Refleksi Hari Guru: Pilar Utama Membangun Peradaban

Publish

25 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
243
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Refleksi Hari Guru: Pilar Utama Membangun Peradaban

Oleh: Raspa Laa, S.Pd.I.,M.Pd, Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Guru adalah sosok penting yang darinya akan lahir orang-orang yang tidak hanya unggul dalam hal pengetahuan tapi juga kepribadian.  Guru atau pendidik adalah sosok yang memiliki kepribadian. Dari kepribadiannya itulah yang akan memberikan pengaruh dan motivasi pada anak untuk meningkatkan belajarnya.  Keterpaduan dari setiap kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru (pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional) menjadikan seorang guru tampak stabil, optimis dan menyenangkan, sehingga ia dapat memikat anak didiknya.  Ini karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru, betapapun sikap, adap dan tingkah lakunya.  Tidak berlebihan jika sebuah pepatah mengatakan “Seorang guru adalah pilar utama dalam membangun peradaban”.  

Secara terminologi menurut WJS Purwadarminta, guru adalah orang yang mendidik.  Siapapun yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman akan disebut sebagai guru.  Sedangkan dalam Islam, menurut Sudiono bahwa guru disandarkan kepada siapa saja yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik.  Definisi ini mendudukkan betapa pentingnya peran guru `dalam perkembangan kepribadian seorang anak.

Karena pentingnya peran yang dimainkan oleh seorang guru, maka pemerintah hadir memberikan pengakuan dan perlindungan melalui UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.  Dalam UU ini tidak hanya menyampaikan definisi guru yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.  Tapi juga membuat apa yang sudah disediakan oleh pemerintah terhadap seorang guru, baik dari segi keamanan dan kenyamanan pekerjaan sampai pada soal kesejahteraan seorang guru.

Hal ini tentu memberikan kedudukan seorang guru sebagai sosok yang harus dihormati, baik di dalam maupun di luar sekolah.  Guru tidak hanya menjadi sosok yang disegani saat berjalan masuk ke dalam ruang kelas, memberikan materi hingga keluar kelas.  Tapi juga tetap mendapatkan penghormatan saat berada di lingkungan masyarakat.  Bahkan dulu sempat ada kalimat “diujung rotan ada emas”.  Diakui bahwa setiap yang keluar dari seorang guru akan membawa kepada kebaikan, baik itu dari lisannya (ilmu dan nasehat) maupun pada rotan yang digunakan untuk memukul saat seorang siswa melanggar aturan sekolah.  Dan orang tuapun memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada sekolah (guru) untuk mendidik dan mengajarkan anak-anaknya.

Namun akhir-akhir ini kita dihadapkan dengan fenomena yang dengan sendirinya seolah menyempitkan ruang seorang guru terhadap siswanya.  Guru seolah hanya memiliki tugas untuk menyampaikan materi ajar di ruangan kelas, sementara untuk urusan pengembangan kepribadian anak itu tidak menjadi tugas seorang guru.  Ada guru yang dipukul orang tua siswa karena menggunting rambut anaknya yang gondrong, ada guru yang dilaporkan ke kantor polisi karena memberikan hukuman terhadap anak yang tidak mau shalat berjamaah di sekolah, ada juga siswa yang memukul gurunya dan kasus-kasus lainnya yang sempat viral di media cetak maupun elektronik.  Kasus-kasus ini sekalipun ada yang berujung damai, bebasnya guru dari tuntutan pidana, tidak jarang ada juga yang sampai membawa guru masuk dalam kurungan penjara.  Hal miris ini yang kemudian memicu muncul satu video yang menceritakan kondisi acuh dari setiap guru terhadap hal-hal yang dilakukan oleh siswa disekolahnya yang sekalipun melanggar aturan dan etika di sekolah.  Semua guru merasa takut bahkan hanya untuk menegurnya karena selalu dihantui diamuk orang tua atau sampai ke meja hijau dan berakhir di kurungan penjara.

Di moment hari Guru Nasional ini tentu tidak banyak yang diharapkan selain mengembalikan kedudukan seorang sebagai sosok yang disegani dan dihormati.  Hari guru jangan hanya diisi dengan memberikan bucket indah yang berisi bunga, cokelat dan lainnya.  Bahkan orang tua pun berusaha kesana kemari memesan buket untuk dibawa oleh anak-anaknya ke sekolah.  Yang paling penting adalah orang tua memberikan kepercayaan penuh kepada setiap guru untuk mendidik anak-anaknya, menegakkan aturan dan memberikan hukuman ketika aturan itu dilanggar dengan hukuman yang wajar.  Jikapun ada hal yang dianggap kurang atau menyalahi, maka bisa diselesaikan secara baik.

Ini setidaknya bisa menghilangkan rasa takut dari setiap guru dan mengembalikan kepercayaan mereka sebagai orang yang juga bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik baik dalam hal pengetahuan dan juga kepribadian.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Membangun Tradisi Membaca Dan Menulis Oleh: M. Husnaini, S.Pd.I., M.Pd.I., Ph.D. Menulis, Harus Di....

Suara Muhammadiyah

12 October 2023

Wawasan

Genosida, Sebuah Kajian Sosial  Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA ....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Al-Qur`an Bukanlah Kitab Kekerasan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Anda....

Suara Muhammadiyah

15 May 2024

Wawasan

Mengagumi Keajaiban Al-Qur'an Melalui The Bible, The Quran and Science Oleh: Donny Syofyan, Do....

Suara Muhammadiyah

25 November 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Seorang orientalis Barat H.A.R. Gibb dalam bukunya The Wither Islam mengatakan ....

Suara Muhammadiyah

11 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah