Peran Muhammadiyah dan Tantangan Program Ketahanan Pangan
Oleh: Syarofin Arba MF, Direktur Center for Study of Regional Development/CESRED
Indonesia tengah dihadapkan pada tantangan geopolitik global. Dinamika fora internasional kini diwarnai oleh konflik dan ketegangan. Perang Israel-Palestina, Israel-Libanon, Rusia-Ukraina, dan beberapa negara lain, meruyak memanaskan tensi politik global. Belum lagi potensi konflik di Laut China Selatan, China-Taiwan, Korea Utara-Korea Selatan, dan sejumlah masalah lainnya.
Permasalahan itu sewaktu-waktu bisa memicu konflik dan peperangan yang kian meluas. Iklim politik global yang cenderung kian memanas tentu berpengaruh pada berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Kegentingan kondisional tersebut akan berdampak pada stabilitas keamanan hingga ancaman ketersediaan pangan.
Wajar pula jika beberapa negara Eropa seperti Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, mulai merasa khawatir akan kondisi yang berkembang. Terlebih lagi setelah Presiden AS Joe Biden memaklumatkan negara sekutunya Ukraina untuk menggunakan senjata rudal jarak jauh dalam perangnya melawan Rusia. Statemen Joe Biden dipandang sebagai bentuk provokasi yang bisa memicu eskalasi peperangan dan bahkan gerbang Perang Dunia Ketiga.
Provokasi AS tersebut dikhawatirkan akan menyeret Rusia menggunakan senjata nuklirnya dalam peperangan. Penggunaan senjata pemusnah massal yang sudah pasti ditakutkan semua negara. Jika itu terjadi maka akan sangat luar biasa dampak yang ditimbulkannya bagi para penghuni bumi.
Ketidak-stabilan dunia internasional berpengaruh pula pada sektor ekonomi dan perdagangan. Dunia tengah didera oleh kelesuan ekonomi secara masif. Bahkan sejumlah negara telah terjebak dalam gejolak ekonomi yang mengarah pada krisis ekonomi. Melambungnya harga-harga, tingginya inflasi, meningkatnya hutang negara, dan devisit income negara, menggoyahkan stabilitas ekonomi.
Belum lagi dampak La Nina dan El Nino, pandemi seperi Covid-19, dan sederet permasalahan lainnya. Semuanya itu membutuhkan strategi solutif dan keseriusan penanganan.
Program Ketahanan Pangan
Akibat goyahnya stabilitas politik dan ekonomi global, kini banyak negara yang sudah mulai membuat langkah-langkah antisipatif khususnya dalam pengamanan ketersediaan pangan. Bagaimana agar dalam kondisi peperangan dan kekacauan geopolitik dunia, ketersediaan makanan bagi rakyat tetap terjamin.
Beberapa tahun lalu Indonesia masuk peringkat 12 dari 23 negara Asia Pasifik dengan indikator Global Food Security Index. Di antaranya ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan kualitas serta keamanan pangan. Karena itu, untuk menurunkan angka kerentanan pangan, diperlukan strategi pembangunan pangan dan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa strategi tersebut seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan, penguatan cadangan, sistem logistik pangan, dan pengembangan pertanian modern.
Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr. Gunawan Budiyanto, bahwa ketahanan pangan erat kaitannya dengan pertanian berkelanjutan. Sedangkan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan merupakan interaksi antar kebijakan pemerintah yang berdimensi lingkungan, sosial dan ekonomi.
Presiden Prabowo telah menegaskan komitmennya pada program swasembada dan ketahanan pangan. Harapannya agar Indonesia mampu swasembada pangan tanpa bergantung pada negara lain. Sebab bergantung pada pasokan luar beresiko akibat ketidakpastian politik dan ekonomi global.
Berbagai pihak dan lembaga kemudian menyambut positip kebijakan Presiden Prabowo tersebut. Demikian pula kalangan ormas Islam, termasuk Muhammadiyah. Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah telah menunjukkan keberpihakan pada program ketahanan pangan. Di antaranya dengan adanya deklarasi komitmen pada ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan. Deklarasi itu dilakukan bersama sejumlah pelaku bisnis di sektor pertanian dan peternakan pada 20 November lalu di Bogor.
Salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia itu juga telah mencanangkan program-program berorientasi pada terciptanya swasembada dan ketahanan pangan. Beberapa program itu seperti pendirian Toko Muhammadiyah (TokoMu). Pendirian TokoMu itu berorientasi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dan ketahanan pangan warga. Selain itu, Muhammadiyah juga mendukung upaya peningkatan kapasitas dan kesejahteraan para petani.
Sesungguhnya Indonesia mempunyai potensi besar di bidang sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan potensi-potensi lainnya yang mampu mendukung tercapainya program ketahanan pangan. Dalam hal ini, Muhammadiyah memiliki banyak SDM yang ahli dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan. Di samping itu, Muhammadiyah pun mempunyai akses jaringan dan koneksitas lembaga serta berbagai stakeholder yang luas.
Program ketahanan pangan secara berkelanjutan perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan berbagai lembaga serta komponen masyarakat. Komitmen bersama dan sinergitas itulah yang menjadi kunci kesuksesan program. Dan Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi pendorong dan katalisator adanya sinergitas dalam pelaksanaan program ketahanan pangan.
Peran aktif Muhammadiyah kini dibutuhkan dalam akselerasi pencapaian swasembada dan ketahanan pangan. Muhammadiyah bisa membantu membuat grand design dan roadmap program swasembada dan ketahanan pangan. Sehingga menjadi panduan pelaksanaan program yang efektif dan terukur.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dapat menggerakkan pengurus-pengurus Muhammadiyah hingga ke tingkat ranting untuk mendukung program. Begitupun keterlibatan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dengan memanfaatkan SDM sesuai bidang. Dan bahkan umumnya warga persyarikatan dapat terlibat dan berkontribusi.
Barangkali bisa dibuat semacam pilot project program ketahanan pangan di sejumlah daerah dengan memanfaatkan jejaring Muhammadiyah. Bila telah berhasil akan mudah untuk replikasi di daerah-daerah lain di Indonesia.
Pengalaman Muhammadiyah yang panjang dan luas dalam community and society guiding, menjadi modal besar dalam menggerakkan masyarakat. Sebab pada akhirnya muara program ketahanan pangan adalah gerakan masyarakat. Karenanya diperlukan pemahaman, kesadaran dan motivasi masyarakat secara kolektif guna terwujudnya penguatan produktivitas pangan.
Jika Muhammadiyah mampu berperan aktif dan sinergis pada sisi ini, maka rasanya tidak sulit mewujudkan cita-cita ketahanan pangan. Bahkan melalui program ini akan terwujud masyarakat yang makmur dan sejahtera.
* * * *