saat ini, teknologi berkembang dengan pesat menuntut dunia Pendidikan tidak hanya mengelola proses Pendidikan yang mengadopsi perkembangan teknologi, akan tetapi juga mengarah pada perancangan kurikulum pendidikan yang output dan outcome-nya dapat menguasai berbagai teknologi. Dalam hal ini, salah satu Lembaga yang berperan adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi saat ini penting untuk mengarahkan dan membekali lulusan dengan kemampuan memanfaatkan teknologi kekinian.
Menelaah keinginan Rektor Universitas Muhammadiyah Metro terakait dengan perkuliahan secara hybrid learning, kemudian mengkorelasikan dengan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), maka akan terjadi kesingkronan keinginan. Hal ini dapat dilihat bahwa kurikulum Merdeka menginginkan terjadinya kemerdekaan dalam perkuliahan. Dimana mahasiswa diberikan kebebasan memilih apakah akan memilih kuliah di kampus, atau dapat memilih ikut kegiatan diluar kampus yang setara dengan jumlah sks yang ditempuh mahasiswa pada saat semester berjalan. Selain itu, mahasiswa diberikan kebebasan dalam memilih proses perkuliahan apakah akan datang langsung ke kampus atau dapat mengikuti perkuliahan secara daring (vicon atau menggunakan LMS Spada UM Metro). Tentu hal ini ada kesingkronan antara kurikulum yang dikembangkan, dengan proses perkuliahan sebagai bentuk implementasi dari kurikulum MBKM.
Timbul pertanyaan, apakah yang mendasari diberlakukanya kurikulum MBKM diperguruan tinggi dan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar dan menengah?. Hal ini tidak terlepas dari hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara, dimana salah satu pemikiranya tentang Pendidikan adalah Pendidikan itu memerdekakan. Pendidikan yang memerdekakan diartikan sebagai Pendidikan yang disesuikan dengan kondisi perserta didik, baik kemampuan, gaya belajar maupun pilihan lingkungan belajarnya. Peserta didik itu sendiri memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainya. Dengan tujuan pembelajaran yang sama dapat ditempuh dengan berbagai jalan. Pendidikan yang memerdekakan itu memberikan kemerdekaan pada peserta didik untuk memilih jalan mana dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, guru atau pendidik yang berperan aktif melalui pengelolaan pembelajaran yang baik, mulai dari penyusunan strategi pembelajaran hingga tahap evaluasi dan refleksi.
Kemerdekaan dalam belajar ini juga memunculkan pembelajaran berdiferensiasi. Apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dikelola dengan mengedepankan perbedaan karakteristik peserta didik. Perbedaan mengacu kepada perbedaan gaya belajar, kemampuan peserta didik dan lingkungan belajar yang dipilih oleh peserta didik. Mengelola proses pembelajaran yang mengedepankan perbedaan peserta didik tidaklah mudah. Guru harus terlebih dahulu mengetahui berbedaan karakteristik peserta didik yang akan diajarnya. Salah satu jalan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa terhadap peserta didik. Guru menyusun asesmen diagnostik yang mengarah pada 3 aspek yaitu Kesiapan, Minat dan profil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilakukan guru untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang selanjutnya dijadikan dasar untuk mengelola proses pembelajaran berdiferensiasi mulai dari menyusun strategi pembelajaran hingga evaluasi dan refleksi.
Pengelolaan pembelajaran yang berdiferensiasi juga dapat dilakukan diperguruan tinggi meskipun tidak sedetail di sekolah dasar dan menengah. Mahasiswa dapat diajak untuk belajar dengan memanfaatkan berbagai media yang ada. Dapat pula dilakukan secara daring atau luring atau pada saat yang bersamaan dilakukan secara daring maupun luring. Mahasiswa sebagian belajar di kelas dan sebagian melalui video conference bagi yang di luar kelas. Hal ini merupakan pilihan-pilihan dalam perkuliahan yang dapat menopang kemerdekaan dalam belajar. Perguruan tinggi khususnya Universitas Muhammadiyah Metro mengakomodir kegiatan perkuliahan seperti ini. Selain mengacu pada program Merdeka belajar dari pemerintah yang tertuang dalam kurikulum, proses perkuliahan mahasiswa juga diberikan kemerdekaan.
Secara umum Merdeka Belajar dalam Pendidikan dapat dikelompokkan dalam dua bagian. Kemerdekaan yang tertuang dalam kurikulum dan kemerdekaan dalam memilih proses perkuliahan atau pembelajaran. Sebagai bentuk dorongan dari program perguruan tinggi, respon yang diberikan adalah bagaimana mentransformasi kegiatan perkuliahan yang masih klasikal kearah yang lebih modern dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang dalam Pendidikan.
Untuk mencapai tujuan ini, banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari sarana dan prasarana yang harus terus dikembangkan, meningkatkan kemampuan dosen dan mahasiswa memanfaatkan teknologi pembelajaran, juga merubah paradigma berfikir dosen dan mahasiswa yang juga perlu dilakukan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi. Jika tidak diupayakan dengan sungguh-sungguh, maka akan sulit untuk terwujud. Namun, harus tetap optimis tujuan ini dapat tercapai sehingga dapat menjadikan perguruan tinggi yang lebih modern dengan teknologinya sebagai indikator tercapainya salah satu visi Universitas Muhammadiyah Metro yaitu kampus yang modern dan mencerahkan.
Diakhir tulisan ini, penulis berharap dengan semangat kebersamaan maju bersama, dapat membangun Universitas Muhammadiyah Metro menjadi Universitas yang modern dengan dilandasi sifat-sifat yang profetik serta professional dalam segala hal. Dan dapat membangun kampus yang tidak hanya berdampak baik didalam, akan tetapi juga dapat memberikan kebermanfaatan bagi khalayak yang luas.
Bobi Hidayat, Dosen FKIP UM Metro