JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir hadir dalam kegiatan pemusnahan barang bukti narkoba sebanyak 2,1 ton dari total seberat 214,84 ton yang diamankan aparat selama satu tahun masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kegiatan yang digelar pada Rabu (29/10) Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan itu, dihadiri Presiden Prabowo Subianto, berikut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Umum PBNU, serta pimpinan ormas-ormas keagamaan lainnya. Kehadiran tokoh-tokoh bangsa ini, merupakan manifestasi dari dukungan penuh terhadap upaya nasional dalam memberantas barang terlarang tersebut.
Presiden Prabowo dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi tinggi atas kinerja Polri di bawah kepemimpinan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, selama satu tahun masa pemerintahannya.
"Saya dalam hal ini menyampaikan penghargaan saya sebesar besarnya kepada seluruh anggota kepolisian negara Indonesia di mana pun sedang bertugas," kata Presiden Prabowo.
Ditambahkan Presiden, penyitaan narkoba ini telah menyelamatkan dua kali jumlah penduduk bangsa Indonesia. Ada 629 juta jiwa yang bisa diselamatkan.
"Dan bila tidak berhasil mereka cegah atau mereka sita, mereka tangkap, itu bisa digunakan oleh 629 juta manusia, berarti lebih dari dua kali bangsa Indonesia, hampir dua kali," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Haedar menegaskan, kehadiran Persyarikatan Muhammadiyah dalam kegiatan ini merupakan bentuk pemihakan moral dan keagamaan terhadap gerakan penyelamatan bangsa dari ancaman narkoba. "Yang telah merusak sendi-sendi kehidupan dan masa depan generasi muda Indonesia," katanya.
Haedar turut menyampaikan penghargaan tinggi yang sama kepada Kapolri dan seluruh jajaran atas kerja keras dan dedikasi sehingga meraih keberhasilan memberantas narkoba tersebut. Bagi Haedar, narkoba dengan segala jenisnya — termasuk sabu-sabu dan ganja — sebagai ancaman serius bagi masa depan bangsa.
"Pemusnahan besar-besaran ini merupakan peringatan keras bagi seluruh elemen bangsa tentang bahaya besar narkoba yang dapat menghancurkan generasi, bahkan anak-anak dan perempuan kini menjadi sasaran peredaran barang haram ini,” tegas Haedar.
Lebih lanjut, Haedar menyerukan pentingnya pembentukan ekosistem sosial yang sehat dan terintegrasi dalam gerakan antinarkoba, mulai dari keluarga, sekolah, lembaga pendidikan, hingga seluruh institusi sosial.
Selain penindakan hukum yang tegas dan keras, Haedar nenekankan perlunya dilakukan langkah-langkah pencegahan secara terstruktur, sistematik, dan masif. Dengan begitu, peredaran narkoba tersebut bisa dicegah, sehingga tidak merusak kehidupan bangsa kini maupun di masa depan.
"Indonesia dengan wilayah yang luas dan penduduk yang besar berpotensi menjadi sasaran empuk jaringan internasional narkoba. Maka, tidak boleh ada kompromi bagi segala bentuk peredaran narkoba yang merusak masa depan Indonesia,” pungkasnya. (Adam/Cris)


