Persyarikatan Krida-Agama: Embrio Muhammadiyah Blunyah
Oleh: Mu’arif
Salah satu ciri khas gerakan Muhammadiyah adalah bahwa ia lahir “dari bawah” (bottom up), bukan “dari atas” (top down). Inilah yang membedakan Muhammadiyah dengan partai politik (parpol)—biasanya lahir “dari atas” lewat instruksi dan surat keputusan pembentukan cabang dari pusat. Ciri khas ini menjadi kekuatan organisasi Muhammadiyah karena ia dibangun di atas pondasi “semangat” (ghirah) dari jama’ah ataupun simpatisan Muhammadiyah. Salah satu contoh lahirnya gerakan Muhammadiyah yang berawal dari “semangat” jama’ah maupun simpatisan adalah Muhammadiyah Grup (sekarang cabang) Blunyah. Berawal dari cursus agama (baca: pengajian), lalu terbentuk perkumpulan bernama Krida-Agama, yang di kemudian hari berubah menjadi Grup Muhammadiyah Blunyah.
Cursus Agama
Sebuah laporan penting bertajuk “Perserikatan Krida-Agama: Groep Moehammadijah Bloenjah” yang dimuat di majalah Soewara Moehammadijah (sekarang: Suara Muhammadiyah) edisi nomor 5 tahun 1925 merekam peristiwa bersejarah ketika pada mulanya aktivitas para muballigh dari Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah menyelenggarakan cursus agama (pengajian) di kampung-kampung di Kawasan Blunyah (Jetis, kota Yogyakarta) pada masa awal-awal tahun 1925. Beberapa kampung yang menjadi arena kegiatan cursus agama memang sangat asing di telinga generasi sekarang, seperti kampung Kadisobo, Koetoe, Trini, Panggoengan, Doekoeh, dan Petingan. Tapi beberapa kampung masih terdengar familier di telinga generasi saat ini, seperti kampung Gowongan, Blunyah (Bloenjah), dan Kricak (Kritjak).
Pelaksanaan kegiatan cursus agama pada tiap kampung berbeda-beda. Kadang dilaksanakan tiap hari, kadang seminggu sekali, bahkan ada yang menyelenggarakan setengah bulan sekali. Materi cursus agama adalah tentang ajaran Islam, mulai dari akidah, ibadah, hingga muamalah. Sebagai pemateri cursus agama dihadirkan para muballigh dari HB Muhammadiyah bagian Tabligh. Peserta cursus agama pada tiap kampung jumlahnya berbeda-beda. Ada yang hanya berjumlah belasan orang, ada yang sampai puluhan orang, bahkan ada pula yang sampai ratusan orang.
Berdasarkan sumber Berita Tahoenan Moehammadijah Hindia-Timoer 1927, di kampung Kadisobo, cursus agama diselenggarakan tiap setengah bulan sekali, menghadirkan jama’ah sekitar 70 orang, dan diisi oleh utusan muballigh dari HB Muhammadiyah Bagian Tabligh. Di kampung Kadisobo ini juga diselenggarakan Madrasah Ibtidaiyyah tiap malam—semacam kegiatan TPA. Di kampung Doekoeh juga digelar cursus agama setiap setengah bulan sekali dengan menghadirkan jama’ah sampai 110 orang. Di kampung Trini diselenggarakan cursus agama tiap seminggu sekali dengan menghadirkan jama’ah 25 orang. Di kampung ini juga diselenggarakan madrasah ibtidaiyyah tiap malam (TPA). Di kampung Koetoe, cursus agama diselenggarakan tiap seminggu sekali dengan menghadirkan jama’ah 20 orang, juga menyelenggarakan madrasah ibtidaiyyah tiap malam. Di kampung Panggoengan diselenggarakan cursus agama tiap seminggu sekali menghadirkan jama’ah 25 orang. Di kampung Petingan, cursus agama diselenggarakan tiap seminggu sekali menghadirkan jama’ah 15 orang.
Adapun di kampung Gowongan, cursus agama diselenggarakan tiap seminggu sekali menghadirkan jama’ah 10 orang. Di kampung Kricak diselenggarakan cursus agama tiap seminggu sekali tetapi jumlah jama’ah tidak disebutkan dalam laporan. Di kampung Blunyah, cursus agama diselenggarakan tiap sebulan sekali menghadirkan jama’ah 70 orang. Baik di Blunyah maupun di Kricak juga diselenggarakan madrasah ibtidaiyyah tiap malam.
Krida-Agama
Khusus di kampung Blunyah, cursus agama secara umum memang diselenggarakan tiap sebulan sekali yang mampu menghadirkan jama’ah sampai 70 orang. Namun demikian, di kampung Blunyah ini, selain diselenggarakan cursus agama, juga didirikan madrasah ibtidaiyyah yang diselenggarakan tiap malam. Karena berbeda dengan madrasah ibtidaiyyah yang diselenggarakan di kampung-kampung lain (lebih terstruktur), maka dibentuklah lembaga yang menaungi madrasah ini. Lembaga tersebut bernama Persyarikatan Krida-Agama, didirikan pada sekitar tahun 1924. Karena membutuhkan sumberdaya untuk mengelola Madrasah Ibtidaiyyah, maka diselenggarakanlah Cursus Guru Tabligh (pelatihan calon muballigh) tiap setengah bulan sekali di kampung Blunyah.
Berdasarkan sumber laporan “Perserikatan Krida-Agama: Groep Moehammadijah Bloenjah” (Soewara Moehammadijah, nomor 5 tahun 1925), keberadaan perkumpulan ini sebenarnya belum menggunakan nama perkumpulan Muhammadiyah, tetapi secara struktural terafiliasi dengan Muhammadiyah, bahkan nantinya akan menjadi Grup Muhammadiyah Blunyah.
“…Sebeloem itoe, di Bloenjah djoega soedah ada perserikatan, jaitoe perserikatan Krida-Agama, jang hingga kini masih tetap hidoep dengan soeboer, goena menghimpoen saudara-saudara jang beloem mendjadi sekoetoe Moehammadijah…” demikian sebagaimana tertulis dalam laporan “Perserikatan Krida-Agama: Groep Moehammadijah Bloenjah” (Soewara Moehammadijah, nomor 5 tahun 1925).
Berdasarkan sumber laporan ini, diketahui struktur pertama Persyarikatan Krida-Agama sebagai berikut:
Voorzitter : Moeslimin
Vice Voorzitter : Moeslam
Secretaris : Ramelan
: Moesri
Penningmeester : Oemar
Commissaris : Ranoeredjo
: R. Djojowihardjo
: Achmat Moechajat
: Moehammad Djohar
: Kabiroen
Sangat menarik dalam hal ini bahwa Persyarikatan Krida-Agama ketika dibentuk (1925) telah memiliki aktivitas rutin: (1) cursus agama yang secara khusus untuk para pengurus yang diselenggarakan pada tiap malam Selasa dan (2) cursus agama yang diselenggarakan untuk umum tiap malam Jumat. Selain itu, perkumpulan ini juga telah mengelola madrasah ibtidaiyyah yang lebih terstruktur dan memiliki program yang jelas sehingga menjadi cikal bakal lembaga pendidikan formal di kemudian hari.
Grup Blunyah
Persyarikatan Krida-Agama yang dirintis sejak awal 1924 kemudian secara resmi berubah menjadi Grup Muhammadiyah Blunyah pada 1925. HB Muhammadiyah mengeluarkan kebijakan penataan struktur organisasi berdasarkan statuten Muhammadiyah untuk perkumpulan ini. Pertama, untuk struktur kepengurusan tetap sama sebagaimana telah disebutkan di atas. Kedua, Bahagian Sekolahan dengan pengurusnya 12 orang, sebagai Voorzitter adalah Moeslimin dan sebagai secretaries dan penningmeester adalah Soedarmadi dan Oemar. Ketiga, Bahagian ‘Aisyiyah pengurusnya 9 orang dengan voorzitter, secretaries, dan penningmeester adalah R. Boenanah, mBok Abdoelchanan, dan mBok Ponirah. Keempat, Bahagian Krida-Poestaka (Taman Poestaka) pengurusnya 11 orang dengan voorzitter, secretaries, dan penningmeester adalah Moesri, Slamet, dan Abdoellah. Kelima, Bahagian Krida-Siswa (Siswa Praja Pria) pengurusnya 22 orang dengan voorzitter, secretaries, dan penningmeester adalah Sardoe, Ngairin, dan Moeslam. Keenam, Bahagian Siswa-Praja Wanita pengurusnya 8 orang dengan voorzitter, secretaries, dan penningmeester adalah St. Radjinah, St. Soetinah, dan Moeslam. Disebutkan dalam laporan tersebut bahwa Grup Muhammadiyah Blunyah pada tahun 1925 masih mengusahakan bahagian PKO dan Hizboel Wathan. []