REMBANG, Suara Muhammadiyah - Ada yang baru di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Pasalnya, di sisi utara kompleks telah berdiri sebuah Pesantren Ad Da’wa. Pesantren ini diresmikan olrh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Rembang, Muhammad Anshori usai Pengajian Maulid Nabi SAW dan Hari Bermuhammadiyah di Masjid Al Hamid, Lasem, Minggu (8/9).
Anshori dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh untuk Pesantren Ad Da'wa. “Kita bulatkan tekad untuk mendukung dan membesarkan Ad Da’wa ini,” ucap Anshori di depan jamaah Muhammadiyah se-Kabupaten Rembang. Lebih jauh, Anshori juga mengutarakan keyakinannya bahwa pesantren ini prospektif dan mampu melahirkan banyak santri sekaligus intelektual dengan kemampuan bahasa Arab yang sangat baik sehingga memiliki akses ke literasi klasik (kitab kuning). Tentu hal ini hanya dapat terjadi jika terjadi keselarasan beragam pihak.
“Semua pihak harus tangguh, baik kami sebagai penyelenggara maupun kalian para santri,” tambahnya.
Pesantren Ad Da’wa Lasem berdiri berkat kerja sama antara PDM Muhammadiyah Rembang, Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LPPM), Pondok Pesantren Ad Da’wa, dan PCM Lasem. Dengan kata lain, Ad Da’wa Lasem adalah cabang dari Pondok Pesantren Ad Da’wa Rembang. Menurut pimpinan Ad Da’wa Rembang, Sumidi, kerja sama ini merupakan salah satu bentuk pengembangan lembaga yang berdiri sejak tiga tahun lalu. “Ad Da’wa dapat dijadikan sebagai model, atau setidaknya alternatif bagi penyedia sumber daya kader ‘santri’ di Persyarikatan, khususnya di Rembang," tuturnya.
Meski baru seumur jagung, Ad Da’wa telah membuktikan prestasinya terutama dalam melahirkan berbagai lulusan dengan kompetensi unggul dalam berbahasa Arab (percakapan dan teks), menguasai ilmu-ilmu alat seperti nahwu, sharaf, ushul fikih, ulumul Qur'an, ulumul hadist, mustalahul hadist dan sebagainya. Dalam masa pendidikan 3 tahun, mereka mampu membaca kitab kuning serta mentashrif ayat-ayat Al-Quran dengan lancar.
Karena Penasaran, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pernah mengundang Santri Ad Da’wa untuk diuji di depan audiens dalam kegiatan Best Practice & FGD Pengembangan dan metode pembelajaran ilmu alat pesantren. Hasilnya, para peserta dibuat takjub dengan kemampuan Santri Ad Da’wa yang menunjukkan kemampuan khas ‘ilmu santri’ dengan baik, yang mana hal ini hanya dapat diraih melalui proses belajar selama bertahun-tahun. Dengan kata lain, Ad Da’wa memiliki metode pengajaran yang efektif. Dalam waktu tiga tahun yang berjalan dari total enam tahun pembelajaran ditambah pengabdian selama satu tahun, Santri Ad Da’wa mampu menguasai I’rab membaca kitab kuning dengan hasil memuaskan.
Demonstrasi dan simulasi juga dilakukan pada Ahad pagi dalam acara pembuka pengajian Hari Bermuhammadiyah di Masjid Al Hamid Lasem. Para santri diuji membaca serta mengartikan ayat-ayat Qur'an gundul. Selain itu, mereka mampu menjawab berbagai pertanyaan tata bahasa Arab dengan dengan baik dan benar.
Ahmad Huda Al Asy’ari, pengasuh dan mudir pesantren Ad-Da'wa, mengatakan bahwa pencapaian ini tak lepas dari pendekatan pembelajaran dengan metode Tamyiz. Metode tamyiz adalah metode yang paling mudah saat ini bagi anak anak untuk belajar membaca kitab. Metode ini kami terapkan di pesantren setelah anak lulus baca Al-Qur'an dengan baik. Santri yang masuk pesantren namun belum bisa membaca Al-Qur'an akan kita ikutkan dalam kursus membaca Al-Qur'an selama satu tahun, lalu mereka dimasukan dalam program qiroatul kutub selama satu tahun.
"Harapannya, seluruh santri kelas dua SMP sebelum masuk kelas tiga sudah dapat meng-I'rab dan menerjemahkan Al-Qur'an 30 juz serta membaca kitab kuning. Tetapi, jika santri masuk pondok dan sudah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik, maka cukup satu tahun Insyaallah sudah mampu itu semua,” tambahnya.
Lebih jauh, Huda menyampaikan setelah para santri belajar membaca kitab selama dua tahun, mereka akan masuk kelas bahasa arab. Kelas bahasa arab ini ditempuh selama satu tahun. Harapannya, selain santri mampu menelaah kitab dengan baik, juga mampu berbahasa arab fusha dengan baik. Ia menjelaskan kurikulum pondok pesantren Ad-Da'wa yaitu tahsinul qiroah pada tahun pertama, qiroatul kutub pada tahun kedua, penguatan qiroatul kutub di tahun ketiga ,tahun keempat muhaddatsah dan fahmul masmu', ilmu alat dan dasar syariah di tahun kelima, dan tahun keenam fokus pada pelatihan multimedia.
“Di akhir pengabdian, para santri akan mengikuti kursus bahasa Inggris dan latihan pembuatan karya ilmiah sehingga santri saat lulus siap mengemban amanat dakwah dan menjawab perkembangan zaman. Intinya kami ingin mencetak calon ulama yang berkemajuan,” tuturnya.
Untuk mendukung program Ad Da’wa, selama satu tahun ke depan, Ad Da’wa Lasem akan berkonsentrasi pada program mencetak para mursyrif yang nantinya akan menjadi pembina para santri di awal tahun ajaran 2025.
Bagi PCM Lasem, keberadaan Ad Da’wa memiliki arti tersendiri. “Kami senang dan mendukung sepenuhnya kegiatan Ad Da’wa di Lasem karena kompleks Perguruan Muhammadiyah akan menjadi lebih bergairah dengan warna kesantrian yang lebih kental. Ad Da’wa diharapkan akan membawa semangat Islam berkemajuan di lingkungan warga Muhammadiyah Rembang dan masyarakat pada umumnya," tutupnya. (Tim Komunikasi Publik PCM Lasem/Kiky)