YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Gathering Bersama Tokoh Masyarakat yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta berlangsung dengan lancar pada Rabu (18/6) di SM Tower Malioboro, Yogyakarta. Acara ini digelar sebagai upaya memperkuat sinergi antara rumah sakit dengan masyarakat.
Direktur utama RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta, dr H Muhammad Komarudin, SpA, mengatakan bahwa acara gathering ini merupakan agenda lama yang telah direncanakan sejak proses pembangunan rumah sakit.
Selain itu, Komar menjelaskan bahwa RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta mengalami beberapa kendala terkait perizinan karena lokasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di area cagar budaya.
“Kebetulan kota Yogyakarta ditetapkan sebagai sumbu filosofi oleh UNESCO, sehingga ada perubahan kebijakan. Rumah sakit PKU yang berada di area cagar budaya harus mengikuti ketentuan tersebut. Karena adanya beberapa kendala, proses perizinan saat ini masih berproses di Dinas Kebudayaan,” terangnya.
Lebih lanjut, Komar menyebut bahwa pihak rumah sakit masih menunggu hasil analisis dampak cagar budaya yang kini menjadi salah satu syarat dalam proses perizinan pembangunan di kawasan RS PKU Yogyakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Ia juga menyampaikan bahwa mulai 1 Juli akan diberlakukan regulasi baru dari Kementerian Kesehatan dan BPJS terkait penerapan sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), menggantikan sistem kelas 1, 2, dan 3.
“Maka pada kesempatan ini kita sosialiskan sekalian, pada bulan Juli nanti tidak ada lagi perawatan pasien-pasien BPJS kelas 1, 2, 3, tetapi semua dirawat dalam per-ruangan dengan standar yang sama. Namun standar yang sama tersebut lebih baik daripada kelas-kelas yang ada selama ini,” ujarnya.
Sementara itu, BPH RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Budi Setiawan, mengatakan bahwa acara ini menjadi upaya RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta untuk lebih dekat dengan masyarakat.
“Karena Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, maka kemudian bentuk apapun amal usahanya sangat diharapkan dukungan dan timbal baik dari masyarakat,” kata Budi.
Budi menegaskan bahwa keberlangsungan pelayanan rumah sakit tidak bisa dilepaskan dari dukungan lingkungan sekitar. Ia mendorong terjalinnya sinergi antara rumah sakit, masyarakat, dan berbagai instansi agar manfaatnya dapat dirasakan bersama.
“Maka, bentuk layanan kegiatan operasional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta juga harus mendapatkan hubungan dari masyarakat terutama sekitarnya, sehingga kemudian ada timbal balik yang bisa dirasakan manfaatnya,” pungkasnya. (Tia/Nad)