MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Rendahnya kemampuan membaca dan berbicara Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa menjadi hambatan serius dalam proses pembelajaran. Hal itu tidak hanya memengaruhi kinerja akademik, melainkan juga menghambat kemampuan mereka untuk bersaing di kancah global.
Keprihatinan tersebut diungkap Eny Syatriana dalam Pidato Pengukuhannya sebagai guru besar bidang Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Prosesi pengukuhan dihelat di Balai Sidang Muktamar 47, Kampus Unismuh Makassar, Senin, 22 Februari 2024.
Dalam mengatasi rendahnya kemampuan membaca dan menulis Bahasa Inggris, Eny menawarkan Solusi, sebagaimana tertuang dalam judul pidato pengukuhannya, “Literasi Berbasis Metacognitive Awareness Berdasarkan Gaya Belajar Kolb”.
Ia menjelaskan bahwa metode ini dapat membantu mahasiswa lebih memahami cara mereka memproses informasi, sehingga meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca dan berbicara Bahasa Inggris.
Eny juga menggarisbawahi kebutuhan untuk mengadaptasi metode pengajaran yang lebih praktis dan interaktif, yang mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri.
Prosesi Pengukuhan
Eny Syatriana merupakan dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar. Ia ditetapkan sebagai Guru Besar ke-19 Unismuh, dan tercatat sebagai Guru Besar kedua, di kalangan Dosen Persyarikatan (Yayasan) di kampus milik Muhammadiyah itu.
Pengangkatan Eny sebagai Guru Besar tertuang dalam SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi Nomor 67925/M/07/2023. SK tersebut dibacakan Wakil Rektor II Unismuh Prof Andi Sukri Syamsuri. Sementara itu, riwayat hidup Eny Syatriana dibacakan Wakil Rektor I Unismuh Dr Abd Rakhim Nanda.
Profil Guru Besar
Eny lahir di Ujung Pandang pada 18 Oktober 1974. Ia mengawali perjalanan akademik di dunia pendidikan Tinggi dari STKIP YPUP, berlanjut ke UNM untuk S-2 dan S-3 dalam bidang Pendidikan Bahasa Inggris.
Prof Eny menyelesaikan Program Doktor dengan disertasi berjudul, "Designing English Instructional Materials for EFL Senior High School Students Based on School Curriculum" dengan Promotor Prof Harianto, Ko Promotor I Prof Baso Jabu, dan Ko Promotor II Prof Djamiah Husain.
Pengalaman mengajarnya meliputi mata kuliah seperti Education Psychology, Academic Writing, dan English for Spesific Purpose. Curriculum Decelopment dan juga kerap berperan sebagai penguji eksternal, menunjukkan kapasitasnya dalam penilaian akademis.
Eny tidak hanya mengajar, tapi juga menciptakan produk bahan ajar, serta aktif dalam pelatihan profesional seperti "Penguatan Calon Kepala Sekolah" oleh Dirjen GTK Kemdikbud, dan "Pelatihan Penulisan Buku Ajar" oleh Universitas Negeri Makassar. Ia juga terlibat sebagai editor jurnal dan penyaji dalam konferensi internasional, yang mempertegas reputasinya sebagai akademisi yang diakui di kancah internasional.
Karya ilmiah yang mengantarkannya menuju Guru Besar adalah karya hasil kolaborasi antara Unismuh dan Samarkand State Institute of Foreign Language Uzbekistan, yang didanai oleh hibah kolaborasi internasional LP3M Unismuh Makassar.
Penelitian dan publikasi ilmiahnya yang tersebar di berbagai jurnal dan seminar internasional, antara lain, "Exploring the experiential learning circle application: Case study of University of Makassar and Samarkand State Institute of foreign language”, yang diterbitkan di Eurasian Journal of Applied Linguistics, adalah bukti nyata dari kompetensi dan kontribusinya yang luar biasa dalam bidang pendidikan.
Prosesi Pengukuhan
Prosesi pengukuhan diawali dengan penyerahan SK Guru Besar dari Kepala LLDIKTI Wilayah IX kepada Rektor Prof Ambo Asse, lalu diserahkan kepada Prof Eny Syatriana. Prosesi pengukuhan ditandai dengan pengalungan selempang dari Ketua Dewan Guru Besar Unismuh Prof Irwan Akib.
Kepala LLDIKTI Wilayah IX Dr Andi Lukman, dalam sambutannya, menyampaikan selamat kepada atas capaian Eny Syatriana sebagai guru besar.
Andi Lukman mengaku berbangga dengan capaian tersebut, apalagi dalam setahun terakhir, ada 43 dosen yang berada dalam naungan LLDIKTI Wilayah IX yang telah menerima SK Guru Besar.
"Profesor memiliki tanggungjawab besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sumber daya hebat sangat dibutuhkan untuk pengembangan perguruan tinggi," ungkap Andi Lukman.
Dengan SDM yang dimiliki Unismuh, Kepala LLDIKTI IX itu yakin Unismuh bakal mencapai akreditasi institusi Unggul. Apalagi Unismuh baru saja menjalani visitasi dari BAN PT, dan hasil akreditasi kemungkinan akan keluar dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh Makassar Prof Gagaring Pagalung berharap guru besar dapat menjadi pionir dalam pengembangan kampus. Ia mengutip makna profesor dalam Kamus Oxford, yang bermakna, seorang guru dengan pangkat akademik tertinggi pada suatu perguruan tinggi atau universitas.
Namun Prof Gagaring menyebut, Profesor bukan hanya bertanggungjawab dalam transfer pengetahuan, melainkan juga dalam penanaman nilai.
Dalam sambutannya, Rektor Unismuh Prof Ambo Asse juga mengapresiasi kegigihan Eny Syatriana dalam mengurus jabatan fungsional menuju guru besar.
Saat ini, kata Ambo Asse, Unismuh memiliki 19 orang guru besar. “Saya menargetkan hingga akhir periode jabatan saya, minimal ada 20 orang guru besar. Tapi saya lihat dari jumlah lektor kepala, kemungkinan bisa melebihi target,” harapnya.
Nakhoda Unismuh itu juga memohon doa segenap sivitas akademika, agar akreditasi Unismuh bisa mencapai akreditasi Unggul. "Kita telah divisitasi pekan lalu, semoga hasilnya sesuai harapan kita, yakni akreditasi Unggul. Mohon doa kita semua," ungkapnya.
Sambutan terakhir, disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Irwan Akib. Ia menyebut, Muhammadiyah saat ini memiliki 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) dengan 308 Guru Besar.
"Dengan jumlah Profesor 19 orang, Unismuh menyumbang sekitar 6 persen Guru Besar dari total 308 orang yang ada di PTMA," ungkap Guru Besar Pendidikan Matematika itu.
Namun menurut Irwan, sebenarnya jumlah tersebut masih belum begitu besar. Oleh karena itu, PP Muhammadiyah berharap, pimpinan PTMA bisa terus melahirkan Guru Besar.
Kehadiran Guru Besar itu penting, lanjutnya, agar setiap PTMA bisa melahirkan pusat - pusat keunggulan. "Setiap PTMA harus punya pusat keunggulan, dan pusat kajian strategis. Bukan hanya berkontribusi untuk Muhammadiyah, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara. Hadir untuk kemaslahatan kemanusiaan," tutup Irwan Akib.
Acara ini juga dihadiri Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah, Pimpinan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, sivitas akademika Unismuh, dan keluarga besar Eny Syatriana.