BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Bencana alam terjadi dimana saja dan kapan saja secara tak terduga. Proses penanganan pun harus dilakukan secara cepat dan berkelanjutan. Namun, informasi tentang perkembangan bencana, proses penanganan, dan kondisi pasca penanganan, masih belum terinformasikan secara masif dan lengkap, sehingga perlu pembekalan terhadap para relawan kebencanaan.
Oleh karena itu, Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu) Jawa Barat bersama Muhammadiyah Disaster Media Center (MDMC) Jawa Barat bekerjasama dengan Pusat Studi Media Digital dan Kebijakan Publik Universitas Muhammadiyah Bandung menggelar Pelatihan Jurnalistik Kebencanaan. Kegiatan pelatihan dilakukan selama 2 hari, yakni Sabtu-Minggu (17-18/02/2024) di Villa Lamping Manglayang, Cilengkrang, Kota Bandung, Jawa Barat. Pelatihan ini diikuti lebih kurang 35 orang yang merupakan relawan kebencanaan perwakilan dari LazisMu, pengurus MDMC, dan Mahasiswa UM Bandung.
Menurut Ketua Pusat Studi Media Digital dan Kebijakan Publik UMBandung, Roni Tabroni, pelatihan dasar jurnalistik bagi relawan kebencanaan ini menjadi sangat penting. Apalagi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak terjadi bencana alam di Indonesia.
“kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat aktivitas kerelawanan yang dilakukan selama ini oleh Muhammadiyah, apa saja yang dilakukan oleh mereka dan kemudian apa saja yang harus diketahui oleh publik terkait dengan kebencanaan di lapangan. Selama ini mereka kurang menginformasikan tentang peran di lapangannya” tuturnya.
Roni menambahkan, selama ini saat terjadi bencana, banyak situasi di lapangan yang bersifat luar biasa, baik dari sisi kejadian maupun penanganannya. Tetapi, tidak banyak orang yang bisa terjun ke lapangan. Hanya yang berkepentingan dan memiliki keahlian saja yang memiliki akses dan kebebasan untuk berada di lokasi bencana. Oleh karena itu peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi relawan penanganan bencana menjadi sangat penting. Dengan sedikit keterampilan di bidang jurnalistik, maka mereka dapat mempublikasikan secara baik.
Dari sisi keterampilan, menurut Roni, para pegiat penanganan bencana belum tentu memiliki keterampilan untuk menginformasikan kondisi lapangan. Apakah persoalan kemampuan, atau bisa jadi ada kendala teknis yang dianggap sulit memberitakan berbagai hal terkait dengan dunia bencana. Padahal, jika para pegiat penanganan bencana ini dapat menginformasikan apapun yang ada di sekitarnya, maka publik akan lebih banyak tahu tentang kondisi dan aktivitas apa saja yang dilakukan para relawan.
“Dengan aktivitas baru ini, publik menjadi aware ya terhadap mereka yang tertimpa bencana dan aware terhadap para aktivis atau relawan, karena selama ini kita tidak tahu relawan di lapangan seperti apa. Terus yang kedua, penanganan kebencanaan yang dilakukan oleh muhammadiyah tidak hanya satu atau 2 hari, tapi bersifat komprehensif, dan berkelanjutan benar-benar sampai tuntas, sampai masyarakat pulih kembali, kembali ke aktivitas yang normal lagi,” ujarnya.
Roni mencontohkan bencana alam gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang sudah setahun lebih, hingga saat ini MDMC Jawa Barat masih berada di lokasi fokus penanganan masyarakat yang terkena bencana sampai diberdayakan agar bisa kembali ke aktivitas semula. Melalui pelatihan ini, diharapkan dapat memberikan nilai manfaat buat para relawan dan masyarakat.
Narasumber dalam pelatihan ini diantaranya Zaiul Khaq, dosen UMBandung yang merupakan Produser Lapangan CNN Indonesia sekaligus News Anchor Transmedia Jawa Barat yang memberikan materi mengenai teknik membuat video jurnalistik penanganan kebencanaan. Kemudian, Arief Permadi, Wartawan Senior Tribun Jabar yang sekaligus dosen UMBandung yang memberikan materi jurnalistik dasar dan teknik membuat rilis peristiwa dan penanganan kebencanaan.
Narasumber lainnya yakni Resti Ernawati, dosen UMBandung sekaligus Produser Radio K-Lite 107,1 FM Bandung yang memberikan materi tentang media relations kebencanaan. Dan, juga Agung Tirta Wibawa, dosen UMBandung yang memberikan pembekalan tentang mobile editing konten penanganan kebencanaan, konten media sosial penanganan kebencanaan.
Di hari pertama, para peserta diberikan pembekalan materi secara praktis dan kekinian, kemudian di hari kedua pelatihan, para peserta ditugaskan membuat naskah, video menggunakan smartphone hingga siap dipresentasikan.
Sementara itu, Ade Irvan Nugraha, Sekretaris MDMC Jawa Barat yang hadir pada kegiatan pelatihan ini mengapresiasi pelatihan jurnalistik kebencanaan bagi para relawan. Pasalnya, intensitas kerelawanan yang selama ini dilakukan oleh MDMC Jawa Barat sangat tinggi. Namun pemberitaan terkait penanganan yang dilakukan oleh Muhammadiyah masih sangat minim.
“pelatihan ini menjadi suatu kebutuhan bagi kami, yang mana selama ini masyarakat menuntut adanya transparansi, akuntabilitas seperti itu. Nah diharapkan dengan kegiatan ini, kegiatan – kegiatan kami menjadi terpublikasi. Publikasi yang ada selama ini hanya di kalangan internal. Harapannya bisa melahirkan jurnalis-jurnalis kebencanaan dari Muhammadiyah” ujarnya.
Ade menambahkan, selama ini kendala yang dihadapi para relawan masih belum optimal dalam menulis laporan kebencanaan dan gambar yang seadanya, sehingga melalui pelatihan ini akan terbentuk jejaring dengan teman-teman yang lain termasuk dengan media.
Setelah di wilayah Bandung Raya ini, pelatihan serupa akan kembali digelar untuk wilayah Jawa Barat bagian barat dan Jawa Barat bagian timur dan selatan.**