JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan, dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu menurut batas-batasnya sendiri-sendiri. Petuah Siti Munjiyah, salah satu “Srikandi Aisyiyah,” itu kembali mengemuka dalam pembukaan Sarasehan Refleksi Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan Pimpinan Pusat Aisyiyah, Jumat (22/11) di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta Pusat.
Tak hanya itu Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah juga mengutip Kartini, perempuan adalah soko guru peradaban, “Tentunya sampai sekarang kita teruskan perjuangan beliau,” jelasnya.
Ada tujuh ormas perempuan yang menjadi inisiator kongres perempuan pertama. Ketujuh organisasi tersebut adalah Aisyiyah, Wanita Taman Siswa, Wanita Katolik, Wanita Utama, Jong Islaminten Bond, Jong Java Bagian Wanita, Putri Indonesia. Semuanya memiliki komitmen perempuan untuk merdeka.
"Dan sampai saat ini dari tujuh itu, alhamdulillah tiga yang masih aktif, Aisyiyah, Wanita Katolik, dan Wanita Taman Siswa," ungkap Salmah.
Menariknya, narasumber sarasehan merupakan para perempuan anggota organisasi-organisasi yang merupakan pencetus KOWANI. Di antaranya adalah Lusia Willar dari Wanita Katolik, Syamsiatun dari Aisyiyah, dan Sri Yoeliati Sugiri dari Taman Siswa. Juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI dan Peneliti Utama Politik BRIN, Siti Zuhro.
Kegiatan sarasehan ini dalam rangka menyongsong tiga hal. Pra Tanwir Aisyiyah di Jakarta Januari mendatang, memperingati Hari Ibu 22 Desember, “Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan ini kita laksanakan dalam rangka Aisyiyah menyambut dengan hangat Kongres Kowani pada tanggal 4 sampai 5 Desember 2024 di Jakarta,” sambutnya.
Turut hadir dan memberi sambutan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Giwo Rubianto Wiyogo dan Ketua PP Aisyiyah Masyitoh Chusnan.
Dalam sambutannya, Giwo menyampaikan betapa besarnya peran Aisyiyah sebagai salah satu founding father KOWANI. Dirinya berpesan, “Teruslah dikawal, dibimbing gerakan-gerakan pemberdayaan perempuan dan termasuk program-programnya oleh Aisyiyah. Karena seorang Ibu tidak boleh melupakan anaknya,” harapnya di akhir masa jabatan sebagai Ketua Umum KOWANI.
Sementara itu, Masyitoh menyampaikan tentang pentingnya gerakan perempuan untuk mencapai sebuah perubahan. KOWANI, Wanita Katolik, Taman Siswa, Aisyiyah, dan yang sejenis merupakan gerakan perempuan, kata Masyitoh, “Semua bergerak dan gerakan itu berubah tak pernah henti sampai ke muara,” tegasnya. (Jan)