Pengabdian Mapala Mengalirkan Tirta

Publish

12 October 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
446
Menelusuri Gua Foto Istimewa

Menelusuri Gua Foto Istimewa

WONOGIRI, Suara Muhammadiyah - Gayung biru yang tampak kusam itu terus disiduk. Perlu keringat yang sama untuk mendapat seember air. Begitulah perjuangan Desa di Wonogiri untuk mendapatkan senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan itu. Air adalah hak asasi dan kebutuhan yang paling mendasar, tetapi bagi sebagian besar penduduk Desa, air bersih adalah sebuah komoditas langka. Perlu perjuangan ekstra yang melelahkan.

Kabupaten Wonogiri terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Daerah Wonogiri disebut  memiliki curah hujan yang lebih kecil yang membuat daerah ini menjadi lebih kering. Apalagi di tengah pedesaan, jauh dari fasilitas modern yang menyediakan pasokan air yang cukup. Warga desa harus berjalan puluhan kilometer, antri, dan bahkan berebutan hanya untuk mendapatkan sekitar 10-20 liter air sehari. Inilah realitas yang harus dihadapi setiap hari.

Syahdan, pada tahun 2023 ini ada 8-9 kecamatan di Kabupaten Wonogiri terdampak kekeringan menyusul musim kemarau panjang. Terutama di wilyah Wonogiri bagian selatan, debit sumber air bawah tanah wilayah mengalami penurunan.

Tak mau berpangku tangan, harapan datang dalam kegigihan Joko Sulistyo, sosok yang mengubah minat menjadi gagasan yang luar biasa. Dia memutuskan untuk menyusuri gua di wilayah itu untuk mencari sumber air yang mungkin bisa memberikan solusi bagi desa. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, dia tidak pernah menyerah. Joko, dulunya anggota kelompok pecinta alam KMP Giri Bahama dari Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Cikal bakal di Fakultas Geografi UMS telah ada dengan eksisnya Gemapala pada tahun 1990. Namun dalam perjalananya kurang begitu berkembang. Kemudian dalam kegiatan Kemah Studi Lingkungan Geografi (KSLG) para mahasiswa berinisiatif membentuk organisasi berbasis disiplin ilmu geografi.

Dengan pengalaman di komunitas yang bergerak di bidang kepecintaalaman dengan implementasi ilmu geografi, pada 2001 Joko menjalani eksplorasi gua di Kecamatan Eromoko. Dalam perjalanannya, ia menemukan 13 gua, dan yang paling menarik adalah Gua Suruh, yang memiliki sungai di dalamnya - satu-satunya gua dengan sumber air.

Joko merasa bahwa jika air dari sungai ini dapat diangkat ke permukaan, itu dapat menjadi sumber air tambahan bagi penduduk setempat. Namun, mencari cara untuk melakukannya adalah tantangan yang memerlukan waktu. Selain itu, langkah awalnya adalah memberi tahu penduduk setempat, walaupun tidak ada yang berani masuk ke Gua Suruh. Inilah kisah luar biasa tentang bagaimana sebuah desa bersatu untuk mengatasi krisis air.

Joko Sulistyo dan timnya melakukan analisis yang cermat terhadap debit dan kualitas air yang ditemukan di gua tersebut. Hasilnya, mereka berhasil menemukan sumber air tanah kapur yang layak untuk diproses dan dibagikan kepada warga desa. Namun, perjalanan belum berakhir di sini.

Gotong royong menjadi kunci sukses dalam mengalirkan air bersih dari gua tersebut langsung ke desa. Warga desa bersatu untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mengalirkan air ke desa dan mendistribusikannya ke rumah-rumah warga.

Kisah perjuangan ini menjadi semakin istimewa berkat sosok Joko Sulistyo menerima apresiasi dari SATU Indonesia Awards 2013 yang berdedikasi untuk menyediakan air bersih untuk warga di Wonogiri.

Ini menjadi semakin penting karena ribuan penduduk di daerah Wonogiri dan Gunung Kidul harus membeli air dari Kota Yogyakarta setiap kali musim kemarau tiba, bahkan untuk keperluan minum dan mandi yang mungkin tidak dilakukan setiap hari. Situasi ini sangat mempengaruhi 544 Kepala Keluarga atau 2.350 jiwa di Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Wonogiri. "Saya akan tetap mengabdi seperti air yang mengalir. Semoga bisa terus membantu warga," harap Joko.

Tantangan utama yang dihadapi adalah menjaga kondisi alam dan kehidupan di dalam gua agar tidak terganggu. Namun, setelah enam bulan usaha keras, akhirnya berhasil. Mereka berhasil mengalirkan air ke atas, bahkan hingga ke menara air yang berada di puncak bukit. Akhirnya, air mulai mengalir ke Desa Pucung, dan hasilnya, masyarakat sekarang dapat mengambil air dari bak-bak penampungan di sekitar desa kapan saja yang mereka butuhkan.

Kisah perjuangan Joko dan warga Wonogiri adalah contoh nyata tentang bagaimana tekad, kerja keras, dan solidaritas bisa mengatasi tantangan yang tak terbayangkan. Mereka mengubah kesusahan menjadi kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Dalam dunia yang sering terlalu sibuk dengan hal-hal lain, kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya akses terhadap air bersih, hak dasar yang selalu kita terima dengan begitu mudah, tetapi begitu berharga. (Rpd)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SINJAI, Suara Muhammadiyah - Rapat Kerja Wilayah Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muha....

Suara Muhammadiyah

5 November 2023

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Biro Perencanaan dan Pengembangan (BPP) bekerja sama dengan Bi....

Suara Muhammadiyah

28 November 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - “Mari kita akhiri penderitaan ini” adalah sepenggal pan....

Suara Muhammadiyah

12 May 2024

Berita

Jihad Lingkungan Mudzakir dengan Pertanian Organik  CILACAP, Suara Muhammadiyah - Kerutan di w....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Untuk kedua kalinya SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat ....

Suara Muhammadiyah

21 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah