YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Memahami ideologi, politik dan organisasi Muhammadiyah menjadi sebuah keharusan warga persyarikatan ini untuk menjadi penggerak dakwah yang berkemajuan dengan mengandalkan akal sehat. Bukan sebaliknya, terbawa arus ideologi lain. Hal itu disampaikan oleh Ketua PWM D.I. Yogyakarta, Dr. M. Ikhwan Ahada, S. Pd. I., M. A., dalam kajian Ideopolitor (Ideologi, Politik dan Organisasi), pada Sabtu (23/9), di gedung Ar Fachruddin, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang berkemajuan dan berperan penting dalam mengusung nilai-nilai iman dan keislaman, kesederhanaan, kemandirian dan kepedulian sosial sebagai bagian dari ideologi Muhammadiyah. Selain itu, iman juga menjadikan amal usaha Muhammadiyah dengan menjalankan berbagai lembaga pendidikan, sosial dan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia.
"Muhammadiyah memantik sekaligus menumbuh kembangkan amal sholeh, sebagai konsekuensi dari iman, amal sholeh pribadi dan amal sholeh jamaah tentu menjadi bagian yang terus kita upaya sehingga mempunyai peran-peran tidak sekedar peran dalam makna domestik, peran-peran muhamadiyah terus berkembang karena goals kita adalah Rahmatan Lil 'alamin," ujarnya.
Muhammadiyah telah berkontribusi dalam berbagai lembaga-lembaga ini mencakup sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan berbagai program sosial untuk membantu mereka yang membutuhkan. Karena Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan Islam tetapi juga menerangkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Dengan demikian, penguatan ideologi dimaknai sebagai bagaimana kita mengatur urusan dan anggota dalam persyarikatan agar terstruktur sehingga bisa menjalankan dengan aman dan nyaman dalam rangka membentengi diri kita dari masuknya ideologi-ideologi lain. (Na)