Refleksi Milad IMM ke-61: Merawat Ikatan, Membangun Indonesia Berkemajuan
Oleh: M. Rendi Nanda Saputra, Sekretaris Umum PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta
Perjalanan panjang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah mencapai usia dewasa yakni 61 Tahun. IMM berdiri sejak 14 Maret 1964 hingga hari ini IMM tetap eksis menandakan bahwa spirit Fastabiqul Khairat serta konsistensi gerakan terawat dan termanifestasi dengan baik. Jika meninjau dari aspek sejarah IMM lahir bukan atas ruang hampa, melainkan kebutuhan para kader Muhammadiyah di masanya sebagai wadah atau perkumpulan kader muda muhammadiyah (khususnya Mahasiswa) untuk bisa mengepakkan sayap dakwah diranah kampus secara khusus dan masyarakat secara umum.
Milad ke 61 tahun IMM merupakan momentum refleksi bagi seluruh kader untuk membaca ulang dan meneguhkan kembali atas nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Sejak di dirikan IMM senantiasa berupaya berperan sebagai gerakan intelektual, sosial, dan keagamaan yang berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Sebagaimana tujuannya “Mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang berakhlak mulia Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Selain sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang memiliki fungsi kaderisasi IMM memiliki fungsi sosial sebagai katalisator perubahan yang memiliki nilai basis pada Trilogi yakni: Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan.
IMM bak lentera yang senantiasa menerangi jalan bagi kader yang berkenan merawatnya dan berkontribusi di dalamnya. Namun, di usia nya yang ke 61 tahun tentu IMM masih menyimpan beragam persoalan yang belum terselesaikan. Persoalan yang bersifat internal di dalam organisasi maupun eksternal (yang menyangkut umat, persyarikatan dan bangsa). Melalui tulisan yang sederhana ini penulis ingin mencoba merefleksikan seraya mengurai apa yang menjadi problematika IMM hari ini, Peluang yang dimiliki serta tantangannya kedepan. Disaat waktu yang sama tulisan ini merupakan kado sederhana untuk ikatan yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang penulis.
Problematika Gerakan IMM
Setiap organisasi pasti memiliki persoalan, dan persoalan bukanlah hal yang buruk disatu sisi. Persoalan hadir menandakan bahwa organisasi terus bergerak dan berdinamika disetiap level kepemimpinannya. Setidaknya Problematika IMM dibagi menjadi 3 tinjauan, pertama aspek organisatoris, kedua kaderisasi, ketiga Gerakan sosial dan keempat Gerakan Dakwah.
Aspek Organisatoris, Perlu disadari bersama bahwa secara organisatoris IMM hari ini belum seideal yang di inginkan. Kebijakan-kebijakan yang ada dalam setiap level kepemimpinan kadangkala dianggap sebagai suatu hal yang tidak diperdulikan dan belum diterapkan sepenuhnya. Disisi lain masih terdapat level kepemimpinan yang tidak paham akan tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) yang dijalankan, Akhirnya tidak tau mau diarahkan kemana organisasi itu berjalan. Ditambah dengan problematika internal yang tak usai, entah secara individual ataupun menggandeng kawan yang lain disalah satu pihak. Hal yang fundamental adalah arsip organisasi yang belum ter integrasi sepenuhnya, alhasil pimpinan selanjutnya tidak bisa belajar secara pernuh dalam hal organisatoris dan administrasi.
Aspek Kaderisasi, Kita semua tahu bahwa IMM adalah organisasi otonom yang dimaksudkan sebagai pencetak kader unggul Muhammadiyah terkhusus di level mahasiswa. Akan tetapi kaderisasi kadangkala hanya dianggap sebagai suatu hal yang seremonial, yang penting terlaksana tanpa memikirkan bagaimana penjagaan serta jangka panjangnya. Disisi lain masih terdapat penerjemahan format kaderisasi yang serampangan akhirnya dia berjalan secara sporadis dan tidak tersistematis. Padahal jika berbicara kaderisasi kita harus sesuai dengan kebutuhan, sistematis, dan jelas mengenai keberlanjutannya, karena yang sedang dikader adalah seorang manusia dan generasi Muhammadiyah dikemudian kelak.
Aspek Gerakan Sosial, IMM tidak bisa dipisahkan dari entitasnya sebagai organisasi pergerakan mahasiswa islam. Akan tetapi melihat realitas hari ini masih terdapat kader yang belum memahami esensi dari gerakan mahasiswa itu sendiri seperti apa, bagaimana, dan mau diarahkan kemana. Disaat yang bersamaan kesadaran kolektif kader IMM mengenai problematika bangsa ini kurang tinggi untuk berani dan bisa menggerakkan massa dalam satu gerakan aksi yang dibikin oleh IMM itu sendiri.
Disisin lain belum terdapat draft diaspora yang bisa menjadi panduan bagi kader-kader IMM yang berdiaspora entah diranah kampus maupun non kampus. Serta pemahaman kader IMM mengenai gerakan mahasiswa, gerakan politik, pemberdayaan masyarakat yang menurut penulis masih menjadi pekerjaan rumah disetiap level pimpinan khususnya pimpinan komisariat sebagai akar rumput IMM.
Aspek Gerakan Dakwah, Selain sebagai organisasi perkaderan dan gerakan sosial IMM adalah organisasi otonom dakwah muhammadiyah yang berada di lingkungan kampus. Namun realitasnya hanya sebagian kader IMM yang fokus terhadap ranah keagaaman secara mendalam, meski dakwah tidak hanya melulu tentang ayat-ayat atau lisan, akantetapi bisa melalui perbuatan dan tindakan. Rata-rata kader IMM menyukai bacaan-bacaan yang lahir dari pemikiran barat dan jarang menyukai kajian-kajian keislaman yang ada.
Entah karena format kajian pada umumnya yang hanya membahas mengenai akhirat, dosa, pahala dan lainnya yang dianggap terlalu menakut nakuti manusia dan beragam motif lainnya. Sejauh ini jarang ditemui kajian-kajian yang membahas mengenai islam progresif. Dengan itu terbuka lebar lahan dakwah kader IMM untuk membumikan islam progresif dikalangan kampus. Sehingga dengan melihat realitas tersebut kader IMM tidak boleh tinggal diam melainkan, melakukan gerakan untuk memunculkan wacana alternatif tanpa mengurangi pakem yang ada.
Mungkin terdapat problematika lain yang belum pernah dirasakan ditempat lain akantetapi seyogyanya menjadi kader imm harus senantiasa ber-refleksi atas apa yang dilaksanakan secara individual maupun kolektif.
Peluang dan Tantangan IMM
Sebagai organisasi otonom Muhammadiyah dan organisasi mahasiswa islam IMM memiliki beberapa peluang untuk senantiasa menjaga nyala api gerakan yang dimiliki. Sebagai organisasi perkaderan, gerakan sosial, dan gerakan dakwah setidaknya ada beberapa peluang yang dimiliki sebagai berikut,
Pertama, Sumber daya kader. Tidak bisa dipungkiri kian hari jumlah kader IMM kian bertambah secara kuantitas. Hadirnya kampus muhammadiyah diberbagai kota/kabupaten menjadi peluang yang cukup besar dalam melebarkan sayap dakwah IMM diranah kampus dengan menjaring kader-kader yang akan dipersiapkan dimasa yang akan datang. Tentu secara kuantitas yang banyak harus di seimbangi dengan kualitas yang baik sebagaimana slogannya, anggun dalam moral unggul dalam intelektual.
Kedua, Sumber daya organisasi. IMM adalah anak kandung dari Muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah merupakan ormas islam terbesar di dunia yang memiliki kekayaan yang tinggi. Hal tersebut menjadi peluang tersendiri bagi IMM untuk senantiasa bisa berkolaborasi, berjejaring dengan sesama kader Muhammadiyah yang berada di pimpinan maupun diaspora diberbagai sektor. Disamping itu terdapat banyak AUM yang ada diberbagai tempat, sehingga IMM bisa setidaknya terbantu entah secara moril maupun materil.
Ketiga, Kemajuan Teknologi Informasi dan Digitalisasi. Transformasi digital memberikan ruang yang luas bagi siapapun hari ini termasuk kader IMM. Kader IMM dapat memperluas jangkauan dakwah berbasis digital, Penguatan Literasi yang menggembirakan, Gerakan aktivisme yang menyadarkan, serta distribusi gagasan-gagasan yang brillian melalui platform digital, dll. Kehadiran media memberikan kemudahan bagi IMM untuk semakin adaptif dalam melakukan gerakan-gerakannya. Entah itu gerakan sosial, gerakan dakwah, dsb.
Adapun Tantangan bagi IMM kedepan sebagai berikut:
Pertama, Adaptasi terhadap Transformasi Digital. Teknologi bak pisau yang bermata dua. Di satu sisi bisa memberikan dampak yang baik namun disisi lain dapat memberikan dampak yang buruk jika manusia tidak bisa memanfaatkan dan mengenakannya dengan baik. Begitupun bagi kader IMM, jika teknologi dan media tidak dikuasai dikalangan kader dapat menghambat efektivitas gerakan serta bisa jadi menyebabkan IMM tertinggal dalam membangun narasi diruang publik.
Kedua, Rendahnya Minat Mahasiswa terhadap Organisasi. Derasnya arus informasi salah satunya banyak konten yang beredar di media sosial soal menolak dan sinis terhadap organisasi menjadi sebuah persoalan tersendiri dan dapat mempengaruhi mahasiswa hari ini. Bagi sebahagian mahasiswa organisasi hanya membuang uang, waktu, dan tenaga semasa perkuliahan dan tidak bisa memberikan dampak secara instan. Karena memang organisasi merupakan wadah manusia ditempa dan belajar secara bersamaan, saling mendukung atas apa yang dirancangkan dan disepakati. Disisi lain banyak ragam tawaran agenda kampus maupun non kampus yang lebih menggiurkan mulai dari magang, kepanitiaan berbayar, dll. Sehingga orientasi mahasiswa hari ini agaknya berubah. Perlawanan yang langsung turun kejalan dibeberapa golongan dianggap sebagai hal yang membuang waktu dan tidak memberikan dampak yang signifikan bagi dirinya secara pribadi dan jenjang karirnya kedepan.
Ketiga, Fragmentasi internal organisasi. Salah satu problem IMM hari ini adalah kurangnya solidaritas di internal. Salahsatu penyebabnya adalah persoalan politik yang belum usai dan tidak ada kedewasaan dalam berpolitik. Akhirnya kepemimpinan seakan berjalan sendiri-sendiri dan kurang nafas secara kolektif. Padahal organisasi dibentuk karena kumpulan seseorang yang memiliki tujuan yang sama dan memetingkan kepentingan kolektif daripada individual. Hal tersebut menjadi tantangan bagi IMM hari ini.
Keempat, Krisis Intelektual Kader. Intelektual menjadi pondasi penting bagi organisasi mahasiswa terkhusus kader IMM. Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang kader harus memiliki kapasitas keilmuan yang baik sesuai dengan minat dan keilmuan yang ditekuni. Jarang kita temui kader IMM hari ini yang tekun membaca buku dan menulis. Disatu sisi media digital juga mempunyai peran yang signifikan dalam mempengaruhi paradigma kader IMM. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi IMM yang digadang-gadang sebagai sosok cendekiawan berpribadi.
Merawat Ikatan, Membangun Indonesia Berkemajuan
IMM memiliki peluang yang besar dalam membangun sumber daya manusia yang berintegritas, memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni serta berkomitmen untuk melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam konteks pembangunan bangsa IMM bisa dikatakan sebagai laboratorium kepemimpinan yang menyiapkan insan yang mulia untuk menjadi aktor perubahan sosial. Merawat IMM melalui penguatan ideologi, kaderisasi yang kontinue, serta mampu beradaptasi terhadap perkembangan zaman merupakan ikhtiar yang bisa dilakukan para kader dalam menjawab tantangan kebangsaan yang kian hari kian rumit.
Ditengah kondisi bangsa yang tidak stabil masyarakat terkhusus kader IMM tidak boleh hanya bergantung pada kebijakan negara yang amburadul dan jarang memihak rakyat kecil untuk mewujudkan kesejahteraan. Maka dibutuhkan peran aktif organisasi kemahasiswaan dalam hal ini IMM dalam mengawal kebijakan yang menyeleweng, dan sembari mempersiapkan transformasi sosial yang berkeadaban. IMM dengan basis sumberdaya kader, intelektual yang mumpuni, dan gerakan sosial yang masif mempunyai potensi besar dalam mendorong akselerasi pembangunan bangsa yang berlandaskan pada prinsip keadilan, inklusivitas, dan kemaslahatan umat. Oleh karena itu, Menurut hemat penulis merawat IMM bukan hanya sekedar menjaga eksistensi organisasi semata. Melainkan memastikan bahwa IMM tetap berada pada relnya sesuai dengan tujuan di dirikannya dan mampu menjadi lokomotif perubahan dengan melahirkan pemimpin yang berintegritas, pemikir yang revolusioner dan visioner, serta penggerak transformasi sosial yang berorientasi pada kemajuan peradaban dan kemaslahan umat.
Refleksi Milad IMM ke-61 bukan hanya sekedar perayaan usia, tetapi momentum evaluasi atas perjalanan panjang organisasi. IMM memiliki tanggung jawab besar dalam merawat ideologi, memperkokoh tradisi intelektual, serta memperluas kiprah sosialnya agar senantiasa relevan ditengah dinamika zaman yang tidak pasti. Sedikit catatan ini merupakan refleksi penulis selama menjadi kader IMM, mungkin masih banyak peluang yang belum terurai, permasalahan yang belum terjawab, serta hal lain yang tidak terfikirikan bagi kebaikan ikatan kedepan. Merawat IMM adalah investasi untuk masa depan indonesia yang lebih maju, berkeadilan, dan berkeadaban.