YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka keberlanjutkan kaderisasi IMM Sleman, pada Ahad 9/02/2025 di Pendopo rumah dinas Bupati Sleman dilaksanakan pelantikan PC IMM Sleman tahun 2024-2025. Kegiatan yang mengusung tema “Meneguhkan Intelektual Ideologis, Menuju Sleman Berkeadaban” ini dihadiri berbagai tamu dari berbagai organisasi otonom Muhammadiyah. Beberapa di antaranya seperti Jajaran PP MPKSDI, DPP IMM, DPD IMM DIY, PC IMM-Se DIY, PDM Kabupaten Sleman, PDA Kabupaten Sleman, PDPM Sleman, IPM, NA, dan para demisioner PC IMM Sleman.
Immawan Ajril Akmal Muzaki selaku ketua umum periode 2023/2024 menyampaikan bahwa perkembangan zaman menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para kader IMM untuk tetap aktif berjuang mendakwahkan ajaran-ajaran Islam khususnya di ranah kampus. Selain itu, pola pikir mahasiswa kekinian yang menjadikan kerja sebagai tujuan satu-satunya dari perkuliahan juga menjadi tantangan yang perlu dipikirkan dalam proses mendakwahkan ajaran-ajaran Islam.
Poin tersebut juga dipertegas oleh Immawan Arif Rahman Setiadin S.Ag selaku ketua umum terpilih. Dalam sambutannya, Immawan Arif menegaskan bahwa stigma negatif di sosial media yang memberikan klaim bahwa organisasi mahasiswa sudah tidak lagi relevan, menjadikan para aktivis IMM untuk membuktikan dan menunjukkan bahwa organisasi mahasiswa khususnya IMM masih sangat dan akan terus revelan dalam dinamika kehidupan kampus. Dalam sambutannya juga, Immawan Arif berpesan kepada rekan-rekan IMM lainnya yang baru dilantik untuk menjadikan rida Allah sebagai tujuan utama ber-IMM.
Ketua Umum DPD IMM DIY, M. Taufiq Firdaus, S.H. menekankan tentang arti pentingnya sebuah amanah. Baginya, Amanah diibaratkan sebagai suatu penyiksaan yang harus dituntaskan bagaimanapun keadannya.
M. Harjaka, S.Pd, S.Ag, M.Ag. selaku ketua PDM Kabupaten Sleman, dalam sambutannya mennyampaikan, "jika seseorang benar-benar menerima apa yang menjadi amanahnya, maka seseorang tersebut haruslah cerdas. Adapun syarat menjadi cerdas ada tiga, yaitu harus mau mencari, harus mau memperhatikan, dan mempunyai rasa senang. Selain itu beliau juga berpesan kepada para kader IMM untuk selalu Berusaha melaksanakan agama islam sesuai dengan sunnah," pesannya.
Immawan M. Hasnan Nahar, S.Th.I, M.Ag. selaku Ketua DPP IMM Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman, dalam sambutannya menjelaskan, "Dalam berproses, setidaknya seseorang tidaklah boleh melewati dari empat tahapan berikut, yaitu tahwil al-jahalah ila al-makrifah (transformasi ketidak tahuan menuju pengetahuan), tahwil al-makrifah ila al-fikrah (transformasi pengetahuan menuju gagasan), tahwil al-fikrah ila al-harakah (tranformasi gagasan menuju movement atau gerakan), dan tahwil al-harakah ila an-natijah (Transformasi gerakan menuju nilai)."
Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani PP Muhammadiyah Gus Bach atau Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I, M.P.A., sebagai keynote speaker pada acara ini turut menegaskan beberapa hal kepada kader IMM.
Pertama, Kader harus menjadi inti penggerak Muhammadiyah. Poin inilah yang menjadi perbedaan antara kader Muhammadiyah dengan anggota atau simpatisan Muhammadiyah.
Kedua, IMM aktor agen dakwah di Kampus. Bagaimana pun caranya (baik dakwah bil lisan, bil kitab, atau bil hal), IMM harus menjadi agen dakwah. Karena berdakwah tidak harus jadi ustaz.
Ketiga, Kader IMM tidak perlu risau jika tidak memiliki kedudukan struktural di pemerintahan. Hal ini karena posisi Muhammadiyah berada di jalur dakwah kultural, bukan struktural. Jika mendapatkan posisi di pemerintahan, maka hal itu berarti bonus. Patut di syukuri. Jika tidak, maka tidak perlu risau, karena sejatinya jalur dakwah Muhammadiyah berada di ranah kultural. (Insan/mutia)