YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar dan tertua di Indonesia memiliki tiga gerakan. Hal itu diungkapkan oleh Muhammad Alfian Darmawan, Dosen FAI UMY yang selama 43 tahun turut membantu mengintegrasikan ilmu dan amal, pertama, yad'ụna ilal-khairi (menyeru kepada kebaikan).
Kemudian yang kedua ya`murụna bil-ma'rụfi (menyeru kepada Ma'ruf). Dan yang ketiga yan-hauna 'anil-mungkar (mencegah dari yang mungkar).
Barometer yang disampaikan oleh Alfian tersebut menukil sumber primer Al-Qur'an, tepatnya Qs ali-Imran [3] ayat 104. Menurutnya redaksi ini menjadi dasar pijakan Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912.
"Kiai Dahlan memilih ayat itu tidak main-main. Ayat itu memiliki sebuah pengertian yang sangat dalam. Ayat itu mengandung sebuah rangkaian kata-kata yang bersifat sekuensial. Yang utuh tidak terbagi-bagi dan tidak bisa dibolak-balik," katanya saat Pengajian Ramadhan 1446 H Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Ahad (16/3) di Grha Ibnu SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Alfian mengerucutkan, Muhammadiyah berdakwah dengan basis pendekatan yad'ụna ilal-khairi. Secara umum, kata Khair di sini diartikan sebagai kebaikan. "Orang sudah mengerti pada umumnya. Sopan santun, berbicara baik, disiplin, tepat waktu. Apa saja, itu kebaikan orang yang secara umum orang sudah tahu," sebutnya.
Bagi Alfian, hal itu menjadi tugas Muhammadiyah yang tidak diragukan lagi. "Siapa pun bisa melakukan. Dari anak kecil sampai orang tua, bisa melakukan itu karena tidak ditentukan syarat apa pun juga," ujarnya.
Namun, ketika melangkah ke pendekatan kedua (ya`murụna bil-ma'rụfi), Alfian menilai tidak semua orang bisa melakukannya.
"Hanya orang-orang yang memiliki otoritas yang bisa melakukan itu (ya`murụna bil-ma'rụfi). Sekarang, rumusan otoritasnya dalam Muhammadiyah seperti apa, untuk kita bisa sampai tahapan ini," jelasnya.
Dibentangkan Alfian, al-Ma'ruf sebagai kebaikan yang tidak sekadar secara umum, namun secara komprehensif, mencakup akal dan syariat dikenal baik. "Itulah maka, bahwa tingkatan dakwah di kota ini sudah sampai mana?", tanyanya.
Sementara, Wakil Ketua PWM DIY Ridwan Furqoni menyebut, citra dari dakwah Muhammadiyah itu meniscayakan menyadarkan, memberdayakan, melayani, melindungi, dan mengadvokasi. Hal itu disebut Ridwan sebagai titah agama dan menjadi bagian dari pengejawantahan peribadatan.
"Itu kita lakukan karena perintah agama. Itu adalah ibadah. Sehingga di Muhammadiyah tidak boleh mutung (dalam beribadah)," ucapnya.
Tarikan napas dakwah yang dilakukan mesti dilandaskan pada niat ibadah kepada Allah SwT. Karena, sebut Ridwan, dakwah itu perintah Allah SwT dan Dia akan menjanjikan kesuksesan.
"Semua berangkat dari ibadah. Kalau ada orang Muhammadiyah tapi malah memusuhi, dari awal niatnya bukan untuk beribadah," tegasnya.
Pada saat bersamaan, diungkapkan Ridwan, banyak orang takjub dengan Muhammadiyah. Karena pergerakan dakwahnya masif dan tidak pernah berhenti seraya bergerak secara simultan pada koridor berkelanjutan.
"Kita semua bergerak membangun kemaslahatan umat ini berangkatnya dari tanggung jawab agama. Ini semuanya bernilai agama dan semuanya dibacking oleh Allah SwT," pungkasnya. (Cris)