BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Gerakan Subuh Mengaji (GSM) yang dilaksanakan pada Rabu (6/11), yang menghadirkan Dr Siti Aisyah, MAg, Ketua PP ‘Aisyiyah dengan tema “Peran Mubalighat dalam Mendakwahkan Islam Wasathiyah”.
Dalam acara tersebut, Siti menyoroti pentingnya memahami dan menerapkan Islam Wasathiyah dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menyampaikan bahwa Muhammadiyah dan Aisyiyah sejak awal telah membawa paham Islam yang berkemajuan dan moderat, yang menempatkan diri di tengah-tengah paham-paham ekstrem kanan dan kiri.
"Yang kiri katakanlah ini terkait dengan perempuan yang kiri saat itu beredar paham-paham atau sikap-sikap ideologis liberal yang mungkin dibawa oleh noni-noni Belanda, tampilan-tampilan yang digambarkan oleh Bu Munjiyah ketika pidatonya di Kongres Perempuan, bagaimana kebebasan pergaulan di antara para noni-noni Belanda, mereka berdansa dansi misalnya ya ini ada di sisi kiri." ucapnya.
"Di sisi kanan, perempuan-perempuan Muslimah sendiri yang masih konvensional, mereka masih berkutat di rumah tangga ya masih beberapa saja nah itulah Aisyiyah lahir adalah bawa bahan wasathiyah tentang perempuan, bahwa perempuan itu juga memiliki peran peran yang setara dengan laki laki." lanjutnya.
Siti menjelaskan kehadiran Aisyiyah sudah di posisi pertengahan di antara paham-paham yang ekstrem kanan dan kiri. Di satu sisi, terdapat ideologi liberal yang mungkin dibawa oleh noni-noni Belanda, sementara di sisi lain, perempuan Muslimah yang masih terbatas pada peran domestik. Aisyiyah muncul dengan membawa paham Islam Wasathiyah yang memperjuangkan kesetaraan peran perempuan dengan laki-laki, sesuai dengan nilai-nilai dasar Islam dan historisitas perempuan pada masa Rasulullah SAW yang diabadikan dalam Al-Qur'an.
Selain itu, Siti juga mengingatkan nasihat Kiai Ahmad Dahlan kepada para muridnya untuk menjadi mubalighot yang berkemajuan dan tidak pernah lelah dalam berdakwah, namun semuanya dilakukan karena Allah SWT. Aisyiyah, sebagai organisasi perempuan di bawah naungan Muhammadiyah, memiliki misi dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid, sehingga seluruh aktivitas dan program kegiatannya memiliki tujuan dakwah.
Siti menekankan pentingnya kompetensi kepribadian dan profesionalitas bagi para mubalighot, termasuk spiritualitas, keimanan, dan akhlak yang baik. Beliau juga menyampaikan bahwa Aisyiyah menyediakan pelatihan intensif untuk para mubalighot, yang mencakup pelatihan dan penugasan langsung di lapangan untuk mendakwahkan Islam secara aktif.
Selanjutnya, Siti menambahkan bahwa naskah Risalah Perempuan Berkemajuan juga mengangkat nilai-nilai dasar Islam dan historisitas para perempuan pada masa Rasulullah SAW yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Beliau kemudian mengutip nasihat Kyai Ahmad Dahlan di depan para muridnya, yang disampaikan dalam bahasa Sunda, "Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel - kesel anggonmu nyambutgawe kanggo Muhammadiyah." Artinya, jadilah mubalighot yang berkemajuan dan jangan pernah lelah dalam berdakwah di Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Melalui acara Gerakan Subuh Mengaji ini, diharapkan para peserta dapat memperdalam pemahaman mereka tentang Islam Wasathiyah dan terus melanjutkan dakwah dengan semangat yang berkemajuan. (Azka/Lika)