YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pusat Data, Penelitian, dan Pengembangan Suara Muhammadiyah berkerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar public lecture #1 pada Rabu, 18 Oktober pukul 08.30-10.30 di Grha Suara Muhammadiyah. Peserta yang hadir 23 mahasiswa dan mahasiswi berasal dari Tiongkok. Rhoma Dwi Aria Yuliantri dari UNY menyampaikan pengarahan kepada peserta sebelum kunjungan situs-situs bersejarah. Sedangkan Mu’arif, pengelola Pusdalitbang dan Jurnal, menyampaikan kuliah pengantar berisi: pengenalan Majalah Suara Muhammadiyah, mengenal sosok K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan redaktur pertama majalah yang telah mendapat anugrah Musium Rekor Indonesia (MURI) sebagai majalah Islam tertua di Indonesia, dan pengenalan situs-situs bersejarah di kampung Kauman, Yogyakarta.
“Suara Muhammadiyah…,” seorang mahasiswa berusaha mengucapkan nama majalah yang dipegangnya. Kemudian terdengar, “Kiai Ahmad Dahlan…” Salah seorang mahasiswi sedang belajar mengucapkan nama founder Persyarikatan Muhammadiyah. Terdengar agak sulit untuk mengucapkannya, tapi peserta public lecture #1 tampak antusias mengikuti penjelasan-penjelasan singkat seputar sejarah penerbitan majalah Suara Muhammadiyah.
Setelah mendapat penjelasan singkat seputar sejarah majalah Suara Muhammadiyah, sosok K.H. Ahmad Dahlan sebagai founder organisasi Muhammadiyah, dan beberapa situs bersejarah di kampung Kauman, peserta public lecture #1 kelas internasional menyempatkan untuk melihat sekilas ruang redaksi majalah Suara Muhammadiyah, kemudian dilanjutkan dengan tour menuju situs-situs bersejarah di Kauman.
Keluar dari Grha Suara Muhammadiyah, peserta public lecture #1 sempat singgah ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. K.H. Ahmad Dahlan no. 103, terutama mendokumentasikan Gedung bagian depan yang memiliki nilai historis tersendiri. Terdapat prasasti kecil yang menjelaskan tahun Pembangunan Gedung pada 1942 atau sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Perjalanan dilanjutkan menuju Langgar Kidul atau rumah K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Dalam perjalanan menuju Langgar Kidul, pemandu tour dari Pusdalitbang SM sempat berbicang-bincang dengan peserta public lecture #1 bahwa mereka rata-rata berasal dari Tiongkok utara yang sedang mengikuti program kelas internasional di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Sebelum sampai Langgar Kidul, mereka sempat mendokumentasikan bangunan bersejarah berupa Masjid Perempuan pertama di Yogyakarta yang tidak lain adalah Langgar ‘Aisyiyah. Dari sinilah gerakan emansipasi wanita yang dimotori Persyarikatan Muhammadiyah dimulai. Terdapat prasasti yang menunjukkan bahwa Langgar ‘Aisyiyah dibangun pada tahun 1922. Tour selanjutnya menuju Langgar Kidul yang letaknya tidak jauh dari Langgar ‘Aisyiyah.
Di Langgar Kidul, mereka mendapat informasi seputar sejarah langgar yang diasuh oleh K.H. Ahmad Dahlan dan pernah dirobohkan oleh orang-orang yang menentang gerakan Islam modernis pada awal abad ke-20 di kampung Kauman. Kisah ini mengingatkan pada sebuah film besutan Hanung Bramantyo, yaitu film Sang Pencerah. Tour dilanjutkan menuju Masjid Agung Yogyakarta atau yang biasa disebut Masjid Gede. Sebelum sampai Masjid Gede, peserta public lecture #1 singgah di SD Muhammadiyah Kauman yang dahulu dikenal dengan sebutan SD Pawiyatan. Inilah SD Muhammadiyah pertama di Muhammadiyah yang sebelumnya berada di depan rumah K.H. Ahmad Dahlan.
Public lecture #1 adalah program khusus Pudalitbang dan Jurnal SM yang bersifat non regular bertujuan untuk menghadirkan Muhammadiyah dengan segenap instrument organisasinya sebagai objek penelitian dan kajian akademik skala nasional dan internasional. Segmen peserta dari dalam dan luar negeri. Selain public lecture terdapat program strategis berupa kajian rutin (Kerjasama dengan Lembaga/universitas) yang bersifat regular dengan subjek semua jenis dokumentasi Pusdalitbang SM dan objek Muhammadiyah Studies. Pusdalitbang SM dan Jurnal masih membuka kesempatan kepada lembaga atau universitas, di dalam maupun di luar negeri, untuk menjalin kemitraan strategis pengembangan kajian dan riset keislaman dan keindonesiaan. (Arf)