YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menggelar kegiatan Refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) #4. Kegiatan yang berlangsung di Aula PWM DIY pada Jumat (31/10) ini menghadirkan Wakil Ketua PWM DIY, Cahyono, sebagai narasumber.
Kegiatan Refreshing AIK menjadi agenda rutin sebagai ajang silaturahmi dan refleksi spiritual bagi pegawai, staf, dan relawan di lingkungan Persyarikatan. Sekaligus memperdalam nilai-nilai Islam dan ideologi Muhammadiyah agar senantiasa bekerja dengan semangat dakwah dan keikhlasan.
Melalui materi bertajuk “Ber-Muhammadiyah, Ikhtiar Menjadi Manusia yang Beruntung (Muflihuun)”, Cahyono mengajak jemaah merenungkan kembali makna keberuntungan sejati bagi seorang Muslim.
“Rabbuna Allah, Tuhan kami adalah Allah, lalu ia meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepadanya dan berkata: jangan takut, jangan bersedih dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah,” paparnya mengutip Q.S Fussliat Ayat 30.
Menurutnya, ayat tersebut menjadi pengingat, kebahagiaan dan keberuntungan sejati hanya dimiliki mereka yang beriman hingga akhir hayat. “Manusia beruntung bukan kaya atau berpangkat tinggi, tetapi mereka yang mampu menjaga imannya sampai wafat dalam keadaan Islam,” ucapnya.
Sebab itu, Cahyono mengingatkan, pentingnya lingkungan dalam menjaga keteguhan iman. Baginya, bekerja di Persyarikatan patut disyukuri, karena bekerja di lingkungan yang tidak hanya profesional, tetapi juga religius.
“Kalau kita berada di lingkungan yang baik, itu artinya kita sedang berada di tempat yang menumbuhkan iman. Termasuk di Muhammadiyah, sesungguhnya kita sedang berada di lingkungan yang tepat. Maka syukurilah itu,” tuturnya.
Lebih lanjut, Cahyono mengingatkan, menjadi bagian dari Muhammadiyah berarti wajib memahami dan mengamalkan Islam sesuai paham Muhammadiyah secara utuh. Yakni menempatkan diri sebagai kader ideologis, bukan sekadar struktural atau profesional.
“Jangan mengenal Muhammadiyah hanya sepotong-sepotong,” pesannya “Kenali Muhammadiyah secara utuh, siapa dia, apa tujuannya, dan cita-cita luhurnya. Muhammadiyah bukan sekadar organisasi, tapi jalan perjuangan untuk menghantarkan umat menuju surga Allah,” imbuhnya.
Cahyono menghimbau, setiap pekerjaan dapat dimaknai sebagai ladang ibadah yang dijalankan dengan niat lurus dan hati yang ikhlas. Hal itu sejalan dengan Risalah Islam Berkemajuan (RIB) yang menjadi ruh gerakan dan pemikiran Muhammadiyah.
“Ketika kita bermuhammadiyah, sesungguhnya kita sedang berislam. Islam yang dijalankan Muhammadiyah adalah Islam berkemajuan rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Ia menyakini, kerja yang dilandasi iman dan ihsan akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, dan kesyukuran. “Kebahagiaan sejati bukan berasal dari uang atau jabatan, melainkan dari hati yang bersyukur dan ikhlas. Itulah manusia yang benar-benar beruntung,” pungkasnya. (guf)


