PERSADA Bekali 250 Santri Perawatan Jenazah

Publish

14 October 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
209
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) UAD pada hari Jumat (13/10) kembali menyelenggarakan pembekalan bagi seluruh Santri PERSADA. Pada pembekalan kali ini pembahasanya terkait pelatihan perawatan jenazah.

Pelaksanaan pelatihan ini terbagi menjadi dua tempat dengan dua narasumber yang berbeda, mengingat jumlah santri PERSADA tahun ajaran 2023/2024 ini cukup banyak. Pembagian tempat meliputi kelas santri prodi Kedokteran dan non-Kedokteran (Reguler dan Beasiswa).

Mengikuti Pembekalan sebelumnya, narasumber pertama Ustadz Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan FAI UAD dan juga merupakan anggota MTT PP Muhammadiyah, dan narasumber kedua Ustadz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. selaku Kabid SDM dan Kurikulum PERSADA dan Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah UAD.

Maka pembagian tempat untuk Ustadz Nur menyampaikan materinya pada kelas Prodi Kedokteran di Aula Masjid Islamic Center, sedangkan bagi kelas non Kedokteran disampaikan oleh Ustadz Budi, bertempat di Masjid Islamic Center (lantai dua) pada waktu yang bersamaan.

Pelaksanaan pelatihan perawatan jenazah ini, bertujuan agar seluruh santri PERSADA dapat memahami secara keseluruhan terkait tatacara perawatan jenazah. Materi yang diberikan dimulai dengan bagaiamana kewajiban seseorang kepada orang lain ketika sakit, ketika orang itu meninggal, kewajiban sanak keluarga yang ditinggalkan, tatacara memandikan, mengkafani, mensalatkan, dan mengiringi jenazah hingga penguburan, yang sesuai dengan yang di Syari’atkan. Selain itu, nantinya santri diharapkan dapat berperan di lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam pembekalan ini.

Pada awal materi Ustadz Nur menyampaikan, bahwasanya kematian seseorang itu belum tentu disebabkan karena sakit, namun karena habis masa (jatah hidup) seseorang. Namun, jika mendapatkan diri atau orang lain sakit maka dianjurkan untuk seanantiasa berprasangka baik kepada Allah swt, hendaknya berada di antara takut dan penuh pengharapan kepada Allah swt, serta berwasiat kepada sanak keluarga.

Jika seseorang meninggal, maka bagi keluarga yang ditinggilkan hendaknya; mentalqin keluarganya yang akan meninggal (muncul tanda-tanda) dengan lafadz laa ilaaha illa Allaah, menghadapkannya kearah kiblat, jika telah wafat maka pejamkan mata si mayit serta didoakan, menutupnya dengan kain yang bersih, melunasi hutang-hutangnya, diumumkan, kemudian disegerakan pemeliharaannya.

Proses selanjutnya adalah memandikan jenazah, dimulai dengan menyiapkan tempat tertutup sehingga hanya orang yang dapat melihat hanya orang yang memandikan. Bagi yang memandikan diutamakan dari pihak keluarga bagi jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki begitupun sebaliknya. Kemudian menyiapkan air bersih dan suci, air sabun, dan air kapur barur, handuk, dan lain-lain.

Ketika hendak memulai memandikan orang yang memandikan harus berniat ikhlas karena Allah swt, kemudian menutupi jenazah dengan kain yang bersih dan memulai menyiram menggunakan air bersih dimulai dari bagian anggota wudhu sebelah kanan, dibersihkan bagian-bagian yang kotor dengan sebaik mungkin, kemudian dibersihkan dengan air sabun, dan bilasan terakhir menggunakan air kampur barus. Setelah jenazah telah dimandikan kemudian dikeringkan menggunakan handuk.

Lalu mengkafani jenazah. Jumlah kafan bagi jenzah laki-laki adalah tiga lapis dan lima lapis bagi perempuan  yang terdiri dari (lembar pertama paling bawah digunakan menutup selurunya dan ukurannya paling lebar, lembar kedua kerudung, lembar ketiga baju kurung, lembar keempat penutup piggang dan kaki, dan lembar terakhir menutup pinggul dan paha). Ustadz Nur menyampaikan, terkait jumlah tali lima atau tujuh tali dan tata cara mengkafani tidak ada ketentuan khusus, namun menyesuaikan dengan tubuh jenazah.

Setelah pemaparan materi seluruhnya tersampaikan, perwakilan santriwan dan santriwati diminta untuk mempraktikkan kembali apa yang telah disampaikan sebelumnya di depan santri yang lain. Proses selanjutnya adalah mensalatkan jenazah. Jika jenazah laki-laki maka posisi imam mengarah ke kepala jenazah, jika perempuan posisi imam mengarah ke lambung jenazah. Disampaikan juga mengenai tatacara mensalatkan jenazah, dimulai dari takbir pertama sampai dengan takbir ke empat. Pembahasan terakhir adalah terkait pengiringan jenazah hingga menguburkannya. Pembekalan pelatihan perawatan jenazah diakhiri dengan sesi tanya jawab. (Rochmah)  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah –  Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara menerima audiensi P....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dalam kisah kehidupan suatu gerakan, terdapat tokoh-tokoh y....

Suara Muhammadiyah

5 January 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Dua orang asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (LAMDIK) Pro....

Suara Muhammadiyah

19 January 2024

Berita

BREBES, Suara Muhammadiyah  –  Ketua Lembaga Pengembangan Cabang ranting dan Pembina....

Suara Muhammadiyah

10 October 2023

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) bangga ....

Suara Muhammadiyah

7 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah